BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan Setelah dilakukan analisis terhadap penguasaan dan kemampuan kedwibahasaan Sunda-Indonesia berdasarkan kosakata, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini.
(1) Siswa secara keseluruhan telah menguasai kosakata bahasa Sunda, baik itu bentuk kata ataupun jenis kata. Untuk bentuk kata seluruh siswa dapat dikategorikan telah menguasai bentuk kata seperti kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk sesuai dengan ketentuan tata bahasa yang berlaku dalam bahasa Sunda. Penguasaan kata dasar merupakan penguasaan terbanyak yakni setengah lebih dari penggunaan kosakata digunakan kata dasar atau tepatnya 52.29%, kemudian ternayak kedua kata berimbuhan yakni sebanyak 37.32% disusul kata ulang dan kata majemuk masing-masing 5.38% dan 4.99%. Selain itu, untuk penguasaan jenis kata dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1.1 penguasaan jenis kata berdasarkan kata dasar, secara keseluruhan siswa telah menguasainya seperti kata benda (KB) acuk ‘baju’, kata kerja (KK) asup ‘masuk, kata sifat (KS) rancung ‘tegak’, kata keterangan (K.ket) baheula ‘dulu’, kata bilangan (K.bil.) tilu ‘tiga’, kata tugas (KT) ari ‘kalau’, kata ganti (KG) abi ‘saya’.
235
236
1.2 Penguasaan jenis kata berdasarkan kata berimbuhan juga siswa secara keseluruhan telah menguasai seperti KB pamaen ‘pemain’, KK diacuk ‘memakai baju’, KS aripis ‘tipis untuk jamak’, K.ket nepikeun ‘menyamaikan’, KT saacan ‘sebelum’. Namun dalam kategori ini siswa belum bisa menggunakan kata bilangan dan kata ganti, karena penulis tidak menemukan dalam data. 1.3 Untuk penguasaan jenis kata berdasarkan kata ulang, siswa belum semua jenis kata dikuasai. Hasil analisis membuktikan bahwa untuk kategori ini siswa hanya menguasai kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata ganti. Sementara untuk kata bilangan dan kata tugas tidak ditemukan. 1.4 Terakhir untuk penguasaan jenis kata berdasarkan kata majemuk ternyata seluruh siswa dapat dikatakan telah menguasai. Hal ini terbukti dengan ditemukan semua jenis kata dalam kategori ini. Selain penguasaan, siswa juga telah mampu menggunakan kosakata seperti
untuk mendeskripsikan, menceritakan, menjelaskan, dan
memaparkan. Tak hanya itu, siswa juga telah mampu dengan menggunakan rujukan seperti rujukan kegiatan dan rujukan hubungan. Untuk kategori mendeskripsikan, ditemukan kosakata berdasarkan rujukan kegiatan seperti kegiatan berbahasa, jasmani, rohani dan mengindra. Berdasarkan hubungan, siswa mampu berdasarkan hubungan alam fisik, alam fauna, alam flora, manusia, budaya dan kehidupan beragama. Untuk kategori menceritakan, siswa telah mampu menggunakan kosakata
237
berdasarkan rujukan kegiatan dan rujukan hubungan seperti pada rujukan mendeskripsikan. Selain itu. Untuk kategori menjelaskan siswa juga telah mampu menggunakan berdasarkan rujukan terutama rujukan kegiatan, namun untuk rujukan hubungan rupanya siswa belum dapat menggunakan hubungan dengan alam fauna dalam menjelaskan. Sementara untuk kategori memaparkan siswa mampu menggunakan berdasarkan rujukan kegiatan,
namun
berdasarkan
hubungan
siswa
hanya
mampu
mengeluarkan kosakata berdasarkan alam fisik, masyarakat, budaya, dan kehidupan beragama.
(2)
Penguasaan bahasa Indonesia setelah dilakukan analisis walau bahasa Indonesia ini hanya digunakan siswa pada keadaan tertentu seperti proses belajar mengajar di kelas, bertemu orang luar Jawa Barat. Jika dilihat dari proses pemerolehan bahasa, bahasa Indonesia diperoleh melalui belajar, menyimak melalui media, tetapi penguasaan bahasa Indonesia ini dapat dikatakan menguasai. Hal yang dianalisis sama dengan bahasa Sunda yakni bentuk kata, jenis kata dan kemampuan berbahasa ditinjau dari penggunaan kosakata dalam wacana tulis. Bentuk kata dari keseluruhan data yang diperoleh kata dasar diperoleh 51.92% atau setengah dari seluruh data yang diperoleh. Kemudian kata berimbuhan 38.36%, kata ulang dan kata majemuk masing-masing 4.21% dan 5.49%. adapun penguasaan jenis kata adalah sebagai berikut: 2.1 Penguasaan jenis kata berdasarkan kata dasar ditemukan semua jenis kata yakni kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata
238
bilangan, kata tugas, dan kata ganti. Hal ini diyakini bahwa seluruh siswa telah mampu dan menguasai jenis kata bahasa Indonesia. 2.2 Penguasaan jenis kata berdasarkan kata berimbuhan berbeda dengan jenis kata berdasarkan kata dasar, jenis kata ini diperoleh setengah lebih atau 56.26% ditempati kata kerja. Namun, jenis kata lainnya juga ditemukan seperti kata benda, kata sifat, kata keterangan, kata tugas, dan kata ganti. 2.3 Untuk penguasaan jenis kata berdasarkan kata ulang ditemukan hanya lima jenis kata yakni kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata tugas. 2.4 Terakhir, untuk penguasaan jenis kata berdasarkan kata majemuk hanya empat jenis kata saja, yakni kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan. Selain penguasaan, kemampuan berbahasa Indonesia yang meninjau kosakata untuk mendeskripsikan, menceritakan, menjelaskan, dan memaparkan dengan menggunakan rujukan kegiatan dan rujukan hubungan. Analisis membuktikan bahwa seluruh siswa pada umumnya mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk keempat ragam tersebut. Dalam kemampuan mendeskripsikan baik itu menggunakan rujukan kegiatan dan hubungan, siswa mampu menggunakannya. Kemampuan menceritakan siswa telah mampu menggunakan dengan rujukan kegiatan. Sementara untuk kemampuan menceritakan dengan rujukan hubungan hanya ditemukan empat rujukan yakni hubungan alam fisik, alam flora,
239
manusia, dan budaya. Untuk kemampuan menjelaskan hampir seluruh rujukan telah mampu digunakan, hanya dalam kemampuan menjelaskan tidak ditemukan menggunakan hubungan fauna. Dan rujukan yang digunakan dalam kemampuan memaparkan, rujukan kegiatan mengindra tidak ditemukan atau tidak diperoleh oleh siswa. Dan rujukan hubungan, kemampuan memaparkan tidak ditemukan rujukan alam fauna. (3)
Perbandingan penguasaan dan kemampuan sebagai tujuan utama untuk melihat kedwibahasaan siswa dalam menggunakan bahasa SundaIndonesia.
Setelah
dilakukan
analisis
dapat
disimpulkan
secara
keseluruhan penguasaan siswa dinyatakan seimbang. Walau jika dilihat data hitungan satu persatu kategori tidak persis seimbang. Misalnya, untuk kata dasar penguasaan hanya selisih 1% persen untuk keunggulan bahasa Sunda, untuk kata berimbuhan juga sama hanya selisih 1% namun untuk keunggulan bahasa Indonesia. Dan untuk penguasaan kata ulang lebih dominan bahasa Sunda dengan selisih yang sama yakni 1%. Terakhir untuk penguasaan kata majemuk bahasa Indonesia lebih menonjol dengan selisih 1%. Dari uraian di atas, dengan selisih 1% maka penguasaan dan kemampuan kedwibahasaan dinyatakan seimbang. (4)
Gejala interferensi selalu terjadi terhadap seorang dwibahasawan. Demikian juga pada analisis ini interferensi tak dapat dihindari. Gejala interferensi leksikal bahasa Indonesia di dalam bahasa Sunda lebih banyak daripada bahasa Sunda di dalam bahasa Indonesia terutama interferensi dengan gejala importasi.
240
5.2 Rekomendasi Sehubungan dengan penelitian ini terdapat beberapa rekomendasi yang kiranya dapat menjadi bahan acuan ke depan. Rekomendasi tersebut antara lain: (1) Penelitian ini merupakan penelitian pertama dalam dunia kedwibahasaan dengan membandingkan penguasaan dan kemampuan siswa, kiranya mesti diperlukan penelitian lanjutan sebagai saran pendukung keterampilan berbahasa. (2) Penelitian selanjutnya diharapkan terfokus kepada siswa secara individu, sehingga dapat dilihat bagaimana keterampilan seseorang dalam berbahasa. (3) Kemampuan kedwibahasaan siswa senantiasa menjadi bahan acuan dan tolok
ukur
dalam
proses
pembelajaran
di
kelas,
sebab
walau
bagaimanapun bahasa merupakan faktor penting dalam kegiatan ilmiah.