96
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi ayah-anak yang terdapat dalam kisah Nabi, menurut pandangan para mufasir dalam Tafsir al-Miṣbāḥ, Tafsir al-Azhār, dan Tafsir al-Nūr terhadap kisah Azar-Nabi Ibrāhīm dalam Q.S. al-An’ām [6]: 74, Q.S. Maryam [19]: 4248; kisah Nabi Ibrāhīm - Ismā’il dalam Q.S. al-Ṣāffāt [37]: 102; juga kisah Nabi Ya’qūb - Yūsuf dalam Q.S. Yūsuf [12]: 4-5, Q.S. Yūsuf [12]: 100 di dalamnya menjelaskan: Secara umum nilai-nilai akhlak dalam komunikasi edukatif ayah-anak dalam al-Quran ialah orang tua baiknya memperhatikan etika berkomunikasi dengan anak dan menanamkan nilai akhlak di dalam nya sehingga pesan yang disampaikan lewat nasihat ataupun tata cara berbicara menjadi teladan yang baik bagi anak. Begitupun sebaliknya sang anak diwajibkan untuk berkata lemah lembut ketika berkomunikasi dengan orang tuanya sekalipun orang tua tersebut dzalim. Adapun kesimpulan secara khusus bentuk komunikasi antara Nabi Ibrāhim dengan ayahnya berupa seruan dalam kebaikan, mengingatkan kepada kebenaran, dan menasehati karena orang tua Nabi Ibrāhim termasuk golongan orang-orang yang kafir, sedangkan bentuk komunikasi Nabi Ibrāhim-Ismā’il dan Nabi Ya’qūb-Yūsuf berupa musyawarah yakni mendiskusikan permasalahan untuk mengambil suatu keputusan dan meminta pendapat dari lawan bicara, juga terdapat nasihat-nasihat untuk menghindarkan diri dari suatu muḍarat. Bentuk komunikasi antara Nabi Ibrāhīm dengan ayahnya berupa seruan dalam kebaikan, mengingatkan kepada kebenaran, dan menasehati karena orang tua Nabi Ibrāhīm termasuk golongan orang-orang yang kafir, sedangkan bentuk komunikasi Nabi Ibrāhīm-Ismā’il dan Nabi Ya’qūb-Yūsuf berupa musyawarah yakni mendiskusikan permasalahan untuk mengambil suatu keputusan dan meminta pendapat dari lawan bicara, juga terdapat nasihat-nasihat untuk menghindarkan diri dari suatu muḍarat.
Fitri Hardiyanti, 2015 Nilai-Nilai Akhlak Dalam Komunikasi Edukatif Ayah-Anak di Dalam Al-Qur`Ān Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
97 Komunikasi yang terdapat dalam kisah Nabi Ibrāhīm dengan ayahnya yang bertentangan tentang suatu kepercayaan akidah dapat menjadi teladan bagi seorang anak agar tetap berbuat baik dan mengingatkan kepada kebenaran. Beruntung apabila orang tua dan anak memiliki kesamaan iman, seperti dalam kisah Nabi Ibrāhīm-Ismā’il dan Nabi Ya’qūb-Yūsuf, hal tersebut menjadi contoh ideal orang tua dan anak dalam berkomunikasi. Komunikasi yang ideal inilah mewujudkan komunikasi yang efektif dalam pembelajaran karena di dalamnya terdapat keterbukaan pikiran dan perasaan. Melalui komunikasi, isi pesan yang disampaikan berupaya agar nilainilai akhlak dapat terealisasikan. Dalam pembahasan ini pun dipaparkan nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam komunikasi tersebut, terdapat dua ruang lingkup akhlak diantaranya: akhlak kepada Allah dan akhlak kepada sesama manusia. 1. Akhlak kepada Allah diantaranya: mentaati perintah Allah, berserah diri kepada Allah dan juga sabar dan rela atas ketetapan Allah. Akhlak kepada Allah menunjukkan suatu ketaatan seseorang kepada sang pencipta sehingga dapat membangun keluarga yang harmonis karena menyadari setiap gerak dan perilakunya dalam pengawasan Allah. 2. Akhlak terhadap sesama manusia diantaranya: dalam berkomunikasi hendaknya seorang anak menggunakan perkataan yang halus dan lembut, merendahkan diri, mendoakan orang tua dan berbuat baik walaupun kedua orang tuanya dzalim. Begitupun sebaliknya orang tua, dalam berkomunikasi hendaklah berkata halus dan lembut, memiliki sifat sabar dan ikhlas agar dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dalam komunikasi baik anak maupun orang tua hendaknya menyampaikan pesan yang membuat hati seorang gembira juga tidak menggunakan kata-kata yang dapat menyakiti orang yang menerima pesan tersebut. Komunikasi ayah-anak dalam kisah nabi ini terikat dengan perintah agama sebagai bukti ketaatan seorang hamba kepada tuhannya, sehingga pesan yang disampaikan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak dan dalam pembicaraan dengan sesama tidak menyinggung perasaan orang lain.
Fitri Hardiyanti, 2015 Nilai-Nilai Akhlak Dalam Komunikasi Edukatif Ayah-Anak di Dalam Al-Qur`Ān Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
98
Nilai-nilai akhlak dalam komunikasi ayah-anak memiliki implikasi dalam pembelajaran PAI yang meliputi: sebagai pengembangan komunikasi edukatif dan pengembangan sistem isntruksional pembelajaran. pengembangan komunikasi edukatif diantaranya: prinsip kasih-sayang yakni segala tindakan dalam pembelajaran diharapkan untuk mengedepankan rasa kasih sayang, selanjutnya prinsip ketulusan yaitu guru yang memberikan pengajaran dengan rasa penuh ketulusan dapat memberikan rasa kenyamanan terhadap peserta didik, dan terakhir prinsip komunikasi verbal meliputi Qaulan sadidan, Qaulan layyinan, Qaulan ma’rufan dan Qaulan kariman. Kemudian pengembangan sistem instruksional pembelajaran, dalam hal ini perlunya metode pembelajaran edukatif yakni kisah-kisah qurani mempunyai fungsi edukatif sebagai penanaman nilai-nilai islami, fungsi tersebut dapat dijadikan metode pengajaran dan juga bahan pelajaran. Kemudian guru sebagai role model yaitu seorang guru perlu memiliki akhlak yang baik karena guru menjadi seorang teladan bagi muridnya. Terakhir
interaksi pembelajaran
intrapersonal-interpersonal yakni menunjukkan adanya komunikasi yang melibatkan para pihak secara emosional dan keakraban diantara keduanya, dan menjadikan komunikasi antara keduanya menjadi harmonis.
B. Saran 1.
Bagi program studi IPAI Penelitian ini berusaha untuk memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan dan dapat menjadi masukan dan informasi tentang nilai-nilai akhlak dalam komunikasi bagi para calon guru pendidikan agama Islam untuk menanamkan perilaku akhlaq al-Karīmah.
2. Bagi orang tua Keluarga merupakan lingkungan pertama anak untuk mendapatkan pendidikan, sebagai orang tua perlu untuk membangun interaksi yang baik karena efektivitas pendidikan sangat ditentukan dalam komunikasi yang edukatif dan tujuan utama para orang tua ialah membiasakan berakhlak mulia lewat komunikasi tersebut, karena nilai-nilai agama menjadi kerangka pendidikan untuk membentuk pribadi yang seutuhnya.
Fitri Hardiyanti, 2015 Nilai-Nilai Akhlak Dalam Komunikasi Edukatif Ayah-Anak di Dalam Al-Qur`Ān Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
99
3. Bagi pendidikan formal Diharapkan dalam proses pembelajaran pada pendidikan formal dapat mengembangkan komunikasi yang edukatif agar interaksi antara guru dengan siswa dapat terjalin dengan baik sehingga tujuan dari pelaksanaan pendidikan agama Islam dapat tercapai melalui komunikasi yang edukatif. 4. Bagi penelitian selanjutnya Terakhir ditujukan untuk penelitian selanjutnya, yang hendak melakukan penelitian perihal nilai-nilai akhlak dalam komunikasi di dalam alQuran. Dalam penelitian ini, dari komunikasi ayah-anak dalam kisah-kisah Nabi penulis menemukan komunikasi yang baik pada diri seorang nabi itu disebabkan karena kedekatannya dengan Allah karena komunikasi dengan Allah merupakan dasar utama dalam menata hubungan yang sakinah. Salah satunya tercermin melalui interaksi Ibrahim dengan Tuhannya sehingga harapannya peneliti selanjutnya bisa meneliti mengenai hal tersebut.
Fitri Hardiyanti, 2015 Nilai-Nilai Akhlak Dalam Komunikasi Edukatif Ayah-Anak di Dalam Al-Qur`Ān Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
100
Fitri Hardiyanti, 2015 Nilai-Nilai Akhlak Dalam Komunikasi Edukatif Ayah-Anak di Dalam Al-Qur`Ān Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu