104
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan Keseluruhan deskripsi, analisis dan pembahasan yang ada dalam tesis ini merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bagian awal. Berdasarkan seluruh kajian teoritis melalui kajian literatur dan analisis kebutuhan serta pengembangan desain kurikulum pelatihan yang selanjutnya divalidasi oleh narasumber dengan teknik delphi, maka diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Analisis kebutuhan pelatihan pada guru di lingkungan Madrasah Tsawaniyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang menunjukan bahwa guru membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesional khususnya dalam menyusun bahan ajar. Bahan ajar yang cocok untuk pembelajaran di MTs Negeri Kabupaten Sumedang adalah modul karena memiliki karakteristik belajar mandiri. Sehingga perlu dilakukan pelatihan bagi guru-guru untuk meningatkan kompetensinya dalam menyusun bahan ajar modul. 2. Struktur kurikulum pelatihan untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri seKabupaten Sumedang dalam dokumen kurikulum pelatihan yang dikembangkan ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu : (1) Materi Dasar, (2) Materi Inti, dan (3) Materi Penunjang. Berikut penjelasan singkat dari ketiga bagian tersebut : a. Materi Dasar dimaksudkan sebagai dasar atau pijakan oleh peserta untuk menerima materi pelatihan inti. Isi materi dasar ini adalah Kebijakan Pemerintah : Permendiknas No.16 Tahun 2007 dan Permenag No.16 Tahun 2010. Aah Ahmad Syahid, 2013 Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
105
b. Materi Inti merupakan sejumlah materi yang membekali peserta secara pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyusun bahan ajar modul. Materi inti terdiri dari: (1) Konsep Umum Bahan Ajar, (2) Memilih Bahan Ajar di Madrasah Tsanawiyah, (3) Implementasi Sistem Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction), (4) Pengantar Pengembangan Bahan Ajar Modul, (5) Komponen Pengembangan Modul, (6) Penulisan Modul yang Baik dan Menarik, (7) Pengembangan Alat Evaluasi Modul, (8) Praktik Penyusunan Bahan Ajar Modul, dan (9) Presentasi dan Validasi Produk Bahan Ajar Modul. c. Materi penunjang adalah kompetensi tambahan yang menunjang penyusunan dan penggunaan bahan ajar modul secara aplikatif pada kegiatan pembelajaran. Materi yang diberikan sebagai penunjang dalam desain kurikulum pelatihan ini adalah; Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction) di Madrasah Tsanawiyah 3. Silabus pelatihan yang dikembangkan untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang dikembangkan dengan format horizontal yang memuat : Standar Kompetensi, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Materi/Submateri, Metode, Alat/Bahan, Evaluasi dan Alokasi Waktu. Silabus pelatihan memuat standar kompetensi yang dirumuskan sebagai berikut : Memahami konsep bahan ajar modul, tahapan pengembangan bahan ajar modul serta mampu mengaplikasikannya dalam menciptakan modul yang baik dan menarik. Silabus pelatihan juga memuat mengenai kompetensi dasar yang menunjang pencapaian standar kompetensi sebagai berikut : (1) Menjabarkan kebijakan pemerintah mengenai kompetensi profesional guru, (2) Mendeskripsikan konsep bahan ajar secara umum, (3) Menganalisis karakteristik bahan ajar yang cocok sesuai dengan Aah Ahmad Syahid, 2013 Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
106
kebutuhan peserta didik di Madrasah Tsanawiyah, (4) Menjelaskan implementasi sistem pembelajaran dengan modul (Modular Instruction), (5) Menjelaskan prosedur pengembangan bahan ajar modul, (6) Menggambarkan
komponen-komponen
pengembangan
modul,
(7)
Menyusun setiap komponen modul menjadi bahan ajar yang baik dan menarik, (8) Membuat alat evaluasi pada bahan ajar modul dengan baik, (9) Menciptakan bahan ajar modul yang baik dan menarik yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, (10) Menampilkan dan memvalidasi bahan ajar modul yang baik dan menarik, (11) Memahami dengan baik metode pembelajaran dengan modul (Modular Instruction) pada Madrasah Tsanawiyah. 4. Satuan Acara Pelatihan (SAP) untuk membekali kompetensi penyusunan bahan ajar modul bagi guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri seKabupaten Sumedang dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar pada silabus yang telah disusun. SAP yang dikembangkan memuat : nama pelatihan, standar kompetensi, kompetensi dasar, sesi pelatihan ke-, alokasi
waktu,
tujuan
pembelajaran,
materi
pelatihan,
skenario
pembelajaran, metode pembelajaran, alat dan bahan pembelajaran serta evaluasi. SAP dikembangkan dengan format yang lebih sederhana dan skenario pembelajaran yang berbentuk alur kegiatan sehingga mudah untuk diimplementasikan.
B. Rekomendasi Berdasarkan simpulan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan rekomendasi untuk berbagai pihak, diantaranya adalah : 1. Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri se-Kabupaten Sumedang Informasi yang dimiliki oleh kepala madrasah mengenai kondisi guru di MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Aah Ahmad Syahid, 2013 Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
107
Kementerian Agama Kabupaten Sumedang dalam menciptakan pelatihan yang dibutuhkan oleh para guru. Kepala madrasah juga hendaknya lebih tanggap terhadap kebutuhan keterampilan para guru di unit madrasah tempatnya mengajar sehingga keterbatasan kompetensi guru bisa diminimalisir. 2. Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang Sebagai penanggung jawab terhadap pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan di lingkungan kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang, hendaknya secara berkala melakukan tinjauan khususnya mengenai kualifikasi dan kompetensi para guru di lingkungan MTs Negeri se-Kabupaten
Sumedang
agar
terlihat
kebutuhan
pengembangan
kompetensi para guru di lapangan. Dengan demikian hendaknya guru yang masih belum memiliki keterampilan tertentu sesuai dengan kompetensi yang seharusnya dimiliki akan dengan mudah dikembangkan sesuai kebutuhannya. 3. Peneliti Selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian ini khususnya dalam pengembangan desain kurikulum pelatihan bagi guru di MTs Negeri se-Kabupaten Sumedang, ditemukan beberapa permasalahan yang masih perlu ditindaklanjuti. Disarankan untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengembangan kurikulum pelatihan dengan objek berbeda. Desain kurikulum pelatihan kompetensi profesional yang lainnya masih perlu dikembangkan untuk menciptakan guru yang profesional di lingkungan Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumedang.
Aah Ahmad Syahid, 2013 Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
108
Aah Ahmad Syahid, 2013 Desain Kurikulum Pelatihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Penyusunan Bahan Ajar Modul (Studi Pada MTS Negeri Se-Kabupaten Sumedang) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu