BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Strategi bisnis APIP’S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai strategi mencapai keunggulan bersaing. Tipe aliansi pada APIP’S Kerajinan Batik adalah Nonequity strategic alliance dimana dua atau lebih perusahaan memiliki hubungan kontraktual untuk menggunakan sebagian sumber daya dan kapabilitas unik tanpa berbagi ekuitas untuk mengembangkan keunggulan bersaing. Berdasarkan fenomena yang terjadi pada industri batik adalah keterbatasan sumber daya manusianya, bahwa regenerasi pembatik sudah mulai terbatas, maka dengan aliansi strategis di bidang produksi diharapkan merupakan langkah strategis untuk meminimalkan ancaman atau kendala bisnis di industri batik. Latar belakang pendidikan tidak menjadi syarat utama, melainkan pengalaman, keahlian dan daya kreativitas yang tinggi. Proses pembatikan merupakan seni, pembatik dapat membuat desain yang rumit dari otodidak atau yang memiliki darah seni dari pembatik itu sendiri. Pada intinya penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan pengolahan data internal sebagai acuannya. Hasil dari penelitian ini penulis menjawab dan menyimpulkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Menghadapi keterbatasan sumber daya pada APIP’S Kerajinan Batik, langkah aliansi strategis sampai saat ini telah dilakukan. Dalam mengidentifikasi aliansi strategis yang dilakukan, tahapannya adalah mengetahui hambatan dan ancaman sumber daya pada APIP’S Kerajinan Batik. Berikut langkah APIP’S Kerajinan Batik dalam menghadapi keterbatasan sumber daya: a. Melalui analisis SWOT diperoleh hasil analisis faktor internal dan eksternal yang berimplikasi pada strategi bisnis. Efisiensi strategi bisnis yang digunakan dapat dianalisis 110
sebelumnya dari visi, misi dan tujuan yang sesuai dengan strategi yang digunakan yaitu strategi mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan. b. Hambatan utama ketika SDM menjadi terbatas dikarenakan perubahan pola pikir pembatik untuk beralih ke pekerjaan lain, kesulitan memperoleh tenaga pembatik yang terdidik dan terlatih memiliki daya kreativitas yang tinggi, tidak ada regenerasi pembatik sehingga usia SDM akan mempengaruhi hasil produk dari sisi kecepatan waktu produksi dan kualitas pekerjaan. c. Ancaman tenaga pembatik yang beralih ke negara lain dikarenakan motivasi pendapatan yang diperoleh di luar negeri lebih tinggi dibanding dalam negeri, hal lain yang menjadi ancaman semakin bertambahnya pendatang baru di industri batik akan berpengaruh pada tenaga kerja yang terserap oleh APIP’S Kerajinan Batik, bahwa semakin sedikit tenaga kerja yang diperoleh karena pesaing juga membutuhkan tenaga pembatik untuk memperoleh target kapasitas produksi. d. APIP’S Kerajinan Batik memahami potensi ancaman dan hambatan pada proses bisnisnya, sehingga dilakukan aliansi strategis di bidang produksi, yaitu dengan membangun kerjasama dengan mitra pengrajin pembatik. Tujuan aliansi strategis di bidang produksi memberikan solusi dari keterbatasan tersedianya sumber daya manusia. Tenaga kerja merupakan salah satu modal investasi, walaupun bagi APIP’S Kerajinan Batik tidak memiliki banyak tenaga kerja melalui aliansi strategi dengan 10 mitra yang terjaring sebagai pihak yang bekerjasama dalam proses produksi. e. Proses memilih mitra juga dilakukan secara selektif berdasarkan kompetensi inti yang dimiliki oleh mitra aliansi, sehingga tidak hanya memperoleh kapasitas produksi yang tercapai tetapi memperoleh nilai tambah pada proses penciptaan nilai suatu produk. Hal tersebut merupakan salah satu langkah strategi bisnis yang fokus pada diferensiasi produk. Produk yang memiliki nilai unik, tidak mudah ditiru, dan berdaya jual tinggi. 111
f. Pada tahapan awal desain untuk proses pemilihan bahan baku, APIP’S Kerajinan Batik juga melakukan aliansi strategis dengan mitranya produsen kain. Manfaat yang diperoleh ialah dapat menentukan tekstur kain secara khusus sehingga memiliki keunggulan produk dan kualitas bahan baku yang terstandarisasi. g. Langkah strategi bisnis lainnya untuk mengatasi kendala sumberdaya manusia yang dimiliki APIP’S Kerajinan Batik dengan memberikan kompensasi kepada tenaga kerja dan mitranya agar proses produksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Melalui kompensasi berupa motivasi kerja, tunjangan hari raya, bonus, tunjangan kesehatan, fasilitas keamanan dan kenyamanan kerja, penambahan permintaan kapasitas produksi pada mitra, kepercayaan, berbagi pengetahuan teknologi dan informasi. h. Mitra aliansi juga turut berperan serta pada APIP’S Kerajinan Batik untuk memenuhi sumber daya manusia, hal ini salah satu langkah alihdaya untuk memperoleh tenaga kerja. Sebelum tenaga kerja masuk ke dalam manajemen APIP’S Kerajinan Batik, maka ada proses penyeleksian oleh mitra aliansi yang selanjutnya tenaga kerja akan bekerja di rumah produksi 1 di Yogyakarta. i. Pemerintah juga turut berperan serta dalam menangani kendala sumber daya manusia, melalui kementrian tenaga kerja dilakukan program pelatihan magang kerja, tujuannya menciptakan lapangan kerja baru. Bagi APIP’S Kerajinan Batik dilakukan tahapan seleksi tenaga kerja dari program pemerintah tersebut, meskipun program ini belum berjalan efisien untuk mencapai tenaga kerja yang berkualitas. 2) Dalam mengatasi kendala pengembangan desain produk sebagai kompetensi inti APIP’S Kerajinan Batik agar tidak mudah ditiru oleh pesaing usaha dan mitra aliansi strategis, maka APIP’S Kerajinan Batik memiliki strategi khusus pada proses bisnisnya. Dengan menggabungkan kompetensi inti yang dimilikinya dan mengkolaborasikan proses produksi dengan beberapa tahapan pada mitra yang di seleksi sebelumnya. Kompetensi inti pada 112
APIP’S Kerajinan Batik adalah desain yang esklusif, pengendalian kualitas melalui beberapa tahap, dan pelayanan konsumen yang berkualitas. Langkah produksi yang menjadi keunggulan APIP’S Kerajinan Batik terletak pada pencarian material secara khusus, teknologi proses pewarnaan yang selalu berkembang, dan inovasi desain yang berkelanjutan. APIP’S Kerajinan Batik memiliki desain motif yang beragam diantaranya motif klasik, kontemporer, abstrak, motif pakem, motif unik, tanahan. Kehandalan proses dapat memberikan hasil yang diharapkan secara cepat, konsisten, dan efisien. Proses penyederhanaan produksi yang apabila di pesaing tehnik batik dilakukan 4 kali proses, APIP’S Kerajinan Batik melakukan 2 kali proses dengan hasil yang sama. Pada manajemen produksi akan melewati tahapan siklus produksi, produk yang pada saat proses berjalan, 3 bulan kemudian batik tidak laku maka diproses ulang, tahapan lainnya membuat produk baru yang laku di pasar, kemudian selalu berinovasi dengan kunci suksesnya yaitu penggunaan material bertekstur khusus, kehandalan sistem pewarnaan, dan desain satu-satu. Berbasis VRIO analisis untuk memahami produk dan proses produksi, menjadi titik utama untuk memperoleh sinergi dalam proses bisnis. Bahan baku utama yang terjaga mutu sesuai produk standar, sehingga sesuai dengan segmentasi bisnisnya mampu bertahan di pasar industri batik. Mengacu pada tujuan untuk ekspansi, sehingga dapat memperluas pasar dan menambah konsumen baru. Dukungan mitra menambah kapasitas produksi dan peningkatan penjualan, ditunjukan dengan peningkatan permintaan pasar. Peningkatan permintaan dan perluasan pasar mempengaruhi kesuksesan aliansi dengan mitra kerja khususnya pada proses produksi. Faktor-faktor berikut membentuk kompetensi inti yang dimiliki APIP’S Kerajinan Batik. a. Pengetahuan teknologi dari internet memberikan inspirasi bagi APIP’S Kerajinan Batik untuk berinovasi desain dan teknologi proses pewarnaan yang selalu berkembang.
113
b. Kehandalan proses dapat memberikan hasil yang diharapkan secara cepat, konsisten, dan efisien. Proses penyederhanaan produksi yang apabila di pesaing tehnik batik dilakukan 4 kali proses, APIP’S Kerajinan Batik melakukan 2 kali proses dengan hasil yang sama. c. Relasi eksternal
yang dibangun sebagai pemasok, distributor, dan pelanggan
mempengaruhi kemudahan perolehan bahan baku. Pencarian material tidak hanya mori, tapi yang dicari dari tekstur kain, komposisi tekstil, dan bentuk tenunan yang berbeda. Bahan baku lain yang digunakan adalah sutra atbm, sutra organdi, viskos, dobi, mori antik, primis super yang diperoleh dari jaringan pemasok khusus dengan motif yang diinginkan dari Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah. 3) Mengenai mekanisme aliansi strategis di bidang produksi dapat berjalan efektif dan efisien. Proses aliansi strategis berdasarkan desain, manajemen, konstalasi dan kapabilitas aliansi memiliki bentuk dasar strategi bisnis yang sesuai dengan tujuan APIP’S Kerajinan Batik, hal ini dikarenakan bentuk aliansi berkaitan antara strategi bisnis dengan proses bisnis yang berkorelasi positif pada keunggulan bersaing. Aliansi strategis dapat terukur dan terlaksana dalam pengawasan bersama antara APIP’S Kerajinan Batik dan mitra. Implikasi aliansi strategis dapat terukur dari fase aliansi yaitu fase awal, operasional, dan evaluasi. Aliansi strategis memberikan solusi kemudahan untuk menguasai pangsa pasar dan jaringan pemasok. Degan demikian APIP’S Kerajinan Batik dapat mencapai keunggulan bersaing berkelanjutan.
5.2 Saran 1) APIP’S Kerajinan Batik perlu mencari SDM yang berpotensi memiliki keahlian daya kreativitas seni yang tinggi agar kelangkaan sumber daya manusia kedepannya dapat teratasi. Hal yang dapat dilakukan yaitu bekerja sama dengan instansi terkait memperoleh
114
tenaga kerja tedidik dan terlatih, kerjasama dengan sekolah kejuruan,
mengadakan
perlombaan desain membatik untuk memperoleh regenerasi pembatik. 2) Melakukan pelatihan secara rutin dalam jangka waktu tertentu agar para karyawannya selalu disupervisi mengenai kualitas kerjanya. 3) Perlu dukungan pemerintah untuk mengedukasi regenerasi pembatik dan membuat komunitas pembatik muda sebagai tindakan preventif pada kelangkaan sumber daya manusia. Melalui program kompetisi atau perlombaan karya desain secara nasional, melalui jaringan pendidikan formal dan non formal. 4) Menggunakan teknologi yang lebih aplikatif berupa software untuk desain motif seperti software batik fractal, yang fungsinya membuat desain motif batik secara komputerisasi untuk proses produksi. 5) Menggunakan teknologi informasi untuk pemasarannya, sehingga jangkauan distribusi pasar semakin lebih luas. Dapat digunakan web online untuk promosi merek dagang, transaksi bisnis, dan pemesanan produk dengan cara online. 6) Melakukan riset dan pengembangan selanjutnya dengan melakukan tes pasar, uji coba material untuk produk baru. Hal ini mendukung proyeksi strategi jangka panjangnya akan diferensiasi produk pada home fashion, sehingga dapat sukses memenuhi target pasar yang sesuai. 7) Perlunya mengembangkan aliansi strategis pada bidang pemasaran, langkah aliansi strategis dapat dilakukan dengan desainer internasional atau merek fashion terkemuka secara internasional seperti PRADA, GUCCI, LV dan berbagai merek internasional lainnya.
115