161
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab pendahuluan, bahwa penelitian ini akan diarahkan guna menjawab rumusan masalah yang telah penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam, yaitu: (1) bagaimana ruang lingkup kajian pendidikan ekologi?, dan (2) bagaimana pendidikan ekologi dalam perspektif Islam? Berikut kesimpulan yang berhasil penulis dapatkan dari penelitian beberapa bab sebelumnya, yaitu: 1. Alam semesta ini diciptakan agar kemanfaatannya senantiasa ada dan terus berlanjut untuk kemaslahatan dan memenuhi kebutuhan umat manusia. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk teosentris sekaligus antroposentris mengemban misi teologis sebagai pengabdi-Nya sekaligus mengemban misi sosiologis sebagai wakil Allah untuk memakmurkan bumi. Secara makro, ruang lingkup pendidikan ekologi adalah mencakup landasan
pendidikan
ekologi,
tujuan
pendidikan
ekologi,
model
pembelajaran pendidikan ekologi, materi pembelajaran pendidikan ekologi, strategi pembelajaran pendidikan ekologi, dan peran komponen pendidikan ekologi.
161
162
2. Manusia sebagai makhluk yang membawa mandat sebagai pemakmur bumi, maka ia memiliki hak penentu, baik pemanfaatan maupun pelestarian lingkungannya. Dalam rangka itu, maka manusia perlu memperhatikan: 1). Keseimbangan ekologi dan sumber daya alam. 2). Kelangsungan dan kelestarian hidup manusia. 3). Estetika, kenikmatan dan efisiensi
kehidupan
manusia.
4).
Memanfaatkan
sebesar-besarnya
kekayaan alam lingkungan untuk kesejahteraan hidup manusia. 5). Melestarikan lingkungan sehingga kemanfaatannya dapat dinikmati oleh manusia generasi ke generasi sepanjang masa. Oleh karena itu, manusia tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling membutuhkan secara komplementer, baik sesama manusia, sesama makhluk hayati, maupun dengan alam lainnya. 3. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat, hanya akan berhasil apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan benda dan lingkungan alam sekitar, tempat mereka hidup. Seluruh makhluk yang menghuni alam sekitar, dipandang sebagai bagian dari alam semesta. Oleh karena itu, proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya bukan sekedar terjadi dalam lingkungan sosial semata, melainkan juga dalam lingkungan alam yang bersifat material.
163
4. Allah menciptakan jagad raya ini tidak hanya diperuntukan sebagai bahan kebutuhan makan fisik saja, melainkan kebutuhan bagi akal manusia sebagai ruang belajar, observasi, penelitian, dan eksperimen. Allah di dalam firman-Nya tidak hanya menyuruh manusia untuk mengelola flora dan faunanya saja, melainkan Allah juga telah banyak mendorong manusia untuk memikirkan dan merenungkan segala tanda-tanda-Nya. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, pendidikan ekologi dalam perspektif Islam idealnya mampu merubah paradigma masyarakat dari pola pikir eksploitatif terhadap alam menuju pola pikir eksploratif. 5. Term pendidikan maupun term ekologi dapat ditelusuri di dalam sumber Islam yang berupa teks suci seperti al-Qur’an dan hadits.
Nilai nilai
pendidikan ekologi yang digali dari sumber-sumber Islam (al-Qur’an dan hadits) dan pemikiran para cendikiawan muslim yang tertuang di dalam kitab-kitab klasik maupun kitab-kitab kontemporer, memiliki pesan moral bahwasannya manusia sebagai khalifah di muka bumi harus menjadi bagian integral keseimbangan ekosistem. Untuk menuju ke arah demikian, spirit pendidikan ekologi yang termaktub secara eksplisit maupun implisit di dalam teks-teks suci dan kitab-kitab klasik maupun kitab-kitab kontemporerharus diinternalisasikan dalam konteks kehidupan beragama, berislam dan bermasyarakat. 6. Pendidikan ekologi sebagai salah satu bagian dari pemikiran Islam yang membahas tentang alam dan hubungannya dengan manusia, memiliki potensi untuk dikembangkan dalam perspektif pendidikan yang lebih
164
aplikatif. Oleh karena itu, membangun kesepahaman ide pendidikan ekologi dengan orang tua, akan menjadikan rumah sebagai keberlanjutan sekaligus sebagi fungsi kontrol atas pendidikan ekologi berwawasan Islam. Sedangkan membangun kesepahaman dengan masyarakat sekolah, akan berperan sebagai penguat kultur yang pernah dibangun didalam ruang kelas. 7. Dalam keberagamaan Islam, sebenarnya terdapat beberapa dimensi keberagamaan yang sering kali tidak kita sadarai. Ada aspek fiqih (hukum, syariat), ada aspek aqidah (kalam, teologi), dan aspek akhlak (sikap atau perilaku yang sepontanitas sehingga menjadi kebiasaan tanpa melalui proses berfikir), aspek tasawuf (dimensi batiniah dan nilai-nilai fundamental). Demikian juga, Islam memiliki seperangkat nilai yang menyentuh segala aspek kehidupan, dari mulai aspek ekonomi, budaya, politik, hukum, dan termasuk bagaimana pendidikan Islam melihat isu ekologi. Al Quran dan sunnah sebagai kacamata Islam yang sejatinya diperuntukan sebagai petunjuk bagi manusia, tentunya isi kandungannya tidak hanya berhenti pada dimensi teosentris, melainkan didalamnya mengandung wawasan tentang bagaimana mengolah sumber daya alam yang melimpah ini. Itu artinya, Islam sebagai agama tidak hanya sebagai agama yang dipahami dan dipraktekan sebagai kumpulan ritual-vertikal. Akan tetapi, Islam merupakan agama yang di dalam ajarannya terkandung nilai-nilai pokok teosentris sekaligus antroposentris-ekosentris.
165
B. Saran Kerusakan ekologi akibat dari aktifitas manusia modern tidak hanya dipahami sebagai fenomena saja, melainkan sudah menjadi problem dunia untuk sesegera mungkin dilakukan kajian secara serius. Oleh karena itu, isu kerusakan lingkungan dan dampaknya harus selalu dikampanyekan secara masif oleh semua lembaga masyarakat maupun pemerintah. Demikian juga, problem ekologi tidak hanya menjadi tanggung jawab negara atau lembaga tertentu,
melainkan
menjadi
tanggungjawab
lintas
negara
dengan
kebijakannya, lintas agama dengan seperangkat ajarannya, dan lintas suku dengan adat istiadatnya termasuk menjadi tanggungjawab pendidikan. 1. Lembaga Pemerintah Pemerintah sebagai lembaga politik yang dengan Undangundangnya dapat mengikat, memiliki peran penting dalam memayungi hak-hak privasi dan public secara seimbang. Runtutan bencana yang terus menerus menelan korban, disinyalir disebabkan oleh perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan dampak kerugian materiil maupun moril yang besar bagi manusia. Negara sebagai lembaga tertinggi masyarakat dalam hal ini dianas Lingkungan Hidup bersinergi dengan lembaga keagamaan kota dan kabupaten dapat berperan aktif dalam mensosialisasikan pentingnya kepedulian menjaga keseimbangan ekosistem. Sosialisasi tersebut bisa dilakukan melalui kegiatan di masjid, majelis ta’lim, ormas Islam, bahkan lembaga pendidikan formal maupun non formal.
166
2. Lembaga Pendidikan Islam Pendidikan sebagai proses, dipandang paling efektifdalam mengambil peran ganda melakukan pendidikan ekologi agar masyarakat teredukasi untuk menghormati dan ikut terlibat dalam menjaga keberlangsungan alam ini. Adanya penelitian tentang pendidikan ekologi perspektif Islam ini, penulis berharap hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu bahan gagasan pendidikan Islam yang berwawasan ekologi bagi lembaga pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Lembaga pendidikan, khususnya pendidikanIslam yang memiliki peran strategis dalam mengkampanyekan
isu-isu
ekologi,
diharapkan
mampu
mengimplementasikan gagasan pendidikan ekologi ini ke dalam kurikulum pendidikan, baik disatuan pendidikan non formal maupun pendidikan formal ditingkat dasar hingga perguruan tinggi. 3. Masyarakat Muslim Masyarakat sebagai lembaga non formal yang paling besar dalam memanfaatkan sumber daya alam, sesungguhnya memiliki kepentingan dan peran yang besar dalam menjaga dan melesatarikan alam ini. Ikut menjaga dan melestarikan alam, adalah cara bagaimana mewariskan sumber daya alam ini untuk generasi dibelakangnya. Muslim
sebagai
mayoritas
penduduk
Indonesia,
dengan
seperangkat tuntunannya yang bersumber pada dua sumber hukum Islam (al-Qur’an dan sunnah) dan ijtihad para cendikiawan muslim, idealnya
167
mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Islam, sebagai institusi agama yang paling komprehensip dalam ajarannya, diyakini mengandung petunjuk hidup di dunia maupun di akhirat secara paralel. Oleh sebab itu, penulis berharap, gagasan pendidikan ekologi perspektif Islam ini bisa menjadi landasan kognitif masayarakat dalam mengeksplorasi alam ini.