BAB V PENUTUP
A. Simpulan Setelah dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan, maka selanjutnya dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan dan teknik permainan alat musik sape’ kayaan di Mendalam Kabupaten Kapuas Hulu yaitu : 1. Proses pembuatan Alat Musik sape’ meliputi, jenis kayu yang digunakan adalah kayu Tevulu (medang), Meraang, pelaik, nangka dan cempedak, pemilihan kayu dengan cara melihat gesekan dahan yang paling nyaring jika tertiup angin. Peralatan yang digunakan adalah kapak, kapak pencangkul, seraut, ketam kepiting, mesin bor, mesin ketam, gerinda dan pahat ukir. pembentukan body sape’ dengan cara menarah mengunakan kapak dan dihaluskan menggunakan mesin ketam. Motif yang digunakan alat musik sape’ adalah motif akar, takang, pakok dan burung engang atau nabau. finishing dan Pelarasan nada pada Lasar yaitu mengunakan sarang kelulut sebagai pelekat lasar. 2. Teknik Permainan alat musik sape’ meliputi tuning alat musik sape’ yaitu senar satu bernada do, senar dua bernada do, dan senar tiga bernada sol. Sikap badan memainkan sape dengan cara berdiri maupun duduk. Teknik penjarian tangan kiri hanya memakai jari telunjuk, jari tengah dan jari manis untuk menekan senar. Sedangkan tangan kanan mengunakan ibu
68
69
jari untuk memetik senar. Produksi nada mengunakan teknik slur, slide dan staccato.
B. Saran Alat musik sape’ merupakan alat musik yang memiliki keunikan tersendiri, namun alat musik ini masih perlu banyak peyempurnaan trutama pada bagian-bagian seperti: 1.
Bagian kepala sape’ sebaiknya tidak terlalu besar, karna akan membuat sape’ menjadi berat pada bagian kepala sape’ sehingga menyulitkan posisi tubuh pada saat memainkan sape’,.
2.
Pembuatan lubang untuk Goteahal sebaiknya lebih memperhitungkan kemudahan pada saat memasang senar.
3.
Pemasangan lasar sebaiknya tidak terlalu tinggi dari senar supaya mempermudah pada saat memainkan teknik slur dan menghasilkan suara yang bersih.
4.
Menentukan nada pada lasar sebaiknya menggunakan tuner ataupun menggunakan Perhitungan konstan fret pada Fingerboad, tidak hanya menggunakan pendengaran saja.
5.
Mengingat sape’ sebagai salah satu alat musik tradisional dari Indonesia, maka
perlu
dibuat
penotasian
secara
tertulis
sehingga
dapat
mempermudah mempelajarinya khususnya di dunia pendidikan atau pendidikan formal.
Daftar Pustaka
Arikunto,Suharsimi.1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Utama. Bappeda Kapuas Hulu. 2008. Profile Daerah Kabupaten Kapuas Hulu Brown, Hp, Panshin, A.J dan Forsaith, CC. 1952. Textbook of Wood Technology vol.II. Mc Graw-Hill. USA BPS Kapuas Hulu. 2008. Kabupaten Kapuas Hulu Dalam Angka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Ensiklopedia Nasional Indonesia (jilid 3). Jakarta: Balai Pustaka ________________. 1990. Ensiklopedia Nasional Indonesia( jilid 4). Jakarta: Balai Pustaka ________________. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Firmansyah, Rizky. 2006. Kajian Tentang Kemungkinan Pemakaian Kayu Kelapa (Cocos nucifera L.) Untuk Bahan Baku Gitar Akustik. Skripsi: Jurusa Departemen Hasil Hutan FK. IPB Gorlinski, Virginia K. 1988. Some Insights Into The Art Of Sape' Playing. Sarawak: Museum Journal ________________. 1989. Religious and Social Significance Of a Traditional Kenyah Music-dace. Sarawak: Museum Journal Habrriyana, Putra Mega. 2011. Teknik Permainan dan Fungsi Musik Tradisional Cokek, an di Desa Ngaru-aru Kabupaten Boyolali. Skripsi. Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS. UNY. Jamalus. 1998. Penyajian Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan. Kodijah, Latifah 1983. Istilah-Istilah Musik. Jakarta: PT. Djambatan Koencoroningrat. 1986. Kebudayaan.Jakarta : Pustaka Utama.
xiv
Kollman FFP and WA Cote Jr. 1968. Principles of Wood Science and Technology. New York: Vol. I. Springer-Verlag, Berlin. Lawing, Daniel. 2003. Folk songs of the Kenyah Leppo’ Ma’ut: A study of text and music. Jakarta: CIFOR, WWF Indonesia, UNESCO and Ford Foundation. Mallinckrodt. Het Adatrecht van Borneo, 1928. Leiden: M. Dubbeldeman Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhajirin. 2010. Apresiasi Teknik Produk Kerajinan. Yogyakarta: Seni Kerajinan UNY Mujillah, Hana Sri. 1998. Teori Musik Dasar. Yogyakarta Sendratasik IKIP Oey Djoen Seng. 1964. Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan Pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Okushima, Mika. 1999. Borneo Research Bulletin, Vol 30. University of Helsinki, Finland Prasetyo Hesti. 2010. Pembuatan Alat Musik Krumpyung di Desa Kokap Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS. UNY Purwadarminto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Riwut, T. 1979. Kalimantan Membangun. Jakarta: Jayakarta agung RPJM. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kapuas Hulu Seymour, Frances. 2003. Social Science Research and Conservation Management in the Interior of Borneo. Jakarta: CIFOR, WWF Indonesia, UNESCO and Ford Foundation Soeharto, M. 1992. Kamus Musik, Jakarta: PT Gramedia Widia Sugiyono.2008. Memahami Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
xv
Takari, Muhammad. 2005. Studi Banding Antara Tangga Nada Pentatonik dan Diatonik. dalam Jurnal Etnomusikologi, Medan. USU Press Tim Abdi Guru. 2007. Seni Budaya Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga Wicaksono, Herwin Yogo. 2004. Praktik Individual Mayor I. Yogykarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Williams, Jim. 1986. A Guitar Makers Manual. Australia: Hal Leonard Publishing Corporation Yampolsky, Philip. 1995. Kalimantan String Musik of Indonesia. Washington DC: Samithsonian Folkways Recordings Center for Folklife Program
xvi