BAB V PENUTUP
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dengan rujukan rumusan permasalahan yang telah dipaparkan pada bagian awal penelitian ini, maka tahap ini merupakan bagian akhir yang akan menjelaskan simpulan tentang analisis data serta saran dari peneliti sebagai bentuk tindak lanjut (follow up) dari hasil penelitian analisis kontrastif ini.
5.1 Simpulan Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, bahwa bahasa Indonesia (BI) dan bahasa Korea (BK) sama-sama merupakan bahasa aglutinatif yang sepintas tampak tidak terdapat perbedaan yang sangat mendasar antar keduanya. Namun demikian, bila dirunut lebih dalam kajian antar kedua bahasa tersebut ditemukan berbagai perbedaan pada tataran struktur kalimat tunggal berdasarkan fungsi, urutan, dan kategori sintaksis unsur-unsur kalimatnya. Analisis data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya memberikan informasi secara komprehensif tentang jenis-jenis struktur kalimat tunggal BI dan BK. Deskripsi lebih lanjut terkait hal tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
5.1.1
Struktur Kalimat Tunggal BI Analisis data yang telah dilakukan pada beberapa variasi korpus data
struktur kalimat tunggal BI menghasilkan beberapa hal penting sebagai berikut:
95
96
a. Struktur kalimat tunggal BI bisa meliputi distribusi konstituen-konstituen berdasarkan fungsi sintaksisnya dengan sistematika S-P, S-P-O, S-P-Pl, SP-Ket, dan S-P-O-Ket yang setiap unsur-unsur fungsinya tidak ditandai dengan penanda. b. Berdasarkan kategorinya, unsur-unsur yang terdapat pada kalimat tunggal BI yang berstruktur S-P, S-P-O, S-P-Pl, S-P-Ket, dan S-P-O-Ket terdiri dari kategori (1) nominal atau frase nominal, (2) adjektiva atau frase adjektival, (3) verba atau frase verbal, (4) frase depan, dan (5) frase bilangan. c. Berdasarkan urutannya, (1) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P, unsur yang menduduki fungsi S dan P dapat diubah urutannya menjadi P-S. (2) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P-O, unsur yang menduduki fungsi S selalu terletak di awal dan O selalu terletak di belakang P dari kata verbal transitif. Oleh karena, P terdiri dari kata verbal transitif, maka sebuah kalimat yang berstruktur S-P-O dapat dipasifkan. Apabila dipasifkan, kata atau frase yang menduduki fungsi O akan berubah menjadi fungsi S yang diletakkan di awal dan unsur yang menduduki fungsi S akan berubah menjadi fungsi Ket yang terletak di akhir kalimat, sedangkan fungsi P tetap teletak di antara S dan Ket. Unsur fungsi O selalu mengikuti fungsi P atau selalu terletak di belakang P. (3) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P-Pl, unsur S terletak di awal dan dapat diletakkan di belakang Pl, unsur P dapat diletakkan di awal yang diikuti unsur P. (4) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P-Ket, unsur yang
97
menduduki fungsi S dapat terletak di depan P, dapat terletak di antara P dan K, dan dapat terletak di belakang Ket. Unsur yang menduduki fungsi P dapat terletak di antara S dan Ket, dapat terletak di depan S, dan dapat terletak di depan Ket. unsur yang menduduki fungsi Ket dapat terletak di belakang P, dapat terletak di depan S, dan dapat terletak diantara S dan P. (5) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P-O-Ket, unsur yang menduduki fungsi S dapat terletak di awal, dapat terletak di antara P dan Ket, dan dapat terletak di belakang Ket. Unsur yang menduduki fungsi P hanya terletak di belakang S yang selalu diikuti O. Unsur yang menduduki fungsi Ket, dapat terletak di akhir kalimat, dapat terletak di depan S, dan dapat terletak di antara S dan P-O.
5.1.2
Struktur Kalimat Tunggal BK Sebagaimana analisis data yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya,
juga bisa ditarik beberapa simpulan terkait karakteristik gramatikal struktur kalimat tunggal BK sebagai berikut: a. Sistematika gramatikal konstituen pengisi fungsi-fungsi sintaksis dalam sebuah kalimat tunggal BK bisa berupa S-P, S-O-P, S-Pl-P, S-Ket-P, dan S-Ket-O-P yang ditandai dengan penanda unsur-unsur setiap fungsinya. Unsur S ditandai dengan dua penanda, yaitu penanda –i /–ga dan –neun/– eun yang dilekatkan di belakang kata benda atau nomina. Unsur P ditandai dengan penanda akhiran bentuk formal –da, -b nida, dan -seubnida dan penanda akhiran bentuk informal -ayo, -eoyo, dan –haeyo. Unsur O
98
ditandai dengan dua penanda, yaitu penanda –reul dan –eul yang dilekatkan di belakang kata benda atau nomina. Unsur Pl ditandai dengan penanda -i/ga anida ‘bukan’ dan -i/ga dweida ‘menjadi’ yang dilekatkan di belakang kata benda. Unsur Ket ditandai penanda Ket yang dilekatkan di belakang fungsi Ket, seperti –e yang bisa berarti ‘pada, ke, dan di’, -eseo yang bisa berarti ‘di dan dari’, -ro yang bisa berarti ‘dengan’, dan lain sebagainya. b. Berdasarkan kategorinya, unsur yang menduduki fungsi S dapat berkategori nomina atau frase nominal, unsur yang menduduki fungsi P dapat berkategori verba atau frase verbal dan adjektiva atau frase adjektival, unsur yang menduduki fungsi O dapat berkategori nomina atau frase nominal, unsur yang menduduki fungsi Pl dapat berkategori adjektiva dan nomina atau frase nominal, unsur yang menduduki fungsi K selalu berkategori frase depan. c. Berdasarkan urutannya, pada kalimat tunggal BK yang berstruktur S-P, SO-P, S-Pl-P, tidak dapat diubah urutannya, kecuali pada kalimat tunggal yang berstruktur S-Ket-P dan S-Ket-O-P, unsur fungsi Ket saja yang dapat diubah urutannya menjadi Ket-S-P dan Ket-S-O-P.
5.1.3
Implikasi Hasil Penelitian dalam Pengajaran BI dan BK sebagai
Bahasa Asing Selain karakteristik sistem gramatikal struktur kalimat tunggal BI dan BK sebagaimana disimpulkan di atas, analisis data pada bagian sebelumnya juga
99
melahirkan beberapa sisi edukasional sebagai tindak lanjut kajian kontrastif struktur kalimat tunggal BI dan BK dalam pengajarannya sebagai bahasa asing. Adapun implikasi edukasional hasil penelitian ini secara terperinci dapat disimpulkan seperti di bawah ini.
5.1.3.1 Pengajaran BI sebagai Bahasa Asing Implikasi pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: d. Pertama, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman tentang unsur-unsur yang menduduki fungsi pada struktur kalimat tunggal BI terdiri dari kalimat tunggal yang berstruktur S-P, S-P-O, S-P-Pl, S-P-Ket, dan S-P-O-Ket yang setiap unsur-unsur fungsinya tidak ditandai dengan penanda. e. Kedua, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman tentang kategori-kategori yang mengisi masing-masing fungsi S, P, O, Pl, dan Ket pada kalimat tunggal yang berstrukur S-P, S-P-O, S-P-Pl, S-P-Ket, dan SP-O-Ket, sehingga pelajar mampu memahami kategori apa saja yang dapat mengisi unsur-unsur pada masing-masing fungsi yang digunakan. f. Ketiga, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman tentang urutan pada (1) kalimat tunggal yang berstruktur S-P, (2) kalimat tunggal yang berstruktur S-P-O, (3) kalimat tunggal yang berstruktur S-P-Pl, (4) kalimat tunggal yang berstruktur S-P-Ket, dan (5) kalimat tunggal yang berstruktur S-P-O-Ket.
100
5.1.3.2 Pengajaran BK sebagai Bahasa Asing Dari hasil penelitian kontrastif kalimat tunggal BI dan BK, implikasi terhadap pengajaran BK akan memberikan solusi dalam mengatasi kendala dan kesulitan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Korea sebagai bahasa asing. Implikasi pengajaran bahasa Korea sebagai bahasa asing dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pertama, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman bahwa unsurunsur yang menduduki fungsi pada kalimat tunggal BK ditandai dengan penanda pada setiap unsurnya. b. Kedua, pelajar harus diberi penjelasan tentang macam-macam penanda fungsi S, P, O, Pl, dan Ket, serta kaidah pelekatannya pada setiap unsur yang dilekatkan dibelakang masing-masing fungsi. c. Ketiga, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman tentang kategorikategori yang mengisi masing-masing fungsi S, P, O, Pl, dan Ket pada kalimat tunggal yang berstrukur S-P, S-O-P, S-Pl-P, S-Ket-P, dan S-Ket-OP, sehingga pelajar mampu memahami kategori apa saja yang dapat mengisi unsur-unsur pada masing-masing fungsi yang digunakan. d. Keempat, pelajar harus diberi penjelasan tentang urutan pada struktur kalimat tunggal BK, bahwa pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P, S-OP, S-Pl-P tidak dapat diubah urutannya, kecuali pada kalimat tunggal yang berstruktur S-Ket-P dan S-Ket-O-P, unsur fungsi K saja yang dapat diubah urutannya menjadi Ket-S-P dan Ket-S-O-P.
101
Hasil penelitian yang tercermin dari hasil analisis data studi gramatika kontrastif bahasa Indonesia dan bahasa Korea ini berhasil mengumpulkan dan menyediakan beberapa solusi bagi para pengajar bahasa Korea untuk memecahkan masalah, kendala, dan kesulitan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Korea sebagai bahasa asing. Sebagaimana telah dipaparkan secara menyeluruh tentang fungsi dan kategori struktur kalimat tunggal BI dan BK pada bagian sebelumnya memiliki beberapa perbedaan dan persamaan gramatikal penyusunnya, yang kedua, bisa dijadikan media untuk memberikan penjelasan yang lebih mudah dicerna dan terasa dekat dengan pengalaman bahasa ibu para pelajar bahasa Korea, yaitu bahasa Indonesia, sehingga kendala dan kesulitan gramatikal bahasa Korea, khususnya pada struktur kalimat tunggal bisa diatasi.
5.2 Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, terdapat beberapa saran dari peneliti terkait beberapa persoalan keilmuan terkait kajian kontrastif bahasa Indonesia dan bahasa Korea sebagai solusi akademis dalam pengajaran keduanya sebagai bahasa asing, antara lain: a. Pengajar bahasa Indonesia dan bahasa Korea sebagai bahasa asing hendaknya lebih peduli dengan sisi-sisi linguistik terkait pelaksanaan penelitian tentang Linguistik Terapan, khususnya yang berkenaan dengan linguistik kontrastif. Hal itu berangkat dari beberapa kenyataan di lapangan bahwa pengontrasan antara bahasa ibu pelajar dengan bahasa
102
asing yang dipelajari sangat membantu proses pemahaman dan penguasaan pelajar terhadap bahasa asing. b. Penelitian tentang kajian kontrastif bahasa Indonesia dan bahasa Korea ini hendaknya bisa menginspirasi atau setidaknya memberikan sedikit motivasi bagi para peneliti lain untuk terus melakukan pengembangan tentang penelitian terkait, mengingat pengajaran bahasa Indonesia dan bahasa Korea sebagai bahasa asing semakin lama semakin berkembang dengan pesat.