Bab V PENGELOLAAN MASALAH BANJIR DAN KEKERINGAN
Sub Kompetensi Mahasiswa memahami pengendalian banjir dan kekeringan
1
PERSOALAN Banjir dan kekeringan, mengapa menjadi dua sisi mata uang yang harus diwaspadai?
LAND USE
FAKTOR HUJAN
FLUKTUASI DEBIT
PDAM
LISTRIK
2
BANJIR DAN KEKERINGAN berperilaku linier-dependent, linier dependent artinya semua faktor yang menyebabkan kekeringan akan bergulir mendorong terjadinya banjir. Semakin parah kekeringan yang terjadi, semakin besar pula banjir yang akan menyusul dan sebaliknya.
BANJIR DAN KEKERINGAN Selain masalah banjir maka masalah kekeringan harus pula dicermati, kondisi ini membawa permasalahan pada pengelolaan DAS tidak hanya pada pengurangan jumlah air yang ada, akan tetapi juga membawa pada penurunan kualitas air, seperti p kemampuan p pengenceran p g dan reaerasi akan berkurang, serta pengaruh terhadap degradasi estetika.
3
PENGELOLAAN MASALAH BANJIR FAKTOR DAS
FAKTOR HUJAN
BANJIR
FAKTOR ALUR SUNGAI
FAKTOR HUJAN Metode Rasional
Model hujan-aliran sederhana
Qp C I A K
= = = = =
Qp = K C I A
debit puncak (m3/dt) koefisien aliran ali an Intensitas hujan (mm/jam) Luas DAS (km2) angka konversi satuan = 0,278
Qp dengan tc=0,5dh
Q
Qp dengan tc=dh Qp dengan tc=2dh
t
4
FAKTOR DAERAH ALIRAN SUNGAI DAS DAERAH TANGKAPAN AIR HUJAN YANG AKAN MENGALIR KE SUNGAI BERSANGKUTAN TATAGUNA LAHAN SANGAT BERPENGARUH PADA RETENSI DAS
FAKTOR ALUR SUNGAI UPAYA PENGENDALIAN DEBIT KALA ULANG PERENCANAAN KEGIATAN FISIK DI SUNGAI
TDK COCOK
PERUBAHAN DAS
5
PENYEMPITAN ALUR SUNGAI
AMBANG ALAM
RINTANGAN ARUS
BELOKAN TAJAM
PERTEMUAN 2 SUNGAI ARUS SALING MERINTANGI
KEKERINGAN KONDISI EKSTRIM KARAKTERISTIKNYA MASIH MISTERI BEBERAPA ACUAN KEKERINGAN METEOROLOGIS KEKERINGAN HIDROLOGI KEKERINGAN PERTANIAN
6
KEKERINGAN METEOROLOGIS INDEKS KEKERINGAN De Martonne
P 10 T
dengan : P = curah hujan j tahunan rerata ((mm), ), T = temperatur tahunan rerata, = indeks kekeringan. nilai < 15 dikategorikan sebagai wilayah kering
INDEKS KEKERINGAN Thornthwaite Hujan tahunan < Eto
Wilayah semi kering
UNESCO P < 0,03 Eto
wilayah super kering
0 03 0,03
<
P 0 20 < 0,20 Eto
il h kkering i wilayah
0,20
<
P < 0,50 Eto
wilayah semi kering
7
KEKERINGAN HIDROLOGIS MEREFLEKSIKAN KONDISI SISTEM AIR SUATU WILAYAH DEBIT ALIRAN RENDAH TAMPUNGAN AIR
KEKERINGAN PERTANIAN MEREFLEKSIKAN KEKURANGAN LENGAS TANAH YANG DIBUTUHKAN TANAMAN
8
ANALISA POTENSI KETERSEDIAAN AIR
Model Mock merupakan salah satu model yang umum digunakan,, karena model ini cukup sederhana, digunakan sederhana, mudah penerapannya dan menggunakan data yang relatif lebih sedikit (Sinaro Sinaro,, 1987).
Persamaan dasar model Mock AET
AET= CF* PET ER=P–AET SM SMC – ISM SM=SMC WS=ER-SM I=Cds*WS I=Cws*WS GWS=0,5*(I+ K ) * I * IGWS S=GWS–IGWS BF=I-S DRO=WS–I TRO=DRO+BF QRO=TRO*A
CF PET ER P SM ISM WS I Cds Cws GWS IGWS K S BF DRO TRO A QRO
: Aktual evapotranspirasi/evapotranspirasi sebenarnya : Crop factor/ faktor tanaman /koefisien tanaman : Evapotranspirasi potensial : Excces rainfall/ hujan yang langsung sampai kepermukaan tanah : Curah hujan tengah bulanan : Soil moisture/ kelembaban tanah : Initial soil moisture/kelembaban tanah awal : Water surplus/ kelebihan air : Infiltrasi : Koefisien infiltrasi pada musim kemarau : koefisien infiltrasi pada musim hijan : Groundwater storage/tampungan air : Initial groundwater storage/tampungan air tanah awal : konstanta resesi air tanah : Perubahan tampungan : Base flow / aliran dasar : Direct run off/ aliran langsung : total run off / total aliran : Luas daerah aliran sungai : Debit run off/ debit aliran
9
Struktur Model Mock P AET
DRO = Direct run off/ aliran langsung TRO = total run off / total aliran A = Luas daerah aliran sungai QRO = Debit run off/ debit aliran
ER SMC
WS
DRO=WS-I ΔSM
ISM I
GWS ΔS IGWS BF = I - ΔS
DATA MASUKAN MODEL MOCK
1.Curah 1 C rah hujan h jan rata rata-rata rata setengah b bulanan lanan (P) 2.Evapotranspirasi potensial (Eto) 3.Luas daerah pengaliran Sungai Ciranjang 4.Debit rata-rata setengah bulan pada Bendung Ciranjang yang merupakan hasil pengukuran.
10
UNTUK IRIGASI Ketersediaan air di sungai untuk kepentingan suatu irigasi didasarkan pada debit andalan 80%. Debit andalan (dependable flow) didefinisikan sebagai debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk kepentingan irigasi. Debit andalan ditentukan untuk periode tengah bulanan (Standar Perencanaan Irigasi, 1986). Pada penelitian ini Analisa debit andalan dilakukan dengan menggunakan metode Wi b ll Adapun Wiebull. Ad persamaan metode t d Wiebull Wi b ll adalah d l h sebagai berikut.
p
m n 1
ANALISA EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL ET
c
r
R
2 . 00 ( 0 . 00738
P 1013 R
n
R
s
R
b
1
T
0 . 27 1 . 0
0 . 8072
mean
)
7
0 . 01 U
2 m
e s
e
a
0 . 00116
P L
1 . 6134 L 2500
n
. 78 2 . 3601
0 . 1055
R
s
R
* T
E b
n 0 . 35 0 . 61 R N
R s a R so
b R
air
so
bo
11
dengan : = perbedaan uap jenuh pada temperatur rata-rata = nilai psychrometric P = tekanan udara L = panas laten Rs = gelombang pendek radiasi matahari yang sampai kepermukaan bumi n = penyinaran matahari N = penyinaran i matahari t h i rata-rata t t maksimum k i Rb = gelombang radiasi matahari yang meninggalkan permukaan bumi Rso = gelombang panjang radiasi matahari netto yang meninggalkan permukaan bumi Rbo = gelombang panjang radiasi matahari netto pada saat langit cerah Rn = radiasi matahari netto a & b = konstanta es = tekanan uap p jjenuh ea = tekanan uap aktual = emissivity ( daya pancar permukaan ) σ = Konstanta Sthepan-Boltzman
KESIMPULAN PENANGANAN BANJIR DAN KEKERINGAN SECARA TERPADU DIHARAPKAN MEMBERIKAN HASIL YANG LEBIH BAIK
12