BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Umur Menurut
Notoatmodjo
(2009)
menyebutkan
bahwa
umur
mempengaruhi individu dalam memperoleh pengetahuan, semakin dewasa umur seseorang maka semakin tinggi tingkat pengalamannya dan semakin bertambah pengetahuaannya. Kematangan umur seseorang akan menambah pengalaman individu sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai suatu objek (Notoatdmojo,2003). Bedasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 60 orang memiliki kisaran umur 30-50 tahun yang masih dalam umur produktif, yang mana responden telah memiliki
umur
yang
matang
dan
memiliki
pengalaman
untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai suatu objek ih matang dalam berfikir dan menerima informasi. Oleh karena itu, seluruh responden telah memiliki pemikiran yang matang untuk mengolah informasi yang diterima dan memiliki pengalaman yang cukup untuk melakukan tindakan yang diinformasikan. Dalam penelitian ini diperoleh rata-rata umur responden yaitu 43,11 tahun dengan usia termuda 30 tahun dengan standar deviasi 6,13.
52
dan tertua 50 tahun
53
2. Tingkat Pendidikan Menurut Notoatmodjo (2007), salah satu tujuan pendidikan adalah mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Pendidikan yang diperoleh dari hasil proses belajar mengajar sangatlah penting dalam mempengaruhi pengetahuan yang mana akan menghasilkan perubahan sikap berupa higiene personal bagi sesorang (Maulana,2014). Apabila pendidikan seseorang tinggi maka cara berpikirnya mereka lebih luas, dimana tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir seseorang yang dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari seperti higiene personal (Entjang,1985). Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan responden didapatkan sebanyak 32 orang responden atau 53,3% memiliki tingkat pendidikan SD, 15 orang atau 25% dari responden memiliki tingkat pendidikan SMP,dan sebanyak 12 orang atau 20% dari responden memiliki tingkat pendidikan SMA. Hal ini menunjukkan semua responden sudah bisa baca dan tulis yang merupakan faktor yang mendukung dalam meningkatkan perilaku (pengetahuan dan higiene personal) petani penyemprot padi di Desa Pondok. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan sampel berpasangan, sehingga untuk karakteristik responden dari sebelum diberikan penyuluhan dan setelah diberikan penyuluhan tidak mengalami perubahan. Karakteristik responden yang mempengaruhi pengetahuan dan higiene personal yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, kepercayaan, status
54
ekonomi, informasi, intelegensi, motivasi, presepsi, emosi, citra tubuh, praktik sosial. tidak berpengaruh terhadap kenaikan hasil pengetahuan dan higiene personal karena secara alami karakteristik tersebut telah terkontrol dari sampel yang sama atau berpasangan.
B. Variabel Penelitian 1. Pengetahuan tentang Pestisida Pengukuran variabel pengetahuan pada petani padi penyemprot di Desa Pondok Nguter Sukoharjo dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu pemberian pretest pengetahuan tentang pestisida sebelum adanya intevensi atau penyuluhan, dan tahap kedua yaitu dilakukan posttest setelah satu minggu setelah dilakukan penyuluhan. Didapatkan hasil nilai sebelum penyuluhan dengan rata-rata 47,16, standar deviasi 20,73 dan nilai terendah 5 serta nilai tertinggi 90. Satu minggu setelah diberikan intervensi atau penyuluhan terdapat kenaikan rata- rata hasil nilai posttest menjadi 82,08 dengan standar deviasi 16,11 dan nilai terendah 35 serta nilai tertinggi 100. 2. Higiene Personal Pengukuran
variabel
higiene
personal
pada
petani
padi
penyemprot di Desa Pondok Nguter Sukoharjo dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu pemberian pretest higiene personal sebelum adanya intevensi atau penyuluhan, dan tahap kedua yaitu dilakukan posttest setelah satu minggu setelah dilakukan penyuluhan. Didapatkan hasil nilai
55
sebelum penyuluhan dengan rata-rata 70,91, standar deviasi 13,97 dan nilai terendah 35 serta nilai tertinggi 95. Satu minggu setelah diberikan intervensi atau penyuluhan terdapat kenaikan rata- rata hasil nilai posttest menjadi 86 dengan standar deviasi 12,51 dan nilai terendah 45 serta nilai tertinggi 100. 3. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan tentang Pestisida pada Petani Penyemprot Padi Pengetahuan petani dipengaruhi oleh pemberian informasi yang benar dalam Hawkins,1999).
bentuk pendidikan maupun penyuluhan
(Ban
dan
Penyuluhan dilakukan dengan memberikan informasi
umum tentang pestisida, bahaya penggunaan pestisida, dan cara untuk mencegah dampak buruk dari penggunaan pestisida. Penyuluhan dilakukan selama 45 menit dengan tanya jawab selama 15 menit. Responden juga diberi brosur mengenai materi yang dijelaskan, sehingga brosur dapat digunakan sebagai sarana mengingat kembali pengetahuan yang telah diberikan. Pengetahuan petani diukur dengan menggunakan kuesioner sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan. Rata-rata sebelum dilakukan penyuluhan pengetahuan petani masih rendah. Setelah penyuluhan, dapat diketahui adanya peningkatan skor pengetahuan petani tentang pestisida. Dari hasil perbandingan skor sebelum dan sesudah penyuluhan diketahui bahwa seluruh responden mengalami peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan. Peningkatan pengetahuan ini
56
menunjukkan adanya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan yang kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Berdasarkan hasil dari uji statistik wilcoxon dengan SPSS versi 23 diperoleh nilai significancy sebesar 0,000. Karena harga signifikansi 0,000 < 0,05, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan yang bermakna (signifikan) terhadap perubahan pengetahuan tentang pestisida. Hasil nilai pretest dan posttest pengetahuan sebelum penyuluhan didapatkan nilai minimum sebesar 5 dan nilai maksimum 90, sedangkan untuk sesudah penyuluhan diperoleh nilai minimum 35 dan maksimum 100. Hasil nilai sebelum penyuluhan relatif tinggi dan memiliki selisih yang besar dengan hasil nilai setelah penyuluhan. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah memiliki pengetahuan mengenai bahaya pestisida. Penelitian ini relevan dengan penelitian Afrianto (2013) yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan petani dalam menyemprot pestisida. Uji statistik penelitian ini menggunakan uji wilcoxon dengan hasil p-value sebesar 0,000 dimana dapat disimpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang bermakna terhadap pengetahuan petani terkait Alat Pelindung Diri (APD) dari bahaya pestisida. Selanjutnya penelitian Bernadetta (2011) yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Sebelum penyuluhan, petani jeruk yang berpengetahuan buruk dan cukup
57
masing 65% dan 35%. Setelah penyuluhan, semua petani jeruk memiliki pengetahuan yang baik . Secara statistic one-way anova menghasilkan pvalue sebesar 0,000. Artinya, pada alpha 5% terdapat pengaruh penyuluhan yang signifikan terhadap perubahan pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Metode penyuluhan yang dilakukan oleh peneliti adalah penyuluhan individu privat dengan model konsultasi dimana petani dilibatkan dalam proses penyuluhan atau menjelaskan materi dengan mengajukan pertanyaan kepada petani sehingga petani dapat mengutarakan argumentasinya secara langsung. Pengajuan pertanyaan ini akan membuat petani merasa lebih diperhatikan dan menjadi tantangan bagi kecerdasannya (Ban dan Hawkins,1999). 4. Pengaruh Penyuluhan terhadap Higiene Personal Petani Penyemprot Padi Berdasarkan hasil penelitian dari perbandingan higiene personal sebelum dan sesudah penyuluhan. Terdapat 4 responden yang hasil higiene personal setelah penyuluhan sama dengan sebelum penyuluhan atau tetap. Terdapat 56 responden memiliki hasil higiene personal setelah penyuluhan yang lebih baik daripada sebelum penyuluhan. Hasil dari uji statistik diperoleh nilai significancy sebesar 0,000. Karena harga signifikansi 0,000 < 0,05, maka disimpulkan terdapat perbedaan higiene personal yang bermakna antara sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan.
58
Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penyuluhan dilakukan dengan memberikan pengetahuan mengenai tata cara higiene personal yang benar setelah melakukan penyemprotan pestisida, sehingga petani dapat melakukan tindakan higiene personal sesuai dengan pengetahuan yang telah diberikan. Hasil nilai dari pretest dan posttest sebelum penyuluhan memiliki nilai terendah 35 dan tertinggi 9, sedangkan setelah penyuluhan memiliki nilai terendah 45 dan tertinggi 100. Rata-rata nilai sebelum dilakukan peyuluhan 70,92 dan setelah dilakukan penyuluhan 86,00. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan petani telah mengetahui mengenai higiene personal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sanderson, Wardle dan Michie (2009) yang
menyatakan bahwa intervensi berupa
lembaran/leflet, maupun penyuluhan langsung meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku dan kebiasaan manusia.
C. Keterbatasan Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang perlu diketahui, antara lain : 1. Jenis penelitian yang digunakan eksperimental sehingga tidak adanya kelompok kontrol untuk mengetahui perbandingan yang lebih detail,
59
untuk penelitian selanjutnya dapat
menggunakan jenis penelitian
cohort dan case control agar lebih detail. 2. Dalam penelitian ini kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan interpetasi responden dalam menangkap maksud dari pertanyaan yang sebenarnya dari kuesioner. 3. Uji statistik yang digunakan seharusnya uji analisis t-test berpasangan akan tetapi data yang diperoleh tidak terdistribusi normal. Sedangkan salah satu syarat untuk menggunakan uji t-test berpasangan adalah data penelitian harus terditribusi normal. Untuk itu uji statistik yang digunakan adalah uji statistik wilcoxon. Untuk penelitian selanjutnya sampel penelitian harus lebih banyak agar data bisa terdistribusi normal. 4. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik wilcoxon dimana merupakan uji statistik non parametrik, yang mana hasilnya kurang tajam dibandingkan dengan statistik parametrik dan hasilnya tidak dapat digeneralkan ke kelompok yang lebih luas. 5. Pemberian penyuluhan hanya dilakukan sekali saja sehingga kurang memberikan kesan bagi responden, sehingga diperlukan penyuluhan beberapa kali agar responden benar-benar mengetahui bahaya dari pestisida dan pentingnya kesehatan .