Bab V Pembahasan
5.1
Perhitungan Cadangan
Perhitungan cadangan nikel laterit ini dibatasi dengan Cut of Grade (Cog) untuk nikel limonit kadar Ni ≥ 1,2 % dan kadar Fe ≥ 25 %, densitas 1,6 kg/m3 dan saprolit kadar Ni ≥ 1,8 % dan kadar Fe ≤ 25 %, densitas 1,5 kg/m3, sehingga perhitungan cadangan nikel laterit berdasarkan hasil Log Bor dilakukan dengan menggunakan daerah pengaruh yang diambil berdasarkan jarak titik bor sebesar 25 meter. Jumlah tonase cadangan original sebesar untuk limonit 298750 ton dan saprolit sebesar 1706875 ton, total cadangan untuk limonit dan saprolit adalah 3.020.315 ton.
Hasil perhitungan cadangan dengan menggunakan masing-masing metode dapat di lihat pada tabel 5.1 (lampiran B) Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Cadangan Metode
Tipe Nikel
Limonit Saprolit Limonit IDW Saprolit Limonit Kriging Saprolit NNP
B.J 1.6 1.5 1.6 1.5 1.6 1.5
3
Volume (m ) 555470 2030480 536140 2058250 577870 1948360
Hasil Estimasi Tonase (ton) Total (ton) 888750 3934450 3045700 857820 3945190 3087370 924590 3847130 2922540
5.2. Analisis Penampang Analisis dilakukan dengan membandingkan model endapan dari ketiga metode tersebut berdasarkan distribusi ketebalan, jarak antara titik pemboran 25 meter. Penampang dibuat dari titik bor 1/1 sampai 22/1, dan titik bor 8/1 sampai 8/20.
57
Gambar 5.1 Penampang nikel laterit lintasan Timur – Barat titik bor 1/1 sampai 22/1 Penampang dengan metode IDW dan NNP, pada penampang tersebut terlihat model endapannya mendekati model endapan original. Hal ini bisa terlihat pada titik bor 9/1, 13/1, dan 15/1 dimana pada titik-titik ini pemboran yang dilakukan belum menembus bedrock. Sedangkan penampang dengan metode kriging pada ketiga titik tersebut, metode kriging sudah menganggap bahwa pemboran tersebut sudah menembus bedrock, dengan asumsi bahwa pada metode kriging ini perlapisan dibawah saprolit itu langsung bedrock. Lapisan limonit pada model penampang lintasan Timur – Barat ini pada metode kriging berbeda dengan metode IDW dan NNP, dimana lapisan limonit pada metode ini terlihat
58
secara visual relatif lebih kecil dengan kedua metode tersebut. Metode IDW dan NNP untuk lapisan limonit secara visual relatif sama dengan model penampang original. Lapisan saprolit pada model penampang dengan metode kriging untuk lintasan Timur – Barat secara visual berbeda model endapan dengan model endapan metode IDW dan NNP, dimana pada metode kriging lapisan saprolit terlihat menerus mulai pada titik bor 8/1 sampai titik bor 23/1. Lapisan saprolit dengan metode NNP dan IDW secara visual relatif sama dengan model endapan original.
Gambar 5.2 Penampang nikel laterit lintasan Utara – Selatan titik bor 8/1 sampai 8/20
59
Lapisan limonit pada penampang metode kriging terlihat lapisan limonit ini berbeda dengan lapisan penampang original. Hasil perhitungan pada tabel 5.1 untuk limonit dengan metode kriging, nilai yang dihasilkan lebih besar dari pada metode NNP dan metode IDW. Hal ini disebabkan pada metode kriging untuk lapisan limonit hasil interpolasi untuk lapisan ini pada titik bor 8/16 dan 8/17, terlihat adanya lapisan limonit. Sedangkan pada penampang dengan metode NNP dan IDW untuk kedua titik ini masih sama dengan data original, hal ini menunjukkan ada penambahan volume pada metode kriging. Lapisan saprolit pada penampang metode kriging terlihat lapisan saprolit ini berbeda dengan lapisan penampang original. Hasil perhitungan pada tabel 5.1 untuk saprolit dengan metode IDW dan NNP nilai yang diperoleh lebih besar dari metode kriging. Hal ini terlihat pada penampang bagian Utara – Selatan tepatnya pada titik bor 8/3 sampai titik bor 8/9, dan titik bor 8/14 sampai 8/20 dimana pada titik bor ini terdapat lapisan saprolit. Secara visual hasil interpolasi metode kriging pada lapisan saprolit ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan penampang originalnya. Sementara metode NNP dan IDW secara visual terlihat relatif sama dengan penampang original, sehingga kedua metode ini perbedaan nilai yang dihasilkan sangat kecil.
5.3. Analisis Diagram Pencar (Scatterplot) Diagram pencar (scatterplot) antara data komposit dan data hasil taksiran dengan menggunakan ketiga metode yaitu NNP (Nearest Neighbourhood Point), IDW (Inverse Distance Weight) dan Kriging tersebut dapat memberikan indikasi bias lokal, serta korelasi antara parameter hasil taksiran dengan data komposit. Jumlah data yang digunakan untuk pembuatan diagram pencar adalah 50 titik bor.
60
Secara umum persamaan regresi linear : Y = aX + b .........................................................(15) Dimana : Y = hasil taksiran X = data komposit
Diagram pencar yang ideal antara data komposit dan hasil taksiran menunjukkan garis bisector 45° (harga a sama dengan 45° dan b sama dengan nol), artinya setiap hasil taksiran sesuai dengan data komposit pada semua titik. Parameter statistik regresi linier antara lain yaitu perpotongan garis regresi dengan sumbu Y (Y-intercept). Kesalahan baku penaksiran disingkat dengan SEE (estándar error of estimation), kemiringan garis regresi (slope) dan koefisien korelasi di singkat R (correlation Coeff ecient). Kemiringan garis regresi dan perpotongan garis regresi dengan sumbu Y merupakan dua parameter regresi linier yang penting. R merupakan parameter hubungan antar dua peubah, sedangkan SEE merupakan parameter perbedaan (spread) antara pasangan data terhadap garis regresi. Keandalan (realibilitas) penaksiran secara statistik regresi linier yaitu perpotongan dengan sumbu Y garis dan SEE memiliki harga rendah sedangkan harga tangen (tangent) dari kemiringan garis regresi, dan R mendekati satu. Pembuatan diagram pencar setiap model penaksiran menggunakan program Excel. Garis regresi yang digambarkan pada diagram pencar adalah garis bisector yang mencerminkan korelasi ideal antar kadar komposit dengan kadar hasil penaksiran.
61
5.3.1. Limonit Tebal limonit Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran dengan metode NNP cukup berimpit pada garis bisector (lampiran C), untuk masing-masing parameter berdasarkan statistik regresi linier diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 0,0075 untuk tebal , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,9961. Pada metode IDW dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 2,7646 untuk tebal , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,718. Pada metode kriging dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasl taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 0,9902 untuk tebal, sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,8485. Kadar Ni limonit Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran dengan metode NNP cukup berimpit pada garis bisector diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebesar 0,0118 untuk kadar Ni , sedangkan
harga R dan
kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,9879. Pada metode IDW dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 0,9162 untuk kadar Ni , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,7159. Pada metode kriging dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu 62
Y sebesar 0,3588 untuk kadar Ni , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,8926. Kadar Fe limonit Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran dengan metode NNP cukup berimpit pada garis bisector dan diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 0,1037 untuk kadar Fe , sedangkan
harga R dan
kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,9948. Pada metode IDW dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector dan diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 21,192 untuk kadar Fe , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,636. Pada metode kriging dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector dan diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 0,3588 untuk kadar Fe , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,8926.
5.3.2. Saprolit Tebal saprolit Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran dengan metode NNP cukup berimpit pada garis bisector (lampiran D), untuk masing-masing parameter berdasarkan statistik regresi linier diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebesar 0 untuk tebal , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 1. Pada metode IDW dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y
63
sebsar 8,8299 untuk tebal , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,5863. Pada metode kriging dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 3,6046 untuk tebal , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,8532. Kadar Ni saprolit Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran dengan metode NNP cukup berimpit pada garis bisector diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebesar 0,00013 untuk kadar Ni , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 1. Pada metode IDW dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 1,5573 untuk kadar Ni , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,5546. Pada metode kriging dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 0,5748 untuk kadar Ni , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,9014. Kadar Fe saprolit Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran dengan metode NNP cukup berimpit pada garis bisector diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebesar 0,00014 untuk kadar Fe , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 1 Pada metode IDW dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y 64
sebsar 9,7557 untuk kadar Fe , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,5688. Pada metode kriging dapat dikatakan bahwa sebaran data komposit dan hasil taksiran cukup ketat pada garis bisector, diperoleh harga perpotongan garis regresi dengan sumbu Y sebsar 4,3024 untuk kadar Fe , sedangkan harga R dan kemiringan garis regresi relatif kecil yaitu 0,8717. Dari hasil scatterplot pada limonit untuk metode NNP diperoleh harga R mendekati satu. Pada saprolit harga R sama dengan satu. Ini menunjukkan bahwa penyebaran endapan nikel laterit merata sehingga dalam radius pencarian 10 m dari titik bor, diperoleh nilai tebal dan kadar yang relatif sama. Sedangkan pada metode IDW diperoleh harga R yang jauh dari nilai 1 (sekitar 0.5 sampai 0.7) disebabkan metode ini menentukan bobot conto (w1) sebagai fungsi dari conto terhadap titik yang ditaksir. Sehingga nilai tebal dan kadar yang diestimasi pasti tidak akan sama dengan nilai tebal dan kadar pada titik bor. Ini mendorong terjadinya variasi nilai pada scatterplot yang menghasilkan harga R jauh dari 1. Semakin tinggi pangkat yang digunakan (pangkat 2 dan pangkat 3) akan mendekati metode NNP.
65