BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres, seperti yang dikemukakan oleh DepKes RI (2009) bahwa lansia awal memiliki rentang 45-55 tahun dan lansia akhir pada rentang 56-65 tahun. Responden pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagian besar memiliki karakteristik usia yang rata-rata sama. Pada penelitian ini usia responden didominasi oleh lansia akhir yaitu sebanyak 67,6 % (23 responden). Usia yang semakin menua merupakan salah satu faktor resiko peningkatan tekanan darah, karena semakin tinggi usia maka tekanan darah cenderung naik. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan kelenturan pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Penyempitan tersebut akan mengakibatkan peningkatan adanya hambatan aliran darah sehingga tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah semakin tinggi. Hal ini didukung oleh teori dari Hans (2008) yang mengemukakan bahwa hipertensi banyak terjadi di usia lanjut karena merupakan efek samping dari keausan arterosklerosis dari arteri-arteri terutama aorta dan akibat berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Dengan semakin kakunya arteri dan aorta, maka usaha untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh
40
41
semakin meningkat. Pemberian teh Rosella pada usia lanjut dilakukan pada pagi hari setelah makan pagi dengan tambahan gula batu, untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan misalnya diare dikarenakan kandungan asam yang tinggi pada teh Rosella. Pemberian tidak dilakukan pada sore ataupun malam hari karena dalam teh Rosella terdapat
fungsi diuretik, sehingga dapat mengganggu waktu istirahat.
Waktu istirahat yang kurang juga menjadi salah satu faktor penyebab naiknya tekanan darah. Sebagian besar jenis kelamin pada penelitian ini adalah wanita yaitu sebanyak 64,7 % (22 responden). Dibanding pria, pada usia lanjut wanita mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi karena memasuki masa menopause terjadi penurunan kadar hormon dalam tubuh terutama hormon estrogen. Hal ini sesuai dengan teori dari Anggraini (2012) yang menyebutkan bahwa pada usia lanjut kejadian hipertensi pada wanita meningkat karena ketika wanita sudah mengalami menopause hormone estrogen banyak berkurang sehingga kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) rendah dan dapat memicu terjadinya arterosklerosis. Status gizi sering digambarkan dengan besarnya indeks masa tubuh (IMT) yang didapatkan dari perhitungan berat badan (kg) di bagi tinggi badan kuadrat (m). Hasil dari perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi berat badan kurang, normal, berat badan berlebih, obesitas, dan sangat obesitas (Williams dan Palmer, 2007). Pada penelitian ini terdapat responden yang memiliki IMT berlebih, namun sebagian besar memiliki
42
IMT normal. Status gizi yang lebih dari normal dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, karena penimbunan kolesterol dalam tubuh dapat menyumbat pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam mengalirkan darah. Hal ini didukung dengan teori dari Sustrani (2006) yang menyebutkan bahwa berat badan berlebih atau obesitas membuat seseorang susah bergerak karena banyaknya timbunan kolesterol, sehingga membuat kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah agar bisa dialirkan ke tubuh, karena itu obesitas dipandang sebagai salah satu faktor risiko hipertensi. Walaupun demikian orang dengan status gizi kurang atau normal tidak menutup kemungkinan terkena hipertensi oleh sebab faktor lain. Teh Rosella memiliki kandungan yaitu leucin dan niacin yang berguna bagi orang yang memiliki tekanan darah tinggi dengan berat badan berlebih, karena leucin dan niacin dapat mengurangi kadar kolesterol jenuh atau LDL dan lemak dalam tubuh. Sehingga penumpukan kolesterol yang dapat menyumbat pembuluh darah pun ikut berkurang. Akibatnya tekanan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh pada orang dengan berat badan berlebih juga ikut menurun. Hal tersebut dapat memperbaiki kondisi tekanan darah tinggi pada orang dengan berat badan berlebih. Tekanan darah rata-rata sistole dan diastole sebelum diberikan perlakuan pada kelompok perlakuan adalah 149,41 mmHg dan 90 mmHg, sedangkan tekanan darah rata-rata sistole dan diastole pada kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan adalah 148,24 mmHg dan 89,12
43
mmHg. Menurut peneliti tekanan darah tinggi yang menetap pada lansia tersebut karena kebiasaan beberapa responden yang hampir sama seperti konsumsi garam dan gula yang tidak terkontrol. Jika kandungan garam dalam tubuh tinggi, maka semakin banyak air yang terikat oleh garam. Seingga tekanan darah akan meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Williams dan Palmer (2007) bahwa kandungan natrium dalam tubuh yang berlebih dapat menyebabkan retensi urin sehingga meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Selain itu, natrium yang berlebih akan menggumpal di dinding pembuluh darah yang nantinya dapat menyumbat pembuluh darah. Tekanan darah rata-rata sistole dan diastole pada kelompok perlakuan setelah diberikan teh Rosella sebesar 136,76 mmHg dan 78,82 mmHg, sedangkan tekanan darah rata-rata sistole dan diastole pada kelompok kontrol yang tidak diberikan teh Rosella sebesar 151,18 mmHg dan 88,82 mmHg. Hal tersebut menunjukkan terjadi perubahan tekanan darah ratarata setelah responden mengonsumsi teh Rosella. Hal tersebut didukung teori oleh Poppy & Anne (2009) yang mengatakan penderita hipertensi yang mengonsumsi bunga Rosella secara rutin dengan dosis yang sesuai, maka akan mengalami penurunan tekanan darah. Tekanan darah pada penelitian ini diukur selama 12 hari dengan interval 3 hari sekali dilakukan pengukuran berulang. Rata-rata tekanan darah sistole pada kelompok eksperimen mengalami penurunan sampai
44
hari ke-9 dan pada hari ke-12 menetap seperti hari ke-9, sedangkan pada kelompok kontrol tekanan darah sistole mengalami kenaikan pada hari ke6 sampai hari ke-12. Rata-rata tekanan darah diastole mengalami penurunan sampai hari ke-6, kemudian naik pada hari ke-9, dan kembali lagi seperti hari ke-6 pada hari ke-12. Menurut Sari (2013), kenaikan pada rata-rata tekanan darah diastole pada hari ke-9 dapat disebabkan oleh faktor lain yaitu pola istirahat yang tidak teratur, pola makan yang salah, ataupun tingkat stres yang dapat menghambat aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga membutuhkan usaha atau tekanan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan darah pada setiap jaringan. B. Pengaruh mengonsumsi teh Rosella terhadap penurunan tekanan darah tinggi di posyandu lansia Kelurahan Jebres Terapi teh Rosella diberikan pada 17 responden sebagai kelompok eksperimen sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peniliti. Hasil yang diperoleh dari penelitian membuktikan adanya perbedaan yang signifikan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan teh Rosella. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh penurunan tekanan darah setelah responden yang memiliki tekanan darah tinggi mengonsumsi teh Rosella diberi tambahan gula batu yang diukur setiap 3 hari sekali selama 12 hari untuk mengetahui fluktuasi perubahan tekanan darah. Penurunan tekanan darah rata-rata baik sistole maupun diastole sebesar 13,23 mmHg terjadi pada 9 hari pertama dan 10,88 mmHg terjadi pada 6 hari pertama pemberian teh Rosella, sedangkan pada kelompok yang tidak
45
diberi teh Rosella tidak terdapat perubahan yang signifikan pada tekanan darah sistole maupun diastole. Namun pada kelompok kontrol tekanan darah sistole terdapat sedikit kenaikan pada hari ke 6-12. Sesuai dengan wawancara terhadap responden kelompok kontrol, kenaikan tekanan darah pada beberapa responden disebabkan oleh adanya aktivitas yang lebih berat dari biasanya, sehingga responden kelelahan, kurang tidur, dan tingkat stress naik. Hal tersebut sesuai dengan Sari (2013) yang menyatakan bahwa aktivitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan tingkat stress naik, sehingga dapat memicu kenaikan tekanan darah. Kemudian terdapat beberapa responden pada kelompok kontrol yang tekanan darahnya turun. Menurut hasil wawancara dengan responden yang bersangkutan, pola makan responden berbeda dari biasanya, contohnya tidak mengonsumsi makanan berlemak dan kolesterol selama beberapa hari terakhir. Sesuai dengan Williams dan Palmer (2007) bahwa lemak dan kolesterol yang menumpuk dapat mengakibatkan penyumbatan aliran darah sehingga terjadi arterosklerosis. Hal tersebut dapat membuat tekanan yang dibutuhkan dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh meningkat. Selain itu dilihat dari karakteristik usia responden didominasi oleh lansia akhir (46-65 tahun) dimana pada usia tersebut rentan terjadi kenaikan tekanan darah, dikarenakan semakin kakunya otot pembuluh darah. Sesuai dengan teori dari Hans (2008) bahwa kejadian hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, dikarenakan elastisitas pembuluh darah semakin berkurang sehingga terjadi arterosklerosis yang dapat
46
meningkatkan tekanan darah. Responden juga didominasi oleh jenis kelamin perempuan dimana menurut Anggraini (2012) menyebutkan bahwa pada perempuan terdapat peningkatan hipertensi karena ketika wanita sudah mengalami menopause, hormone estrogen banyak berkurang sehingga kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) tinggi dan dapat memicu terjadinya kenaikan tekanan darah. Analisis yang digunakan untuk mengetahui rentang penurunan tekanan darah pada kelompok eksperimen adalah dengan menggunakan uji MannWhitney karena data tidak berdistribusi dengan normal. Hasil analisis sistole dan diastole pada pre-test sebesar p =0,7 dan p= 0,3 (p > 0.05) yang berarti tidak ada penurunan yang signifikan pada tekanan darah sebelum mengonsumsi teh Rosella. Hasil analisis sistole dan diastole pada post-test sebesar p=0,000 (p<0,005) yang artinya terdapat pengaruh signifikan yaitu penurunan tekanan darah pada kelompok yang diberi teh Rosela. Penurunan tekanan darah yang signifikan pada penelitian tersebut didukung oleh teori dari Triyanto (2014) yang mengemukakan bahwa bunga Rosella memiliki berbagai kandungan yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, dimana masing-masing kandungan memiliki mekanisme tersendiri dalam menurunkan tekanan darah. Leucin dan niacin dapat mengurangi kolesterol total dalam darah sehingga mencegah oksidasi low dencity lipoproteins (LDL) yang dapat menekan lemak dalam darah termasuk trigliserida dan kolesterol, sehingga pembuluh darah melebar, menyebabkan aliran darah lancar dan tekanan darah turun.
47
Selain itu threoine, valin, leucin, glicyn, alanin, niasin dan thiamin berfungsi mengatur metabolisme gula darah yang menyebabkan viskositas darah menurun sehingga tekanan yang dibutuhkan dalam mengalirkan darah pun lebih kecil. Sedangkan asam askorbat bersama dengan asam glycotik dapat meningkatkan produksi urin yang mengakibatkan eksresi cairan meningkat, sehingga volume darah berkurang dan tekanan yang dibutuhkan dalam mengalirkan juga berkurang. Teori lain yang mendukung yaitu Ismawan (2012) yang menyebutkan kandungan lain yaitu
anthocyanin, gossipetin, glucoside hibicin dan
flavonoid mengandung antioksidan yang tinggi. Hal tersebut dapat menghambat pelepasan membran mitokondria dan sitokrom dari mitokondria ke sitosol. Jika molekul yang mengandung elektron seperti guanine DNA terserang, kesalahan replikasi DNA mudah terjadi. Kerusakan DNA memicu oksidasi LDL, kolesterol, dan lemak yang dapat menaikkan tekanan darah dan berujung pada penyakit kanker dan jantung. Hasil penurunan tekanan darah yang didapatkan tersebut juga didukung oleh penelitian dari Pinasthika (2012) yang berjudul pengaruh pemberian seduhan kelopak kering bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) terhadap tekanan darah penderita prehipertensi dan hipertensi grade 1 yang diedukasi gaya hidup sehat, dengan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistole sebesar 12,27 mmHg dan penurunan tekanan darah diastole sebesar 3,21 mmHg setelah mengonsumsi teh Rosella sebanyak 3 gr dalam 200 ml air per hari yang diminum sebelum sarapan, kemudian setelah 4
48
minggu tekanan darah kembali diukur. Selain itu penelitian oleh Andika (2014) yang berjudul pengaruh pemberian bunga Rosella terhadap perubahan tekanan darah penderita hipertensi dengan terapi captopril di desa Kamiwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Luwuk Banggai yang menyatakan terjadi penurunan tekanan darah sistole dan diastole sebesar 19,3 mmHg dan 10 mmHg setelah penderita hipertensi yang aktif meminum obat Captopril diberi 10 g kelopak bunga Rosella kering dalam 200 ml air panas dan diukur kembali setelah 2 jam pemberian. Perbedaan rentang penurunan tekanan darah pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya dikarenakan beberapa faktor. Misalnya perbedaan antara responden yang mengkonsumsi obat antihipertensi ataupun tidak, dosis teh Rosella yang diberikan, lama pemberian, pengendalian variabel luar, dan respon tubuh dari masing-masing responden. Penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya peneliti tidak dapat mengontrol pola makan dan tingkat stress pada setiap responden, dimana konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan akan memepengaruhi tekanan darah, sesuai dengan Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa, mengonsumsi gula pasir lebih dari 0,5 sendok makan , maka sisanya akan menjadi gula darah dan sebagian lagi disimpan dalam lemak. Akibatnya dapat terjadi obesitas dan lama kelamaan menjadi diabetes yang akan berisiko mengganggu organ tubuh lain seperti jantung, ginjal, dan lain-lain.
49
Asupan garam yang berlebihan juga dapat menganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, hipertensi, dan dapat mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat, akibatnya kerja jantung menjadi semakin berat. Kelebihan asupan lemak yang tidak dapat diserap oleh tubuh (lemak jahat) dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arterosklerosis), maka aliran darah ke jantung akan terganggu. Batas maksimum anjuran konsumsi gula sekitar 10 % dari total energi setara dengan 50 gram per orang perhari (4-8 sendok teh pada lansia). Batas maksimum konsumsi garam per orang perhari adalah 2000 mg natrium atau 5 gram per orang perhari, atau setara dengan satu sendok teh. Sedangkan batas maksimum konsumsi lemak total adalah 30 % dari total energi atau 1,5-3 sendok makan, atau setara dengan 78 gram per orang perhari. Kelemahan lainnya yaitu tidak dilakukan sistem randomisasi pada pengelompokan anggota sampel, sehingga kemungkinan terjadi bias yang disebabkan kesalahan sistematis yang dilakukan oleh peneliti dalam menentukan subyek yang akan diteliti akan lebih besar dibanding dengan yang menggunakan sistem randomisasi. Selain itu lama waktu pemberian teh Rosella masih terbatas selama 12 hari dengan interval pemeriksaan tekanan darah setiap tiga hari sekali.