BAB V KESIMPULAN
Bab ini merupakan hasil kesimpulan tentang kajian pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Hasil studi ini diharapkan menjadi masukan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
V.1
Temuan
Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut : •
Berdasarkan tujuan pergerakan belanja ditemukan bahwa sebagian besar perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi dominan ke pusat ritel pada wilayah Bandung Barat (55.60%) dibandingkan dengan pergerakan belanja ke wilayah Bandung Timur (44.60%).
•
Berdasarkan Jarak jangkau ditemukan bahwa sebagian besar penduduk berbelanja dengan jarak dekat (31.77%) ke pusat-pusat ritel di wilayah Bandung Timur khususnya Griya Ujungberung (12,42%). Alasan utama penduduk mengunakan ritel terdekat adalah karena fasilitas ritel tersebut berada dekat dengan tempat tinggal penduduk (31.77). Tidak menggunakan fasilitas jauh lebih disebabkan karena tingkat ekonomi yang rendah sehingga mempengaruhi mobilisasi. Sebaliknya penduduk yang mayoritas berbelanja ke pusat-pusat ritel modern di Bandung Barat khususnya kings shopping center (20.57%) menempuh jarak jauh (42.97). Alasan utama penduduk menggunakan ritel yang jauh lebih disebabkan karena kualitas dan kuantitas barang di lokasi ritel modern terdekat tidak memadai (17.31). Hal ini dilihat dari jenis barang yang dibeli pada ritel modern di wilayah Bandung Barat adalah jenis barang fashion (pakaian dan asesorisnya) dan barang-barang rumah tangga (17.52%) yang tidak tersedia secara memadai pada pusat pusat ritel modern di wilayah Bandung Timur
78
•
Berdasarkan waktu tempuh ditemukan bahwa sebagian besar penduduk yang melakukan pergerakan ke wilayah Bandung Barat menempuh waktu 20-30 menit untuk mencapai pusat ritel modern. Dengan didukung moda angkutan umum yang mudah dan lancar memungkinkan untuk mencapai lokasi ritel dengan cepat. Sedangkan untuk pergerakan belanja dengan jarak dekat ratarata penduduk menempuh waktu 5-10 menit dengan menggunakan angkutan umum, sepeda motor dan jalan kaki.
•
Pusat-pusat ritel di Bandung Timur seperti Griya Ujungberung, Griya Arcamanik dan sebagainya dominan dikunjungi oleh kelompok ibu rumah tangga dari golongan ekonomi rendah dengan tingkat pendidikan cukup baik (SMU)
•
Pusat-pusat ritel di Bandung Barat seperti Kings, BIP, dan sebagainya dominan dikunjungi oleh penduduk dari kelompok pelajar/mahasiswa. Sedangkan untuk pusat ritel seperti BSM dan Molis lebih dominan dikunjungi oleh kelompok PNS dan Karyawan Swasta dari golongan ekonomi menengah dengan tingkat pendidikan baik (sarjana)
V.2
Kesimpulan
Pola perilaku seseorang mempengaruhi pola ruang dalam suatu kota (Chapin, 1965 dalam Hadi Yunus). Perilaku timbul karena ada kebutuhan dan keinginan yang diaplikasikan dalam tindakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. Tindakan rutin yang dilakukan oleh individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dari pusat-pusat perbelanjaan di dalam sebuah kota akan membentuk pola pergerakan belanja. Menurut teori pusat pelayanan manusia secara naluriah selalu akan mengalami suatu proses dalam pemenuhan kebutuhannya. Manusia akan mencari suatu pusat pemenuhan kebutuhan yang paling dekat, mudah dan murah dicapai serta yang sesuai dan dapat memenuhi selera kebutuhannya. Secara umum supermarket di wilayah Bandung Timur merupakan tujuan belanja penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
79
sedangkan untuk jenis barang tertentu yang tidak tersedia di supermarket dipenuhi dari shopping center di wilayah Bandung Barat. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penduduk menggunakan supermarket (griya, toserba, swalayan) terdekat dengan tempat tinggalnya karena lebih didorong oleh ketersediaan jenis ritel modern yang dituju tersebut merupakan satu-satunya ritel modern yang berada dilingkunganya. Sedangkan yang tidak memilih supermarket lebih didorong oleh kualitas dan kuantitas barang pada jenis ritel modern di lingkungan/wilayahnya tidak memadai. Dalam rangka memenuhi kebutuhan yang tidak tersedia di lingkungannya maka penduduk melakukan pergerakan jarak jauh. Berdasarkan standar jarak orang berjalan maksimum menuju suatu pusat perbelanjaan adalah ¼ - ½ mile atau 0.4 – 0.8 Km, jarak orang berjalan ke pusat perbelanjaan, ¾ mile atau 1.2 Km untuk pusat perbelanjaan skala lokal dan 4 mile atau 6.5 km untuk pusat perbelanjaan utama. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penduduk menempuh perjalanan kurang dari 2 km untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (intensitas belanja tertentu, barang-barang yang rutin dibeli, dan harga sudah pasti) ke supermarket menggambarkan bahwa supermarket sudah dapat
memenuhi kebutuhan pelayanan bagi penduduk di
lingkungannya. Namun untuk memenuhi kebutuhan barang-barang tertentu seperti barang-barang fashion dan perlengkapan rumah tangga (intensitas pembeliannya tidak tentu dan perlu pembanding untuk memperoleh harga yang paling murah) dipenuhi penduduk dengan menempuh perjalanan jauh (8-15 km). Hal ini disebabkan karena kualitas dan kuantitas jenis barang tersebut di wilayah Bandung Timur belum memadai. Jenis barang tersebut dominan dipenuhi penduduk dari shopping center dengan skala pelayanan kota. Ketidaktersediaan shopping center dengan skala kota pada jarak jangkau mengakibatkan orientasi pergerakan penduduk menuju ke wilayah Barat. Berdasarkan standar waktu untuk perjalanan dengan angkutan ke pusat pelayanan distrik untuk fasilitas perbelanjaan adalah 20-30 menit sedangkan untuk pusat perkotaan adalah 30-40 menit. Berdasarkan hasil penelitian, penduduk wilayah studi untuk menempuh perjalanan ke wilayah Bandung Barat dengan
80
menempuh waktu dominan 20-30 menit. Penduduk cenderung mengunjungi shopping center dengan skala pelayanan kota. Sedangkan pada wilayah Bandung Timur untuk belanja ke supermarket dengan skala pelayanan lingkungan, penduduk tempuh dengan waktu dominan 5-10 menit. Hal ini menunjukkan bahwa supermarket skala lingkungan telah mampu menarik penduduk untuk berbelanja. Jika diamati berdasarkan hasil penelitian Sutriadi tahun 1996 bahwa rata-rata perilaku pergerakan penduduk berbelanja di fasilitas toko di kawasannya pinggiran bagian Timur sebesar 17.65%. Pada penelitian ini, penduduk dominan melakukan pergerakan belanja ke supermarket di wilayah Bandung Timur sebesar 38.9%. Ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan terjadi peningkatan perubahan pergerakan dalam berbelanja ke ritel modern. Dengan kecenderungan adanya peningkatan orientasi pergerakan ke supermarket skala lingkungan di wilayah Bandung Timur menunjukan bahwa keberadaan ritel modern sebagai alternatif belanja penduduk di wilayah Bandung Timur meningkat. Lingkungan turut mempengaruhi pola pergerakan belanja seseorang, berdasarkan pengamatan lapangan lokasi supermerket yang dominan dikunjungi oleh penduduk Bandung Timur baik dengan tujuan pergerakan internal maupun eksternal memiliki kemiripan yaitu berada dilokasi yang teraglomerasi dengan pusat perbelanjaan lain/kawasan perdagangan. Sedangkan perbedaannya adalah skala pelayanan. Untuk tujuan pergerakan belanja internal, pusat ritel modern yang dikunjungi memiliki skala pelayanan lingkungan/distrik sedangkan untuk tujuan pergerakan belanja eksternal pusat ritel yang dikunjungi memiliki skala pelayanan kota/wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tingkat pendapatan yang menengah ke bawah sangat mempengaruhi daya beli seseorang. Seperti pendapat Davies dan C.J Thomas bahwa struktur pendapatan penduduk dalam suatu kawasan sangat mempengaruhi karakteristik pola berbelanja penduduknya. Hal ini menunjukan bahwa dengan kemampuan daya beli yang rendah, seseorang hanya memilih lokasi yang terdekat untuk memenuhi kebutuhan akan barangnya. Semakin jauh perjalanan maka akan memperbesar biaya yang dibutuhkan untuk perjalanan sehingga akan mengurangi jumlah barang yang dibeli.
81
V.3
Kelemahan Studi
Penelitian ini dilakukan dengan segala keterbatasan baik dari segi biaya, data maupun tenaga surveyor. Beberapa kelemahan yang ditemukan dalam penelitian sebagai akibat keterbatasan tersebut adalah : •
Jarak tempuh, waktu tempuh, intensitas pergerakan, waktu tempuh merupakan perkiraan dari responden sehingga keakuratan data yang diperoleh didasarkan pada persepsi responden yang berbeda-beda.
•
Mengingat keterbatasan biaya, waktu dan tenaga maka penyebaran kuesioner untuk analisa perilaku berbelanja tidak dilakukan dengan metode yang ideal. Distribusi kuesioner tidak merata mengakibatkan ada kelompok penduduk wilayah Bandung Timur yang tidak terwakili (Kelompok menengah ke atas). Sebaran kuesioner yang tidak merata ini tentunya berpengaruh terhadap hasil studi.
•
Data primer yang digunakan sebagai dasar analisa penelitian adalah data hasil survey penduduk dengan tujuan studi identifikasi pola konsumsi belanja penduduk wilayah Bandung Timur dengan meneliti perubahan pola pergerakan penduduk namun karena persentase penduduk yang melakukan perpindahan kurang dari 30% sehingga penelitian studi terrsebut tidak dapat dilakukan.
V.4
Rekomendasi Studi
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa manusia secara naluriah akan mencari suatu pusat pemenuhan kebutuhan yang paling dekat, mudah dan murah dicapai serta yang sesuai dan dapat memenuhi selera kebutuhannya. Demikian juga pihak penyedia kebutuhan tersebut akan selalu mempertimbangkan penempatan kegiatan usahanya sebagai tempat melayani kebutuhan yang memenuhi persyaratan mudah menarik dan mendapat konsumen, lokasi yang mudah dicapai, strategis dalam arti dapat dicapai dari semua arah secara merata dan dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Untuk itu dalam upaya merubah pergerakan penduduk yang cenderung dominan ke wilayah Bandung
82
Barat maka disarankan penyediaan pusat perbelanjaan dengan skala perkotaan minimal memiliki area jangkauan pelayanan maksimum 6.5 km. Untuk dapat melengkapi informasi tentang pola belanja lebih detail perlu dilakukan : •
Studi lanjut mengenai identifikasi pola belanja penduduk Bandung Timur terhadap sebaran pusat ritel modern di Kota Bandung dengan sasaran penduduk golongan ekonomi menengah ke atas. Dengan merinci aspek pendapatan masing-masing individu dalam keluarga yang bekerja serta asal dan tujuan belanja.
•
Studi lanjut mengenai identifikasi pola belanja penduduk Bandung Timur terhadap sebaran pusat ritel modern di Kota Bandung dengan meneliti pola perubahan perilaku berbelanja penduduk akibat kehadiran suatu pusat ritel modern baru.
83