251
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN
5.1. Kesimpulan 5.1.1. Karakteristik Zona Karakteristik zona semi agregat dari citra Quickbird meliputi zona bangkitan dan zona tarikan perjalanan. Zona bangkitan terdiri dari pemanfaatan lahan permukiman yang digabung dengan kepadatan bangunan yang dibagi menjadi lima kelas, yaitu: sangat padat, padat, sedang, jarang, dan sangat jarang, dan keteraturan bangunan yang dibagi menjadi tiga kelas, yaitu teratur, semi teratur, dan tidak teratur. Zona tarikan terdiri dari 11 kategori selain permukiman, yaitu sekolah, perguruan tinggi, perkantoran, pertokoan (toko dan ruko), hotel, mall, mesjid, rumah sakit, tempat rekreasi, industri/pabrik, dan pasar. Karakteristik zona diidentifikasi dengan menggunakan unsur interpretasi visual yaitu tekstur, bentuk, ukuran, pola, asosiasi, situs, dan bayangan. 5.1.2. Pemanfaatan Lahan pada Pemodelan Transportasi Pemanfaatan lahan pada pemodelan transportasi dikembangkan dari kriteria penggunaan lahan kota menurut Sutanto (1981), sehingga diperoleh jenis pemanfaatan lahan untuk bangkitan terdiri dari 15 kategori, yaitu permukiman pola semi teratur jarang, permukiman pola semi teratur padat, permukiman pola semi teratur sangat jarang, permukiman pola semi teratur sangat padat, permukiman pola semi teratur sedang, permukiman pola teratur jarang, permukiman pola teratur padat, permukiman pola teratur sangat jarang,
252
permukiman pola teratur sangat padat, permukiman pola teratur sedang, permukiman pola tidak teratur jarang, permukiman pola tidak teratur padat, permukiman pola tidak teratur sangat jarang, permukiman pola tidak teratur sangat padat, permukiman pola tidak teratur, sedangkan jenis pemanfaatan lahan untuk tarikan terdiri dari 11 kategori, yaitu: sekolah, perguruan tinggi, perkantoran, pertokoan (toko dan ruko), hotel, mall, mesjid, rumah sakit, tempat rekreasi, industri/pabrik, dan pasar. Berdasarkan uji ketelitian interpretasi untuk pemanfaatan lahan diperoleh hasil untuk uji keseluruhan sebesar 93,17% dan Koefisien Kappa sebesar 0,89. 5.1.3. Model Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Berdasarkan Citra Quickbird Model bangkitan dan tarikan perjalanan dari citra Quickbird menggunakan metode analisis regresi (MAR). Luas bangunan (X1) dan tinggi bangunan (X2) dari pengolahan citra Quickbird sebagai variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat yaitu jumlah perjalanan (Y). Model yang dihasilkan untuk bangkitan perjalanan, yaitu
= 1,128 + 0,061 (X1) + 0,038 (X2), sedangkan
model untuk tarikan perjalanan adalah
= 103,295+ 0,077 (X1) + 1,973 (X2).
Pengujian dilakukan terhadap model bangkitan dan tarikan dengan cara memasangkan model citra Quickbird dengan OD 2007 dari Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai data sekunder. Pada proses kalibrasi persamaan regresinya, yaitu YOD Quickbird
=
+ β.X, dimana YOD adalah OD 2007 dan citra
adalah variabel X, sedangkan
dan β digunakan sebagai faktor
253
koreksi. Berdasarkan hasil koreksi, maka diperoleh model citra Quickbird hasil koreksi yaitu Fk = 1869,5 + 0,8606.YQb. 5.2. Saran 5.2.1. Citra Quickbird Citra Quickbird yang digunakan pada penelitian ini tidak dilengkapi nilai spektral sehingga pada penelitian ini hanya menggunakan interpretasi visual untuk itu disarankan pada pengadaan citra Quickbird nilai spektral dilengkapi agar interpretasi digital juga bisa dilakukan sebagai pembanding hasil interpretasi visual. 5.2.2. Karakteristik Zona Pada
kriteria
zona
untuk
bangkitan,
keteraturan
bangunan
hanya
mempertimbangkan keteraturan rumah terhadap kondisi jalan lingkungan belum memperhatikan fungsi jalan, sehingga disarankan agar klasifikasi jalan mendapatkan perhatian yang berkaitan dengan aksesibilitas. 5.2.2. Model Bangkitan dan Tarikan Perjalanan a. Pada pemodelan bangkitan dan tarikan perjalanan dengan metode analisis regresi (MAR), variabel bebas masih terbatas pada luas dan tinggi bangunan yang diasumsikan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi, sehingga disarankan pada penelitian selanjutnya ditambahkan variabel sosial ekonomi seperti penghasilan maupun kegiatan informal dengan ciriciri sebagai berikut: kegiatan produksinya berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, padat karya,
254
menggunakan teknologi yang sederhana, dan biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Di samping itu, mereka tidak memiliki keterampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja, produktivitas dan pendapatan mereka relatif rendah, tidak memiliki jaminan keselamatan kerja maupun fasilitas-fasilitas kesejahteraan contohnya keberadaan pedagang kaki lima atau konveksi di tengah permukiman karena akan berpengaruh terhadap jumlah bangkitan dan tarikan perjalanan. b. Pada pemodelan bangkitan dan tarikan perjalanan disarankan selain metode analisis regresi maka dibandingkan dengan metode analisis kategori karena pengelompokkan pemanfaatan lahan yang dikembangkan yaitu 15 kategori untuk bangkitan dan 11 kategori untuk tarikan mendukung untuk menggunakan metode analisis kategori. c. Model bangkitan dan tarikan perjalanan yang dijadikan lokasi penelitian baru enam kecamatan, disarankan lokasi diperluas lagi di seluruh Wilayah Kota Makassar yang terbagi menjadi 14 kecamatan agar dapat menjadi dasar untuk pemodelan transportasi empat tahap di Kota Makassar. d. Penelitian
ini
belum
membahas
mengenai
perbandingan
antara
pembiayaan, lamanya waktu yang digunakan, dan jumlah personil jika melakukan pengumpulan data dengan pendekatan semi agregat, agregat maupun
disagregat
selanjutnya.
sehingga
dapat
ditambahkan
pada
penelitian
255
5.3. Implikasi Penelitian 1.
Penelitian ini dapat menjadi alternatif untuk penentuan zona sebagai dasar pengumpulan data variabel bebas dan variabel terikat pada pemodelan transportasi, agar kelemahan pendekatan agregat yang menggunakan batas administrasi untuk mengetahui pergerakan dan sering digunakan pada beberapa
penelitian
serta
kelemahan
pendekatan
disagregat
yang
menggunakan cara sensus dapat dijembatani dengan pendekatan semi agregat. 2.
Pemodelan bangkitan dan tarikan perjalanan merupakan tahap awal dari empat tahap perencanaan transportasi maka hanya berimplikasi terhadap kebijakan penataan ruang perkotaan yang lebih baik dan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang belum perencanaan transportasi perkotaan, karena untuk merencanakan sistem transportasi bukan hanya menganalisa bangkitan dan tarikan perjalanan tapi dikorelasikan dengan distribusi perjalanan, pemilihan moda, dan pemilihan rute.
3.
Penelitian ini membuka peluang penelitian baru antara lain penelitian tentang pengembangan software untuk interpretasi sehingga lebih memudahkan pada proses interpretasi, selain itu penelitian tentang kondisi sosial ekonomi dari citra Quickbird untuk melengkapi kondisi fisik yaitu luas dan tinggi bangunan pada penelitian ini.