BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN Keberadaan industri rumahan shuttlecock yang ada di Kabupaten Tegal membawa pengaruh terhadap prestasi bulu tangkis di Kabupaten Tegaldan sekitarnya. di Kabupaten Tegal terdapat 3 Kecamatan yang didalamnya terdapat industri rumahan shuttlecock. Secara ekonomi
hal tersebut juga berimbas pada peningkatan
perekonomian rakyat, kesejahteraan masyarakat dalam kelangsungan hidupnya. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.
Keberadaan industri rumahan shuttlecock di Kecamatan Dukuhturi (Desa Lawatan semua warganya adalah pelaku industri rumahan baik pemilik atau sebagai mitra, Desa Kepandean tedapat 1 indusri rumahan shuttlecock dan 3 mitra rumahan), Kecamatan Talang (Desa Dukuhmalang tedapat satu industri rumahan shuttlecock dan Desa Tegalwangi tedapat satu industri rumahan shuttlecock), Kecamatan Pagerbarang (Desa Pesarean tedapat satu industri rumahan shuttlecock).
2.
Prestasi bulutangkis di Kecamatan Dukuhturi yang pertama Desa Lawatan memiliki prestasi bulutangkis antara lain sebagai berikut: Turnamen ganda lokal “Lawatan Cup I Tahun 2008” Juara II, Turnamen ganda lokal “Lawatan Cup II Tahun 2009” Juara II, Turnamen ganda lokal “Lawatan Cup III Tahun 2010” Juara III, Turnamen ganda lokal “Aneka Putri Pesarean Cup II Tahun 2011 juara III, Turnamen ganda lokal “Sipelem Tegalsari Cup I Tahun 2014 Juara III, Turnamen ganda lokal “Ameka Putri Pesarean Cup I Tahun 2010 Juara I, Turnamen ganda lokal “Mitra Lokal Pecabean Cup II Juara III, Turnamen ganda lokal “Slawi Ayu Cup III Juara III, Porkab single pemula putri Juara III, Porkab ganda veteran tahun 2012 Juara II. Kedua Desa Kepandean memiliki prestasi bulutangkis antara lain sebagai berikut: Turnamen ganda lokal “Tegalwangi Cup I Tahun 2015” Juara III, Turnamen ganda lokal “Larissa Cup I Tahun 2014” Juara II, Turnamen ganda lokal Talang “Ekoproyo Cup III Tahun 2013” Juara III, Turnamen ganda lokal Pesayangan “Sincan Cup II Tahun 2011” Juara III, Turnamen ganda lokal Pesayangan “Sincan Cup III Tahun 2012” Juara III.
79
80
Kecamatan Talang yang pertama Desa Dukuhmalang memiliki prestasi bulutangkis antara lain sebagai berikut: Turnamen ganda lokal “Aneka Putri Cup II Tahun 2011” Juara III, Turnamen ganda lokal “Aneka Putri Cup III Tahun 2012” Juara III, Turnamen ganda lokal Talang “Ekoproyo Cup II Tahun 2012” Juara II, Turnamen ganda lokal Talang “Ekoproyo Cup III Tahun 2013” Juara II. Kedua Desa Tegalwangi memiliki prestasi bulutangkis antara lain sebagai berikut: Turnamen tunggal pemula putri “Porkab 2013” Juara I, Turnamen tunggal pemula putri “Porkab 2014” Juara I, Turnamen tunggal remaja putra “Porkab 2013” Juara II, Turnamen tunggal remaja putra “Porkab 2014” Juara I, Turnamen ganda lokal “Pesalakan Cup III Tahun 2015” Juara III, Turnamen ganda lokal “Aneka Putri Cup II Tahun 2011” Juara I, Turnamen ganda lokal “Aneka Putri Cup III Tahun 2012” Juara I, Turnamen ganda lokal “Lawatan Cup I Tahun 2008” Juara I, Turnamen ganda lokal “Lawatan Cup II Tahun 2009” Juara I, Turnamen ganda lokal “Lawatan Cup III Tahun 2010” Juara II. Kecamatan Pagerbarang Desa Pesarean memiliki prestasi bulutangkis antara lain sebagai berikut: Turnamen ganda lokal “Aneka Putri Cup I Tahun 2010” Juara III, Turnamen ganda lokal “Pegirikan Cup III Tahun 2011” Juara III, Turnamen ganda lokal “Kedung Banteng Slawi Cup I Tahun 2012” Juara I, Turnamen ganda dewasa “Porkab 2013” Juara III, Turnamen ganda dewasa “Porkab 2014” Juara III. 3.
Industri rumahan shuttlecock di Kabupaten Tegal secara umum memberikan kontribusi terhadap prestasi bulutangkis. Keberadaan industri rumahan shuttlecock ternyata mempengaruhi prestasi bulu tangkis. Desa lawatan semua masyarakatnya adalah pelaku industri rumahan shuttlecock baik pemilik atau sebagai mitra. Prestasi bulutangkis di Desa Lawatan lebih bagus dari pada desa lainnya. Desa Lawatan memiliki banyak bibit atlet yang bagus dan kompeten. Prestasi di Desa Lawatan lebih bagus dari pada yang lain tetapi belum bisa memiliki prestasi puncak baik. Beberapa kendala dalam meningkatkan prestasi di Desa Lawatan adalah anak-
anak dan remaja disana sudah mulai membantu membuat shuttlecock dirumahnya, jadi anak-anak dan remaja disana kurang termotivasi dan memiliki keinginan menjadi pemain pemain profesional dan atlet bulu tangkis.
81
Produk dari industri rumahan shuttlecock telah dijual diberbagai Kota dan Daerah. Desa Lawatan memiliki konsumen dari Purwokerto, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Medan, Batam, Palembang, Sumatra, kepulauan Riau, dan lingkungan sekitar di Kabupaten Tegal. Desa Kepandean memiliki konsumen di Lampung, Padang, Jakarta dan pabrik yang ada di Kabupaten Tegal. Desa Dukuh malang, Desa Tegalwangi dan Desa Pesarean hasil produksinya adalah setengah jadi, kemudian disetorkan ke pabrikpabrik yang ada di Kabupaten Tegal dan ke industri rumahan shuttlecock yang besar. Hasil produksinya dipasarkan setiap seminggu sekali atau sebulan sekali dengan hasil produk shuttlecock yang bervariasi dari 100-600 slop perminggunya dengan jenis dan harga yang bervariasi sesuai dengan kelasnya. Produksi shuttlecock telah banyak memberi kesejahteraan masyarakat yang ada di industri rumahan shuttlecock atau sekitar sejak tahun 1980 an sampai sekarang ini. Prestasi olahraga bulutangkis di desa Lawatan lebih bagus dari pada Desa lainnya. Prestasi tertinggi yang pertama adalah Desa Lawatan, Desa Tegalwangi, Desa Pesarean, Desa Kepandean, Desa Dukuh malang. Desa Lawatan adalah pelaku industri terbanyak yang ada di Kabupaten Tegal. Kompetisi ayang pernah diikuti pemain-pemain dari Kabupaten Tegal anatara lain Kejuaraan yang diadakan se Kabupaten Tegal, Karisidenan, Jawa Tengah, Liga Djarum dan Nasional. Jadi dapat dikatakan bahwa Keberadaan industri rumahan shuttlecock mempengaruhi prestasi bulu tangkis di Kabapaten Tegal.
B. IMPLIKASI Berdasarkan simpulan di atas, selanjutnya dikemukakan implikasi hasil penelitian. Implikasi hasil penelitian berupa hasil teoritis terhadap usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya secara praktis dalam memecahkan permasalahanpermasalahan dalam penelitian ini. 1.
Implikasi Teoritis
a.
Hasil penelitian kerajinan shuttlecock ini menunjukkan bahwa kerajinan shuttlecock merupakan sektor ekonomi mikro yang keberadaannya sangat membantu perekonomian masyarakat sekitar, pengrajin perekonomian negara.
shuttlecock dan
82
b.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang ilmu pengetahuan mengenai sejarah perkembangan industri rumahan shuttlecock di Kabupaten Tegal yang ternyata keberadaannya masih berkembang dengan baik.
c.
Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan dapat membantu pengrajin shuttlecock yang ada di Kabupaten Tegal lebih di kenal lagi, baik Nasional maupun Internasional.
2.
Implikasi Praktis Perkembangan bulu tangkis di Kabupaten Tegal yang telah diraih selama ini diharapkan dapat membantu berbagai pihak dalam mengembangkan olahraga bulu tangkis, sehingga dapat berkembang lebih maju lagi dan memiliki banyak prestasi dalam cabang olahraga bulu tangkis. Implikasi dari sisi praktisi antara lain sebagai berikut in:
a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi klub-klub bulu tangkis yang ada di Kabupaten Tegal untuk memberikan pembinaan kepada atletatlet nya dan segera memecahkan dalam proses latihan khususnya pembibitan dari usia dini.
b.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pelatih dan pengurus bulu tangkis disetiap klub untuk mengembangkan pelatihan pada anak usia dini ataupun atlet yang sudah mahir dalam permain bulu tangkis.
c.
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan diskusi, bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian di bidang yang sama, khususnya mengenai perkembangan prestasi bulu tangkis dan perkembangan industri rumahan shuttlecock.
C. SARAN Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Bagi Pemerintah
a.
Bagi pemerintah untuk lebih membantu untuk mengembangkan industri rumahan shuttlecock yang ada di Kabupaten Tegal. Pemerintah dapat memberi bantuan modal melalui pinjaman koperasi
daerah atau kredit usaha kecil agar lebih
83
berkembang, pinjaman dengan bunga rendah dan dapat dipermudah dalam hal proses-prosesnya. b.
Memberi atau membangunkan gedung olaharaga khusus untuk bulu tangkis di daerah dan diberikan pelatih untuk membina dan mendidik bibit-bibit atlet dari usia dini.
c.
Adanya wadah pameran atau tempat untuk membantu mengenalkan serta memasarkan hasil kerajinan shuttlecock.
d.
Pemerintah dapat membantu mengatasi permasalah bahan baku bulu. Pemerintah juga dapat membantu mengfasilitasi peningkatan produksi hasil kerajinan shuttlecock di pancah pasar Nasional dan Internasional.
e.
Pemerintah daerah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk membantu memasukkan keterampilan membuat shuttlecock untuk memasukkan dalam mata pelajaran keterampilan khususnya Desa-Desa yang masih memiliki sedikit pengrajin shuttlecock, sehingga tradisi menganyam dalam membuat keterampilan yang kelak setelah siswa lulus bisa dijadikan bekal usaha bagi siswanya.
f.
Pemerintah daerah melalui Lembaga Keolahragaan (DISPORA, KONI, DIKNAS) dalam membantu mengembangkan lebih luas permainan ini secara masyarakat, dapat memberikan bantuan berupa peralatan olahraga bulu tangkis (net, raket) kepada klub-klub, organisasi remaja, lembaga pendidikan sekolah yang merupakan pangkal bibit atlet muda yang kelak bisa diandalkan Kabupaten Tegal, sehingga pemerataan akan partisitipasi masyrakat muda akan lebih terjaga dan lebih luas dalam peningkatan prestasi bulu tangkis di Kabupaten Tegal.
2.
Bagi Pelaku Industri Rumahan shuttlecock Sebagai belaku pengrajin shuttlecock sebaiknya:
a.
Pemilik atau pengrajin shuttlecock sebaiknya lebih mengembangkan desaindesain kemasan dan shuttlecock agar lebih menarik, yang sesuai dengan perkembangan permintaan industri dalam atau luar negeri atau Nasional dan Internasional.
b.
Lebih mengembangkan dalam bidang pemasaran, lebih giat lagi melakukan pengenalan atau sponsor dalam sebuah kompetisi. Pemilik industri setidaknya memiliki lapangan bulu tangkis sendiri, selain untuk uji coba pemilik juga bisa
84
mengadakan latiahn bersama datau bahkan pemilik bisa mengadakan kompetisi rutin yang diikuti berbagai desa atau kompetisi bebas.
3.
Bagi klub-klub bulu tangkis Diharapkan dalam mengembangkan dan meningkatkan prestasi bulu tangkis,
dapat disarankan bahwa sebaiknya: a.
Klub pembinaan diberi informasi melalui organisasi bulu tangkis daerah setempat, sistem pelatihan yang tepat dan kualitas merata di seluruh daerah dengan tidak hanya menerapkan sistem latihan kuno (drill) namun lebih menggabungkan sistem pelatihan moderen (game situasioanl). Konsep latihan dengan programprogram latihan yang baik dan tepat, dengan memperhatikan faktor gizi, prinsipprinsip latihan melalui soaialisai pelatihan tingkat dasar bagi pelatih pemula atau pengurus klub bulu tangkis. Faktor pembinaan diterapkan dilaksanakan dengan baik, prestasi bulu tangkis di Kabupaten Tegal khususnya lima Desa tersebut akan lebih maju dan berkembang lagi.
b.
Pelatih bulu tangkis lebih terbuka dalam rangka peningkatan pelatihan melalui share atau saling berbagi ilmu dengan pelatih-pelatih yang muda atau pemula dengan
seniordan
berpengalaman,
sehingga
akan
menambah
wawasan,
pengetahuan serta memunculkan reaksi kreatifitas dalam hal melatih bulu tangkis. c.
Adanya kerja sama yang baik antara guru dengan penrurus bulu tangkis di lingkungan pembinaan (ekstrakulikuler) sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dalam hal pencarian dan penyaluran (distribusi) pemula, sehingga pola pembibitan atlet bulu tangkis akan lebih terjaga dalam jangka waktu yang lama dan secara tidak langsung prestasi akan tetap tercapai dengan baik.