BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Solidaritas sosial masyarakat petani Suku Toraja di Kelurahan Juata Laut dicerminkan melalui interaksi sosial yang semakin berkurang, kepercayaan yang terbentuk antar sesama petani dan pemilik lahan serta kesadaran individu yang masih mendapatkan pengaruh dari peran sesepuh masyarakat setempat. Selain itu, pengaruh eksternal juga diterima secara terbuka oleh masyarakat petani Suku Toraja tersebut. Sehingga kadar homogenitas yang berkurang pada masyarakat petani Suku Toraja tersebut tidak lagi membentuk masyarakat yang cenderung dengan ciri-ciri solidaritas mekanik, melainkan masyarakat yang sudah mulai berkembang menuju masyarakat dengan ciri-ciri solidaritas organik. Solidaritas sosial yang berkembang pada masyarakat petani Suku Toraja di Kelurahan Juata Laut menggambarkan karakteristik masyarakat tersebut. 2. Salah satu karaktersitik yang tercermin pada masyarakat tersebut adalah mengenai status sosial ekonomi. Menurut pemahaman masyarakat petani Suku Toraja di Kelurahan Juata Laut, status sosial ekonomi masyarakat dilihat berdasarkan lama bertempat tinggal di wilayah tersebut dan kepemilikan lahan pribadi. Selain itu karakterstik masyarakat ini juga digambarkan melalui perilaku keinovatifan yang menunjukkan masyarakat petani Suku Toraja yang cenderung terbuka akan hal-hal baru serta moral ekonomi masyarakat yang cenderung responsif dan menerima perubahan. Keterbukaan masyarakat petani Suku Toraja di Kelurahan Juata Laut Kota Tarakan dicerminkan melalui perilaku keinovatifan masyarakat dapat menjadi sumber keberdayaan yang dapat dimanfaatkan dalam pemberdayaan masyarakat. Perilaku keinovatifan ini menggambarkan karakteristik masyarakat petani Suku Toraja sebagai sasaran pemberdayaan
yang
cenderung mudah untuk menerima hal-hal baru baik berupa informasi dari pengaruh eksternal seperti media massa atau melalui ketua kelompok tani
yang mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Namun kelompok tani kurang dapat berperan optimal dalam masyarakat petani Suku Toraja di wilayah ini, sehingga sesepuh masyarakat yang juga beberapa merangkap sebagai ketua kelompok tani memberikan informasi yang didapatkan kepada anggota masyarakat petani baik yang bertanya secara langsung maupun tidak. Walaupun tidak menutup kemungkinan anggota masyarakat petani Suku Toraja juga mencari dan memperoleh informasi baru dengan sendiri. 3. Solidaritas yang sedang berkembang dan keterbukaan masyarakat petani Suku Toraja di Kelurahan Juata Laut akan pengaruh dari luar semakin menjadikan masyarakat tersebut paham akan pentingnya upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat tersebut. Beberapa upaya yang dilakukan masyarakat diantaranya berupa upaya mengakses manfaat kesejahteraan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Upaya ini membutuhkan kesadaran baik secara individu maupun kolektif, apabila dilihat kembali aspek dari solidaritas dan faktor yang mempengaruhinya bahwa kesadaran individu dan kesadaran kolektif juga masih terdapat peran dari sesepuh masyarakat di daerah tersebut. Solidaritas yang mulai berkembang dengan individualisme serta hubungan kepentingan ekonomi juga menjadikan pertanian yang dilakukan sebagai upaya utama memperoleh kemampuan ekonomi dilakukan secara pribadi. Selain itu, upaya mencapai keberdayaan yang dilakukan oleh masyarakat petani Suku Toraja juga mendapatkan pengaruh dari luar terutama untuk kemampuan politis, anggota masyarakat petani berhak untuk menentukan pilihan politik sendiri tanpa tekanan dari anggota masyarakat yang lain.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis a. Penelitian ini telah menemukan bahwa homogenitas tidak selalu memiliki kekuatan yang dapat terus menerus merekatkan hubungan antar anggota masyarakat. Apalagi ketika masyarakat tersebut sudah mendapatkan pengaruh dari luar. Selain itu, homogenitas tidak selalu
menekankan anggota masyarakat untuk mengikuti keseluruhan pilihan bersama. b. Implikasi selanjutnya yang berkenaan dengan solidaritas sosial adalah perubahan sosial dan proses sosial secara tidak langsung akan selalu mendukung proses perubahan solidaritas mekanik menuju masyarakat dengan solidaritas organik. Cepat atau lambatnya proses tersebut tergantung dari respon dan seberapa terbuka masyarakat akan pengaruh dari luar. Selain itu, solidaritas atas kesukuan dengan kehidupan kolektif tidak hanya selalu terbentuk pada daerah asal atau asli suatu suku saja, melainkan dapat terjadi pula pada masyarakat kesukuan di daerah rantau. 2. Implikasi Praktis a. Soildaritas sosial masyarakat petani Suku Toraja yang sedang berkembang tidak menghilangkan peran dari sesepuh masyarakat begitu saja. Hal ini terlihat dari beberapa aspek yang masih mendapatkan peran dari sesepuh masyarakat setempat seperti pada kesadaran kolektif masyarakat petani Suku Toraja. Peran sesepuh masyarakat ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana program pemberdayaan yang akan dilakukan. b. Solidaritas sosial masyarakat petani Suku Toraja di Kelurahan Juata Laut yang
sedang
berkembang
memperlemah
kebersamaan
diantara
masyarakat tersebut. Namun keterbukaan masyarakat petani Suku Toraja menerima pengaruh dari luar mengakibatkan semakin mudah masyarakat tersebut untuk terus berkembang. Hal ini akan memudahkan terserapnya inovasi yang akan ditawarkan. c. Masyarakat petani Suku Toraja yang secara umum mengalami proses perubahan solidaritas mekanik menuju masyarakat dengan solidaritas organik. Perubahan tersebut tidak meninggalkan kebersamaan yang diikat berdasarkan tempat tinggal. Kebersamaan ini yang harus tetap dijaga oleh masyarakat petani Suku Toraja sebagai salah satu nilai sumber keberdayaan yang dimiliki. Serta menjadi salah satu modal
penting bagi program pemberdayaan yang akan dilakukan pada masyarakat tersebut. d. Hasil penelitian ini menunjukkan masyarakat petani Suku Toraja yang mulai terbuka, responsif dan mulai memiliki kemampuan ekonomi. Keadaan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar penetapan strategi pemberdayaan dengan model to do with people yang berarti melakukan pemberdayaan dengan melibatkan peran dari masyarakat itu sendiri. e. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sejauh ini belum ada bantuan optimal dari pemerintah kota dalam pemberian akses dasar bagi masyarakat petani Suku Toraja di Kelurahan Juata Laut. Keswadayaan menjadi alternatif yang dilakukan oleh masyarakat tersebut baik dalam memperoleh kebutuhan listrik dan air bersih. Padahal seharusnya kebutuhan dasar ini menjadi tanggung jawab pemerintah. Sehingga perlu adanya peran dan program optimal yang nyata dari pemerintah kelurahan dan kota untuk memberikan akses bagi pemenuhan kebutuhan bersama masyarakat tersebut. 3. Implikasi Metodologis a. Penelitian ini menunjukkah bahwa penggunaan metode triangulasi dapat membantu
untuk
mengatasi
masalah
keterbatasan
penelitian.
Keterbatasan ini adalah hal yang tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh peneliti di lapangan. Seperti keterbatasan dengan tidak dapat untuk bertempat tinggal sementara dalam beberapa waktu tertentu di lingkungan masyarakat petani Suku Toraja dikarenakan kondisi masyarakat yang sangat berhati-hati dalam menghargai perbedaan agama dengan peneliti. Sehingga digunakan triangulasi sumber dalam proses penelitian ini untuk mendapatkan kebenaran dan kelengkapan data yang dibutuhkan. b. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus ini mampu memberikan gambaran hanya sebatas pada solidaritas sebagai suatu kasus yang dikaji. Untuk mendapatkan gambaran keseluruhan aspek tentang masyarakat petani Suku Toraja dapat melakukan dengan
pendekatan etnografi apabila dapat didukung oleh banyak waktu yang tersedia.
C. Saran 1.
Agen
pemberdaya
masyarakat
secara
swasta
atau
berdasarkan
kepemerintahan hendaknya memahami arah perkembangan solidaritas sosial masyarakat petani Suku Toraja dengan melakukan pengenalan secara lebih mendalam baik melalui kajian terlebih dahulu dengan masyarakat tersebut. Hal ini agar suatu program atau kegiatan dapat sesuai dan didukung oleh masyarakat setempat karena masyarakat petani Suku Toraja saat ini berada pada tahap dengan beberapa aspek solidaritas sosial yang mulai berubah. 2.
Pemerintah hendaknya dapat mendukung upaya mencapai keberdayaan yang sejauh ini dilakukan secara mandiri oleh masyarakat petani Suku Toraja agar diperoleh hasil yang optimal untuk tercapainya keberdayaan yang diharapkan terutama pada akses-akses penting yang mempermudah usaha tani masyarakat tersebut. Bentuk dukungan ini bisa berupa pemberian inovasi kepada masyarakat petani Suku Toraja di kelurahan ini yang cenderung terbuka.
3.
Perlu adanya pembahasan antisipasi dan solusi oleh pemerintah mengenai masalah belum adanya kepemilikan aset produktivitas berupa lahan pertanian secara pribadi. Selain itu perlu adanya sosialisasi mengenai regulasi kepemilikan dan penggunaan lahan yang dapat menjadi dasar yang kuat dan memberikan perlindungan terutama kepada petani Suku Toraja di wilayah tersebut. Hal ini agar tidak menjadi ‘bom waktu’ bagi para petani apabila suatu saat lahan tersebut diminta atau dibutuhkan kembali oleh pemilik lahan dan pemerintah kota.
4.
Agen penyuluh juga diharapkan untuk dapat aktif berperan dalam memberikan solusi dan penanganan mengenai system petani pemodal dan petani penggarap yang dapat menjadi sumber konflik, perselisihan dan
penghambat para petani untuk dapat berkembang terutama mengenai pembagian hasil yang dapat terjadi pada masyarakat petani Suku Toraja. 5.
Peneliti
selanjutnya
hendaknya
memperhatikan
kembali
proses
perkembangan masyarakat dari sisi lain yang tidak didasarkan pada homogenitas masyarakat petani Suku Toraja agar mendapatkan fakta yang dapat melengkapi, mendukung dan mendalam mengenai masyarakat petani Suku Toraja di wilayah tersebut.