BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tujuan kebijakan sudah dipahami oleh tenaga kesehatan dan masyarakat, dimana untuk menurunkan AKI dan AKB dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan PONEK dan PONED, serta efektivitas dan efisiensi dalam sistem rujukan. 2. Standar kebijakan sasaran program EMAS sudah tepat yaitu Kabupaten dengan AKI dan AKB tinggi, terdapat pedoman pelaksanaan dalam bentuk tertulis, walaupun di dalamnya tidak tercantum sasaran, tujuan, serta indikator pencapaian dari program EMAS, dan terdapat hambatan dalam hal pendistribusian modul karena belum dapat difasilitasi oleh DKK ataupun Tim EMAS. 3. Sumber daya dalam implementasi Program EMAS sudah optimal, dalam hal jumlah tenaga kesehatan sudah cukup, dengan kompetensi yang baik dikarenakan adanya inovasi dalam bentuk drill emergency yang dilaksanakan rutin untuk terus melatih keterampilan semua bidan, serta audit nearmiss untuk mengevaluasi kasus yang ditangani. Masih terdapat beberapa kekurangan dalam kelengkapan alat dan obat terutama di puskesmas yang akan menghambat kinerja tenaga kesehatan. Pemanfaatan SIJARIEMAS oleh tenaga kesehatan dalam hal rujukan sudah optimal dilakukan, walaupun masih ada kendala terkait sms balasan informasi rujukan terlambat. Ada dukungan masyarakat FORMAKIA dalam membantu kinerja tenaga kesehatan.
4. Komunikasi dalam implementasi program EMAS sudah efektif, selama ini tenaga kesehatan atau bidan pelaksana mendapatkan sosialisasi mengenai pelaksanaan Program EMAS dari bidan koordinator, dan juga tim mentor yang datang langsung untuk melakukan pendampingan. Selain melalui sosialisasi, komunikasi juga dilakukan melalui supervisi, evaluasi dan pelaporan rutin. 5. Karakteristik badan pelaksana pada implementasi EMAS dalam bentuk prosedur kerja baik. Tahap persiapan dilakukan sesuai prosedur mulai dari kunjungan awal, pendampingan, dan kunjungan/ studi banding. Tenaga kesehatan sudah melakukan tindakan sesuai dengan SOP, hasil tindakan pun di dokumentasikan dengan baik dan dilaporkan secara rutin. 6. Disposisi/ sikap pelaksana dalam implementasi EMAS positif, pelaksanaan program sudah sesuai dengan ketentuan yang ada, hanya saja ada beberapa kekurangan obat dan alat, tetapi tidak menurunkan keyakinan dari pelaksana bahwa dengan adanya Program EMAS, tenaga kesehatan yakin AKI dan AKB dapat ditekan dan menurun angkanya. 7.
Lingkungan politik, sosial, ekonomi pada implementasi EMAS sangat mendukung. Pemerintah daerah mengeluarkan beberapa SK dan SE tentang upaya percepatan penurunan AKI dan AKB, pelaksana memberikan dukungan penuh dengan terus meningkatkan keterampilan, masyarakat terlayani dengan baik, dan organisasi keagamaan memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan ibu hamil resiko tinggi.
8. Perkembangan program upaya penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Cilacap sejak tahun 2008-2013 cukup membuahkan hasil, dimana terjadi
penurunan angka yang cukup signifikan baik AKI maupun AKB yang dilakukan melalui program bidan koordinator, pelatihan kegawatdaruratan maternal dan neonatal serta KB. Pada tahun 2012 dinas kesehatan pun menggulirkan beberapa pedoman untuk menurunkan AKI dan AKB yang melonjak di tahun 2012.
B. Implikasi 1. Implikasi teoritis Implementasi kebijakan Program EMAS dipengaruhi oleh beberapa variabel meliputi
tujuan kebijakan, standar kebijakan, sumber daya,
komunikasi antar organisasi terkiat, karakteristik badan pelaksana, disposisi/sikap pelaksana, dan lingkungan sosial, ekonomi, politik. Keberhasilan program tidak hanya di pengaruhi oleh pelayanan kesehatan saja melainkan faktor lain dari luar pelayanan kesehatan misalnya saja lingkungan. Maka dari itu upaya penurunan AKI dan AKB memerlukan kerjasama banyak pihak, karena bukan merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan saja. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini menyimpulkan masih terdapat beberapa kendala dan hambatan dalam pelaksanaan Program EMAS, dalam standar kebijakan pendistribusian modul belum merata dan modul yang ada saat ini belum tercantum sasaran, tujuan dan indikator pencapaian dari Program EMAS. Sumber daya, masih terdapat alat dan obat yang kurang lengkap di fasilitas kesehatan. Komunikasi, masih terdapat kendala dalam hal sms balasan
rujukan SIJARIEMAS yang dapat menghambat proses rujukan pasien serta supervisi dan evaluasi yang tidak sesuai jadwal. Kendala pada implementasi Program EMAS akan menjadikan upaya penurunan AKI dan AKB terhambat. 3. Implikasi Metodologi Penelitian ini hanya melihat dari faktor pelayanan kesehatan saja dalam upaya penurunan AKI dan AKB, sehingga faktor lain di luar pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi peningkatan AKI dan AKB tidak terkaji.
C. Saran 1. Tenaga kesehatan lebih memahami tujuan Program EMAS sehingga pelaksanaan program lebih baik lagi serta penurunan AKI dan AKB akan semakin optimal. 2. Dinas Kesehatan dapat menentukan target dan pedoman pelaksanaan secara tertulis untuk pelaksanaan Program EMAS serta memfasilitasi modul untuk semua tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. 3. Puskesmas dan rumah sakit melengkapi peralatan dan obat-obatan standar untuk melaksanakan program dan meningkatkan kompetensi bidan melalui pelatihan, serta
ada komitmen dari Kepala Puskesmas dan pimpinan
rumah sakit untuk mengusulkan pengadaan peralatan yang diperlukan terutama pengadaan peralatan penunjang.
4. Dinas Kesehatan mengadakan rapat koordinasi yang terstuktur untuk membahas masalah dalam pelaksanaan Program EMAS dengan puskesmas dan rumah sakit. 5. Dinas kesehatan meningkatkan kerja sama dengan banyak pihak agar pelaksanaan kebijakan lebih efektif. 6. Tenaga kesehatan dapat meningkatkan sikap positif atau mendukung kebijakan agar tidak ada kendala yang dihadapi saat pelaksanaan kebijakan. 7. Mempermudah proses pembuatan surat keterangan tidak mampu bagi masyarakat dengan ekonomi kurang, sehingga tetap dapat menikmati pelayanan kesehatan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA Aeni N. (2013). Faktor Risiko Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Universitas Indonesia. 7(10):453-459. http://jurnalkesmas.ui.ac.id. Diakses tanggal 26 November 2015 Agarwal K, Caiola N, Gibson A. (2015). Best practices for a successful MNCH partnership that an external evaluation could never find: Experiences from the Maternal and Child Health Integrated Program. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 130:S11–S16 Agustina. (2013). Indikator Kematian Bayi dan Balita. http://www.datastatistikindonesia.com. Diakses tanggal 25 November 2015 Agustino L. (2008). Dasar-dasar kebijakan publik. Bandung: Alfabeta Alamsyah E. (2010). Epidemiological Analysis maternal Neonatal Health in Indonesia and Asean Countries. Samarinda : Islamic Health Consortium, Internasional Forum Alamsyah E. (2011). Analisis Epidemiologis Terkini Kesehatan Neonatal di Indonesia dalam Pencapaian Target MDGs 2015. Bandung : PIT Nasional Epidemiologi 2 Alamsyah E. (2012). Expanding of Maternal and Neonatal Survival. http://perinasia.com. Diakses tanggal 17 Oktober 2015 Armstrong C, Magoma M, Ronsmans C. (2015). Magnitude of maternal and neonatal mortality in Tanzania:A systematic review. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 130:98–110 Bhandari. (2012). Effect of implementation of Integrated Management of Neonatal and Childhood Illness (IMNCI) programme on neonatal and infant mortality. BMJ: 344 Budihardja. (2011). Mellinium Development Goal’s. Depkes RI. Jakarta Budi W. (2008). Kebijakan publik, teori dan proses. Yogyakarta: Medpress Carwoto W, Bambang. (2015). Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Berbasis Web dan Sms (Short Message Service). http://download.portalgaruda.org. Diakses tanggal 17 Oktober 2015 Depkes. (2015). Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. http://www.gizikia.depkes.go.id. Diakses tanggal 22 Desember 2015
Depkes. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. http://www.gizikia.depkes.go.id. Diakses tanggal 26 November 2015 Dinas Kesehatan kabupaten Cilacap. (2012). Prosedur Penatalaksanaan Informasi dan Komunikasi Rujukan Gawat Darurat Melalui Sistem Informasi dan Komunikasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal (SIJARIEMAS) Kabupaten Cilacap. DinkesCilacap. (2012). Profil Kesehatan 2011. Cilacap DinkesCilacap. (2013). Profil Kesehatan 2012. Cilacap DinkesCilacap. (2014). Profil Kesehatan 2013. Cilacap Dirjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes. (2012). Expanding Maternal Neonatal Survival Dwiyanto. (2009). Kebijakan Publik Berbasis Dinamic Policy Analisys. Jogjakarta: Gave Media English M. (2003). Causes and outcome of young infant admissions to a Kenyan district hospital. US National Lib Rari Of Medicine National Institutes Of Health. 88:438 –443 George T. (2008). Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara. Haver J, Brieger, Zoungrana J, Ansari N, Kagoma J. (2015). Experiences engaging community health workers to provide maternal and newborn health services: Implementation of four programs. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 130:S32–S39 Helmizar. (2014). Evaluasi kebijakan jaminan persalinan (jampersal) dalam Penurunan angka kematian ibu dan bayi di indonesia. Jurnal Universitas Negeri Semarang. 9(2):197-205. http://journal.unnes.ac.id. Hulton L, Matthews Z, Hilber A, Adanu R. (2014). Using evidence to drive action: A “revolution in accountability” to implement quality care for better maternal and newborn health in Africa. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 127:96–101 Horwood C. (2009). The Training Experience and Implementing IMCI In South Afrika. http://www.biomedcentral.com. Diakses tanggal 4 April 2016 Kemenkes RI. (2010). Meningkatkan profesionalisme pns Kesehatan melalui diklat berbasis kompetensi. Badan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan
Kemenkes RI. (2012). Situasi Kesehatan Ibu. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 25 November 2015 Kemenkes RI. (2013). Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia. http://www.gizikia.depkes.go.id. Diakses tanggal 26 November 2015 Kemenkes RI. (2014). Bidan Berperan Penting Turunkan AKI dan AKB. Artikel Kesehatan. http://buk.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 25 November 2015 Kemenkes RI. (2010). Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi Perlu Kerja Keras. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 7 Februari 2016 Kemenkes RI. (2013). Situasi Kesehatan Ibu. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 7 Februari 2016 Kemenkes RI. (2013). Rencana Aksi Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 7 Februari 2016 Kemenkes RI.(2014). Jadilah Kartini Indonesia yang Tidak Mati Muda (Pencanangan Kampanye Peduli Kesehatan Ibu 2014). Http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 7 Februari 2016 Kemenpppa. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI). http://kemenpppa.go.id. Diakses tanggal 25 November 2015 Kirana. (2013). Kematian Maternal. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 25 November 2015 Lal A, Gao W, Hibbard J. (2013). Eclampsia: Maternal and neonatal outcomes. International Journal of Women’s Cardiovascular Health. 3:186-190 Manuck T, Rice M, Bailit J, Grobman W, Reddy U, Wapner R, et al. (2015). Preterm neonatal morbidity and mortality by gestational age: a contemporary cohort. .American Journal of Obstetrics and Gynecology Miller P, Rashida G, Tasneem Z, Haque M. (2012). The effect of traditional birth attendant training on maternal and neonatal care. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 117 :148-152 Moseson H, Massaquoi M, Bawo L, Birch L, Dahn B, Zolia Y. et al. (2014). Estimation of maternal and neonatal mortality at the subnational level in Liberia. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 127: 194-200 Murti B. (2013). Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Muslimah. (2013). Analisis Perbedaan Kinerja Bidan Desa yang Sudah dan Belum Dilatih Manajemen Terpadu Bayi Muda dalam Penatalaksanaan Kunjungan Neonatal di Kabupaten Kudus Tahun 2011. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNDIP Mutomima N. (2014). Implentasi Program Peningkatan Kelangsungan Hidup Ibu dan Bayi Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan (Studi tentang Program Expanding Maternal and Neonatal Survival di Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo). http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id. Diakses tanggal 17 Oktober 2015 Prabamurti P, Purnami C, Widagdo L, Setyono S. (2008). Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal. Studi Kasus Kontrol di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. ejournal.undip.ac.id. 3 (1) Ruspita. (2013). Analisis Faktor yang berhubungan dengan implementasi MTBS di Puskesmas Wilayah Kendal Provinsi Jawa Tengah Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Sanusi R. (2013). Meningkatkan Program EMAS. https://rossisanusi.wordpress.com. Diakses tanggal 17 Oktober 2015 Saputra W, Fanggidae V, Mafthuchan A. (2013). Efektivitas Kebijakan Daerah dalam Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 7(12) Seim A, Alassoum Z, Bronzan R, Mainassara A. (2014). Pilot communitymobilization program reduces maternal and perinatal mortality and prevents obstetric fistula in Niger. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 127:269–274 Sinaga M. (2007). Beberapa Faktor Sosial Demografi Yang Berhubungan Dengan Tingginya Angka Kematian Ibu Di Propinsi Nusa Tenggara Timur. https://mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Februari 2016 Sugiartik F. (2014). Pelaksanaan Program Emas (Expanding Maternal And Neonatal Survival) Puskesmas Kabupaten Malang (Studi Kasus Di Puskesmas Permata Turen). Http://eprints.uns.ac.id. Diakses tanggal 17 oktober 2015 Sulaeman, E. (2015). Metode Penelitian Kualitatif dan Campuran Dalam Kesehatan Masyarakat. Surakarta : UNS PRESS
Sulaeman E. (2010). Reorganisasi dan Revitalisasi Program Keterpaduan KB Kesehatan (Posyandu) di Era Desentralisasi. http://fk.uns.ac.id. Diakses tanggal 7 Februari 2016 Sulistyawati A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika: 5-105 Suryana C. (2010). Data dan Jenis Data Penelitian. https://csuryana.wordpress.com. Diakses tanggal 22 Februari 2016 Syamsurizal. (2007). Evaluasi Pelaksanaan Program Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas Se Kabupaten Sleman. Tesis. Taylor D. (2015). The role of health professional organizations in improving maternal and newborn health: The FIGO LOGIC experience. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 131:S71-S74 Unicef Indonesia. (2012). Kesehatan Ibu dan Anak. http://www.unicef.org/indonesia/id. Diakses tanggal 26 November 2015 USAID. Brosur EMAS 2012 USAID. (2015). Two Decades of Progress: Usaid’s Child Survival And Maternal Health Program. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/Pdacn044.pdf. Diakses tanggal 17 Oktober 2015 Wandira, Arinta K, Indawati, Rachmah. (2012). Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 1(1): 33-42. http://www.journal.unair.ac.id Willy. (2006). Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press Yahrinanda C. (2015). Implementasi Program Emas Untuk Mengurangi Angka Kematian Ibu Dan Angka Kematian Bayi (Studi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Malang). Jurnal Universitas Brawijaya. 3(4)