BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Setelah semua tahap penelitian dilakukan, mulai dari pembuatan proposal penelitian, kemudian pengkajian teori, penyusunan instrumen penelitian yang disertai dengan uji coba dan penyempurnaan instrumen penelitian, sampai dengan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data. Pada akhirnya peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian tentang pengembangan silabus seni budaya pembelajaran seni rupa berbasis budaya lokal dalam KTSP SMA di Kabupaten Cirebon, sebagai berikut : 1. Guru dalam menyusun pengembangan silabus dilakukan secara kelompok kecil di forum MGMP sekolah dan disempurnakan dalam kelompok besar di forum MGMP tingkat Kabupaten Cirebon. Adanya kolaborasi antara kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah menghasilkan pengembangan silabus seni budaya yang diharapkan. Potensi budaya lokal yang terdapat di lingkungan
sekolah
dapat
terungkap
melalui
diskusi-diskusi
yang
dilakukannya sehingga membantu guru memilah dan memilih beragam seni budaya lokal di Kabupaten Cirebon yang tepat untuk jadi materi pembelajaran seni budaya khususnya pembelajaran seni rupa baik di kelas X, kelas XI maupun kelas XII di tingkat SMA.
179
2. Materi pembelajaran pada silabus yang belum dikembangkan masih sangat umum, tugas guru dalam mengembangkan silabus mata pelajaran seni budaya adalah menampilkan materi-materi pembelajaran yang lebih spesifik. Materi pembelajaran yang lebih spesifik dan rinci akan memberikan kemudahan terhadap guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya. Komponen yang paling strategis untuk memasukan potensi budaya lokal yang ada di Cirebon adalah pada komponen materi pembelajaran. 3. Komponen-komponen silabus yang menjadi kewenangan pihak sekolah untuk dikembangkan dalam silabus seni budaya khususnya pembelajaran seni rupa yaitu; materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/alat dinyatakan sangat relevan dengan kebutuhan akademik peserta didik jika telah dikembangkan menyesuaikan dengan potensi lingkungan budaya lokal di sekolah. Materi pembelajaran yang dikembangkan dalam silabus seni budaya terbagi dalam dua karakteristik, yaitu (1) pembelajaran yang bersifat mengapresiasi; dan (2) pembelajaran yang bersifat mengekspresikan diri. Hal ini sejalan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pembelajaran seni budaya dalam kurikulum, yaitu : menunjukan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan seni dan budaya lokal, menghargai karya seni dan budaya nasional, mengekapresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya, mengapresiasi karya seni dan budaya, menghasilkan karya kreatif baik individual maupun kelompok. Dari uraian tersebut pembelajaran seni budaya sangat kontekstual, karena para guru seni budaya harus memiliki wawasan yang baik tentang eksistensi seni budaya
180
yang hidup dalam konteks lingkungan daerah setempat dimana ia mengajar. Dengan demikian guru seni budaya harus dapat memanfaatkan secara efektif terhadap potensi seni budaya lokal yang terdapat di lingkungannya untuk kegiatan apresiasi dan ekspresi atau kreasi seni. B. Implikasi Penelitian ini telah menunjukan bahwa pengembangan silabus seni budaya pembelajaran seni rupa penting dilakukan dengan menyesuaikan pembelajarannya berbasis budaya lokal yang ada di daerah. Dengan demikian rumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompentensi Dasar (KD) yang menjadi patokan minimal dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menjadi lebih universal dan lebih variatif dengan pengembangan yang dilakukan oleh pihak sekolah guna mendukung tercapainya kompetensi-kompetensi tersebut. Dalam mentransmisikan materi pembelajaran seni rupa pada peserta didik, potensi budaya lokal yang ada di wilayahnya dapat dijadikan rujukan dan dapat dintegrasikan dalam materi pembelajaran di setiap semester pada kelas X, XI dan XII Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Cirebon Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain: (1) implikasi terhadap pengembangan silabus seni budaya pembelajaran seni rupa yang berbasis budaya lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA); (2) implikasi terhadap cara pandang guru terhadap kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran seni rupa yang berbasis budaya lokal; (3) implikasi terhadap peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya, dan; (4) implikasi terhadap usaha sadar 181
sebagai peran penting intitusi pendidikan dalam mengembangkan serta mewujudkan masyarakat sadar budaya melalui sekolah sebagai pilar utama. Berikut uraiannya: 1. Implikasi terhadap pengembangan silabus seni budaya pembelajaran seni rupa yang berbasis budaya lokal di SMA hendaknya dirancang dengan cermat, disesuaikan dengan keberagaman kondisi daerah masing-masing, baik yang menyangkut kemampuan atau potensi peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran maupun yang menyangkut potensi budaya lokal yang ada di daerahnya. Dalam mengembangkan silabus mata pelajaran seni budaya hendaknya mempertimbangkan kepada tujuan mata pelajaran seni budaya itu sendiri, yaitu mengembangkan kepekaan rasa, kreativitas dan cita rasa estetis peserta didik dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Penyusunan dan pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya mengacu pada petunjuk teknis pengembangan silabus yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Sekolah di harapkan mempunyai kemampuan mandiri sehingga dapat menyusun silabus yang telah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan akademik tiap-tiap sekolah. 2. Implikasi terhadap cara pandang guru terhadap kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran seni rupa yang berbasis budaya lokal sangat berkaiatan terhadap kemampuan guru dalam memahami bahwa peserta didik memiliki perbedaan terhadap satu sama lain. Peserta didik berbeda dalam
182
minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, cara belajar, status sosial ekonomi dan latar belakang budaya. Oleh karena itu dalam mengembangkan silabus
perlu
mempertimbangkan
keadaan
peserta
didik
tersebut.
Pengembangan materi pembelajaran dan indikatornya harus mengakomodasi mengembangkan kemampuan siswa dalam interaksi dan sosialisasi diri dengan menghargai perbedaan sosial dan budaya yang multikultural. 3. Implikasi terhadap peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Motivasi guru mengikuti pertemuan dalam forum MGMP bersumber pada manfaat dan nilai-nlai yang dirasakan oleh guru-guru itu sendiri, diantaranya: dapat melakukan tukar menukar pengalaman dengan rekan sejawat dalam memecahkan masalah kegiatan pembelajaran yang dihadapinya, memupuk kesadaran akan perlunya meningkatkan mutu pekerjannya sebagai guru, saling membelajarkan diantara sesama rekan sejawat terutama pada materi pembelajaran yang belum dikuasai dengan baik. Melalui proses tersebut maka tumbuh inisiatif dan kreativitas pada guru-guru untuk melakukan perubahan dan pengembangan pada silabusnya. 4. Implikasi terhadap upaya sadar sebagai peran penting intitusi pendidikan dalam mengembangkan serta mewujudkan masyarakat sadar budaya melalui sekolah sebagai pilar utama harus menjadi perhatian semua steakholder. Pendidikan merupakan sebuah upaya sadar dan terencana untuk melakukan perbaikan dan perubahan perilaku, pengalaman, dan pengetahuan peserta
183
didik. Melalui pendidikan diharapkan peningkatan kualitas SDM yang signifikan. Tempat dan tumpuan perubahan tersebut berlangsung di sekolah. Pendekatan sistemik terbadap pengembangan melalui pendidikan adalah pendekatan di mana masyarakat sebagai input dan pendidikan sebagai pelaksana suatu lembaga pendidikan masyarakat menghasilkan outputnya sesuai yang dicita-citakan. Menurut Ki Hajar Dewantoro ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebagian besar masyarakat modern memandang lembagalembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial. Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan secara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur budaya yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan normanorma yang berlaku, jiwa patriotisme dan mencintai budayanya sendiri. Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Masyarakat yang seperti ini telah mengalami perubahan-perubahan sosial, mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di dalam suatu masyarakat, implikasi sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya
menciptakan/melahirkan
nilai-nilai
budaya
baru
(cultural
184
reproduction). Dengan demikian pengembangan silabus seni budaya berbasis budaya lokal khususnya di SMA Kabupaten Cirebon merupakan hal yang sangat strategis dalam membangun genasi muda setingkat pelajar SMA agar tumbuh kesadaran berbudaya yang tinggi serta menyadari bahwa mereka hidup di tengah-tengah masyarakat yang multikulturalistik C. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas dan implikasinya dalam upaya mengembangkan silabus mata pelajaran seni budaya pada pembelajaran seni rupa berbasis budaya lokal dalam KTSP SMA di Kabupaten Cirebon, selanjutnya dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Efektivitas Bimbingan Teknis Pengembangan Silabus Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan suatu upaya dengan menyelenggarakan Bimbingan Teknis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bintek KTSP) SMA yang sasarannya adalah para kepala sekolah dan guru-guru. Tujuan Sosialisasi Bintek KTSP SMA, adalah; (1) meningkatkan pemahaman peserta bintek tentang substansi dan makna dari berbagai landasan hukum/peraturan (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Permendiknas dan Panduan yang diterbitkan BSNP) yang menjadi acuan dalam pelaksanaan KTSP; (2) meningkatkan kemampuan/keterampilan peserta bintek antara lain dalam; a) Penyusunan KTSP, Pengembangan Perangkat dan Pelaksanaan Pembelajaran.,b) Penyiapan Perangkat dan Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik. c) Penyusunan Program Pengembangan Diri dan 185
Layanan Akademis Peserta Didik. (3) meningkatkan peranserta peserta Bintek untuk mendesiminasikan hasil Bintek kepada berbagai pihak yang terkait mulai dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan tingkat sekolah, baik di lingkungan wilayah setempat maupun wilayah lainnya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa para peserta Bintek KTSP SMA masih belum melakukan pengembangan KTSP/ Silabus sesuai dengan materi yang diterima dalam sosialisasi Bintek KTSP SMA tersebut. Akibatnya hampir setiap sekolah khususnya di Kabupaten Cirebon, umumnya masih menggunakan silabus “copy-paste” dari contoh silabus yang dibuat oleh BSNP. Jika keadaan ini dibiarkan maka tujuan pemerintah agar tiap sekolah memiliki silabus yang sesuai dengan karakteristik dan potensi sekolah masing-masing tidak akan tercapai. Padahal khususnya pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya yang berbasis budaya lokal sangat diperlukan sebagai penggerak perubahan sikap apriori peserta didik terhadap potensi budaya lokal yang ada di daerahnya. Untuk ini diperlukan upaya sungguh-sungguh dalam mengektifkan pelasanaan Bintek KTSP SMA di tingkat Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon dan ditindak lanjuti di tingkat sekolah masing-masing. Selanjutnya perhatian dari kepala sekolah dan bimbingan dari pengawas sekolah sangat diperlukan untuk memfasilitasi agar menghasilkan produk silabus yang diharapkan. 2. Peranan Pemegang Kebijakan dalam Pendidikan Faktor yang perlu menjadi perhatian berkenaan dengan pelaksanaan pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya pada pembelajaran seni rupa berbasis budaya lokal, yaitu; Pertama, guru terkadang kekurangan informasi dan 186
juga
stimulus
mengenai
pengembangan
silabusnya
Jika
guru
tidak
memperolehnya, maka pengembangan silabus sukar terwujud apalagi sampai mencapai taraf yang standar. Tentunya keberadaan faktor pendukung yang membantu guru dan warga sekolah lainnya ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya yang diharapkan; Kedua,
faktor
pengambilan
keputusan
yang
mendukung
pelaksanaan
pengembangan silabus. Partisipasi semua jajaran sekolah dalam pengambilan keputusan sangatlah diperlukan dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, ketentuan-ketentuan berkenaan dengan pengambilan keputusan yang menarik partisipasi perlu ada. Tetapi apabila dominasi kepala sekolah yang berlebihan atas keputusan
pengembangan
silabus
dapat
juga
menghambat
keberhasilan
pengembangan silabus itu sendiri; Ketiga, perubahan dalam persepsi peran pendidik terhadap pengembangan silabus. Pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya menghendaki adanya perubahan persepsi peran guru dari peran sebagai penerima, pasif, ke arah peran pengambilan keputusan kurikulum. Jika persepsi terhadap peran guru tidak berubah, maka pengembangan silabus model ini tidak akan pernah berhasil; Keempat, persoalan keahlian pengembangan kurikulum warga sekolah perlu ditingkatkan. Jika warga sekolah memiliki sejumlah pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang pengembangan kurikulum, pelaksanaannya akan dapat dilakukan dengan mudah. Sebenarnya silabus yang dikembangkan sekolah akan sangat kaya sebab akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masing-masing. Sekolah juga yang dapat melihat apakah standar kompetensi tersebut sudah tercapai atau belum karena mereka
187
sendiri yang menyusun silabusnya. Dengan adanya silabus yang telah dikembangkan, penentuan ketuntasan belajar harus dikembalikan kepada guru. Selain itu, penerapan silabus memerlukan sosialisasi, pemahaman, latihan dan evaluasi mendalam. 3. Pemberdayaan Tenaga Kependidikan Dalam rangka usaha mentransmisikan nilai-nilai budaya lokal di sekolah melalui pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya, hendaknya disediakan suatu perangkat pendukung yang memadai. Perangkat pendukung yang dimaksud disini adalah alat-alat pelajaran dan sarana prasarana yang diperlukan untuk mengakomodir kebutuhan akademik peserta didik. Sejalan dengan itu perlu pula dilakukan pemberdayaan tenaga-tenaga kependidikan yang potensial dan mampu memanfaatkan sumber daya terhadap potensi seni budaya lokal yang ada di daerahnya melalui penyusunan silabus pembelajarannya. 4. Eksistensi Kegiatan MGMP
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai wadah kerja sama guru-guru untuk membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan berbagai aspek proses belajar-mengajar, termasuk di dalamnya sebagai forum diskusi pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya memiliki fungsi yang sangat penting. Kegiatan yang dilakukan dan masalah-masalah yang dibahas di dalamnya harus bersumber pada kebutuhan guru sehari-hari dan
dimaksudkan
untuk
memperbaiki
pekerjaan
mereka,
yaitu
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. MGMP pun dapat berperan sebagai satu bentuk kegiatan gugus kendali mutu pendidikan, karena forum
188
MGMP memberi kesempatan kepada guru-guru untuk bekerja dan berfikir sebagai satu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama, yaitu memperbaiki proses belajar-mengajar melalui pengembangan silabus seni budaya yang berbasis budaya lokal. Oleh karena itu eksistensi MGMP di suatu sekolah atau wilayah akan memberikan pengaruh positip terhadap keberhasilan pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya (seni rupa) di sekolah atau wilayah tersebut. Apalagi jika ditunjang dengan anggaran yang memadai aktivitas MGMP akan mampu memberikan kontribusi terhadap kerja guru yang lebih professional. 5. Penelitian Selanjutnya Penelitian yang dilakukan ini yaitu mengenai pengembangan silabus mata pelajaran seni budaya pada pembelajaran seni rupa berbasis budaya lokal di SMA Kabupaten Cirebon. Penelitian mengenai hal ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan itu dilakukan oleh guru sebagai pengembang silabus di sekolah dalam upaya memperbaiki kualitas khususnya pembelajaran seni rupa di SMA. Walaupun masalah yang diteliti ini merupakan masalah kecil dibandingkan
dengan
demikian
banyaknya
permasalahan
dalam
bidang
pendidikan, namun peneliti yakin bahwa penelitian ini besar manfaatnya. Adanya keterbatasan dalam penelitian ini, diharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas, sample yang lebih beragam dan menggunakan rancangan penelitian yang lebih kompleks, menggunakan mata pelajaran yang lebih banyak lagi. Dengan demikian dapat ditemukan hasil yang lebih optimal dan bisa digeneralisasikan pada wilayah yang lebih luas serta menjadi bahan masukan 189
bukan saja tingkat Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, melainkan juga tingkat Dinas Pendidikan Provinsi, bahkan tingkat Departemen Pendidikan Nasional.
190