perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap pada perusahaan perkebunan kelapa sawit, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penerapan akuntansi terhadap aset tanaman perkebunan dan aset tetap pada perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia telah sesuai dengan PSAK No. 16. Kesesuaian tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa hal berikut yaitu: 1) Pengakuan aset tanaman kelapa sawit dan aset tetap dapat dilakukan apabila telah memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu memberikan manfaat ekonomis di masa mendatang dan diukur sebesar harga perolehan pada saat pengakuan awal. 2) Pengukuran aset tanaman kelapa sawit dan aset tetap perusahaan dapat menggunakan model biaya atau model revaluasi sesuai dengan tujuan perusahaan. 3) Penyajian aset tanaman kelapa sawit dan aset tetap disajikan pada laporan keuangan dan diklasifikasikan sebagai Aset Tidak Lancar. 4) Pengungkapan yang meliputi dasar pengukuran digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto, metode penyusutan, umur manfaat atau tarif penyusutan, serta jumlah tercatat bruto dan akumulasi commit to user
80
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyusutan pada awal dan akhir periode pada aset tanaman kelapa sawit dan aset tetapnya telah diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan PSAK No. 16. Namun demikian, terdapat hal-hal yang tidak diungkapkan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit yaitu: 1) Nilai tercatat masing-masing tanaman perkebunan dan aset tetap pada laporan perubahan posisi keuangan pada perusahaan yang menerapkan model revaluasi. 2) Nilai wajar masing-masing TBM dan TM pada awal dan akhir periode
atas
tanaman
perkebunan
pada
perusahaan
yang
menggunakan model revaluasi. 3) Nilai wajar perolehan aset tetap melalui pertukaran dengan aset nonmoneter. 4) Rekonsiliasi jumlah tercatat baik aset tanaman perkebunan maupun aset tetap pada awal dan akhir periode.
5.2. Implikasi Dari aspek teoritis, pengungkapan atas suatu aset di laporan keuangan merupakan hal yang cukup penting untuk dilakukan. Hal ini terkait dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan mengenai informasi yang ada dalam aset-aset meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan yang tersaji dalam laporan keuangan. Informasi tersebut dapat membantu para pengguna laporan keuangan dalam melakukan analisis baik dari segi nilai/angka maupun segi kebijakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
manajemen atas aset perusahaan. Selama ini, standar akuntansi keuangan untuk tanaman kelapa sawit menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 Aset Tetap model biaya. Hal tersebut ditunjukkan pada nilai tercatat tanaman kelapa sawit merupakan biaya perolehan untuk memperoleh tanaman tersebut dikurangi akumulasi depresiasi
dan
penurunan nilai. Berdasarkan hal tersebut, tanaman kelapa sawit memiliki definisi sesuai dengan definisi aset tetap, sehingga perlakuannya mengikuti perlakuan aset tetap yaitu tanaman perkebunan dikuasai untuk lebih dari satu periode akuntansi, memiliki manfaat ekonomik, biaya dapat diukur dengan andal. Selain itu, PSAK No. 16 memperbolehkan memilih antara basis biaya perolehan (model biaya) dan basis harga pasar (model revaluasi) untuk kelompok aset tetap. Dalam penggunaan PSAK No. 16 model revaluasi untuk aset tanaman perkebunan memberi peluang untuk tidak mengadopsi IAS 41 di Indonesia karena kedua standar tersebut sama-sana berbasis harga pasar. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aset tanaman perkebunan dan aset tetap telah sesuai dengan PSAK No. 16. Namun, perusahaan perlu memaksimalkan pengungkapan yang ditentukan dalam PSAK No. 16 seperti misalnya pilihan pengukuran setelah perolehan awal. Adanya perbedaan metode pengukuran aset tetap menggunakan model biaya dan model revaluasi akan bergantung pada tujuan yang akan dicapai perusahaan yang berkaitan. Metode revaluasi bisa digunakan untuk menunjukkan seberapa bernilai perusahaan pada saat pelaporan. Nilai aset perusahaan adalah nilai jika aset itu aset dijual di pasar, commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga model revaluasi cocok digunakan untuk perusahaan yang ingin menunjukkan seberapa bernilai perusahaan tersebut saat ini. Di sisi lain, metode harga perolehan pada model biaya menunjukkan nilai historis perusahaan. Nilai historis perusahaan adalah nilai pada saat pembelian dikurangi dengan penyusutan untuk menunjukkan pemanfaatan dari aset tersebut dalam menghasilkan pendapatan (revenue) dan impairment dan menunjukkan penurunan daya dalam menghasilkan revenue karena hal-hal selain penggunaan normal. Metode historical cost dapat digunakan perusahaan untuk menunjukkan nilai historis atas pemanfaatan aset untuk menghasilkan income saat ini.
5.3. Rekomendasi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: 1) Penelitian ini merupakan studi literatur sehingga cakupannya terbatas berdasarkan literatur, tidak dilakukan penelaahan langsung pada perusahaan terkait, dan data penelitian yang digunakan hanya selama satu tahun yaitu 2014 karena adanya keterbatasan waktu dan ijin akses ke perusahaan. Dengan hal tersebut,
peneliti
akademis
agar
memberikan penelitian
rekomendasi
selanjutnya
kepada
diharapkan
para lebih
menjabarkannya lebih mendalam dan dapat lebih memahami mengenai perlakuan aset tetap laporan keuangan berdasarkan commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PSAK No. 16 dengan revisi terbarunya untuk menciptakan keterbandingan antar penelitian khususnya pada perusahaan agrikultur yang memiliki keunikan dari perusahaan lainnya, terlebih karena Indonesia sedang dalam proses mengadopsi IFRS yang mengalami metode dari historical cost menjadi fair value. 2) Beberapa rekomendasi di bawah ini dapat menjadi pertimbangan untuk mengatasi hal-hal yang belum diungkapkan dalam penerapan PSAK No. 16 terhadap aset tanaman perkebunan maupun aset tetap pad\a perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia: a) PT PALM sebaiknya memisahkan saldo akhir dan nilai tercatat pada setiap aset tanaman perkebunan dan aset tetap dalam laporan posisi keuangan dan menerapkannya secara konsisten. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. b) PT PALM yang menerapkan model revaluasi sebaiknya mengungkapkan nilai wajar aset tanaman perkebunan baik TBM maupun TM secara terpisah agar tidak membingungkan pemakai laporan keuangan. c) Perusahaan sebaiknya mengungkapkan nilai wajar perolehan aset tetap melalui pertukaran dengan aset nonmoneter. d) Perusahaan perkebunan sebaiknya melakukan rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, commit to user
aset
yang
diklasifikasikan
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok yang
akan
dilepaskan
yang
akan
dilepaskan
yang
diklasifikasikan sebagai tersedia dijual, akuisisi melalui penggabungan usaha, peningkatan atau penurunan nilai akibat dari revaluasi, penyusutan dan perubahan lainnya. Berdasarkan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan, perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat memaksimalkan pengungkapannya dan menerapkan metode penilaian secara konsisten sehingga dapat menghasilkan keputusan yang konsisten pula agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan industri agrikultur di Indonesia bisa tambah maju.
commit to user