BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A.
KESIMPULAN Penelitian ini menghasilkan model hubungan kausal rekursif (aliran ke
satu arah) dalam bentuk diagram jalur antara variabel-variabel perencanaan pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan iklim organisasi dengan kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup. 1.
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis,
perencanaan
pendidikan
berkontribusi signifikan terhadap kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup sebesar 15,37%. Artinya semakin efektif perencanaan pendidikan dilaksanakan semakin tinggi kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup. 2.
Pengaruh kepemimpinan pendidikan terhadap kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup sebesar 37,09%. Artinya semakin efektif kepemimpinan pendidikan dilaksanakan, semakin tinggi kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup.
3.
Pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup sebesar 10,18%. Artinta semakin efektif kepemimpinan pendidikan dilaksanakan, semakin tinggi kinerja satuan-satuan pendidikan kecakapan hidup.
4.
Pengaruh secara serentak variabel perencanaan pendidikan, kepemimpinan pendidikan, dan iklim organisasi terhadap kinerja satuan pendidikan
233
234
kecakapan hidup besarnya adalah 93,70%. Sedangkan pengaruh dari variabel lain yang tidak diamati oleh penulis adalah sebesar 6,3%. 5.
Variabel yang memiliki pengaruh paling tinggi terhadap kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup adalah kepemimpinan pendidikan, kemudian diikuti oleh variabel perencanaan pendidikan. Sedangkan yang memiliki pengaruh paling rendah adalah iklim organisasi pendidikan. Berarti untuk meningkatkan kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup, tingkatkan peran kepemimpinan pendidikan, makan sekaligus akan meningkatkwan peran perencanaan, dan peningkatan iklim organisasi pendidikan yang kondusif dalam satuan pendidikan kecakapan hidup.
B.
IMPLIKASI
1.
Model hipotetik manajemen kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup yang penulis diajukan, dilandasi pemikiran bahwa satuan-satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kecakapan hidup harus: (1) memiliki sense of quality; (2) memahami kebutuhan pasar; (3) berwawasan mutu dan keunggulan; (4) mengembangkan prakarsa, inisiatif, dan kemandirian; (5) menganalisis performa lembaga mulai dari identifikasi kompetensi, penilaian potensi, kekuatan pendorong dan asumsi pesaing; dan (6) berpikir strategik dengan menerjemahkan semua input untuk menyusun strategi yang efektif. Kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup perlu didukung oleh jumlah dan kualitas sumberdaya manusia, sarana prasarana dan fasilitas yang memadai.
235
Sejalan dengan itu, rancangan program-program pendidikan kecakapan hidup hendaknya dititikberatkan kepada penyiapan lulusan yang menguasai keterampilan tertentu untuk mendukung kehidupannya. 2.
Implementasi model hipotetik tersebut
mempersyaratkan komitmen
penyelenggara, pemimpin, dan warga belajar satuan pendidikan kecakapan hidup terhadap pemeliharaan dan perbaikan secara berkelanjutan karakter pembelajaran, profesionalisme
tenaga pengajar, budaya mutu dan
partisipasi warga belajar serta prakarsa masyarakat. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemahaman yang memadai terhadap visi organisasi dan visi pendidikan kecakapan hidup; serta kesediaan mengembangkan diri dalam konteks organisasi pembelajar. 3.
Kepemimpinan pendidikan yang memiliki kinerja tinggi harus memiliki kearifan lokal, agar dalam mendisain perencanaan dapatlah mengakomodir kebutuhan masyarakat akan skill yang bernilai ekonomis dengan kearifan memadu dengan budaya daerah setempat .
4.
Kenyataan dilapangan bahwa pimpinan pendidikan kecakapan hidup berperan ganda dalam menjalankan fungsinya sehari-hari, dimana disamping berperan sebagai motivator dalam mempublikasikan program yang dimilikinya pada warga belajar juga pimpinan berperan sebagai negosiator
dalam
mendapatkan
dana
untuk
pelaksanaan
kegiatan
organisasinya pada pihak-pihak terkait secara vertikal. Berarti satuan pendidikan kecakapan hidup akan berjalan dengan baik apabila pimpinan berperan aktif dalam menjalankan tugasnya, dan harus kreatif memikirkan
236
segala kemungkinan yang terjadi dalam melaksanakan program yang telah direncanakan dalam iklim organisasi yang selalu berfluktuasi.
C.
REKOMENDASI
1.
Untuk meningkatkan kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup, harus tingkatkan peran dari kepemimpinan pendidikan pada satuan pendidikan kecakapan hidup, dimana dengan meningkatnya peran kepemimpinan, masalah perencanaan pendidikan dapat didesain dan terealisasi denga baik, kemudian dapat menciptakan iklim organisasi pendidikan yang kondusif bagi semua anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya.
2.
Pengembangan
kinerja
satuan-satuan
pendidikan
kecakapan
hidup
hendaknya diarahkan kepada dua dimensi kualitas. Dimensi pertama adalah kualitas kinerja satuan pendidikan yang memenuhi indikator kualitas berdasarkan perspektif keuangan, pelanggan, dinamika proses internal, pengembangan tradisi belajar dan pertumbuhan. Dimensi kedua adalah kualitas elemen sistem pendidikan kecakapan hidup, terutama keluaran dan dampak pendidikannya yang relevan dengan kebutuhan pengembangan ekonomi produktif masyarakat. 3.
Para peneliti lain yang berminat mendalami bidang teori pengembangan organisasi pendidikan, khususnya manajemen pendidikan nonformal, diharapkan dapat menindaklanjuti penelitian ini, karena penelitian ini baru merupakan ikhtiar awal dengan jangkauan perspektif yang terbatas.
237
4.
Dimensi yang cukup menarik dari model hipotetik manajemen kinerja satuan pendidikan kecakapan hidup yang perlu dikembangkan dalam penelitian-penelitian lanjutan adalah menguji coba model tersebut untuk kemudian diidentifikasi kekuatan dan kekurangannya sehingga memenuhi transferabel bagi satuan-satuan dan program-program pendidikan kecakapan hidup.
5.
Harapan terhadap pemerintah setempat untuk memenej lebih lanjut organisai satuan pendidikan kecakapan hidup agar tetap selalu eksis dalam menjalankan peran sebagai produk keterampilan(skils) yang merupakan cikal bakal menciptakan tenaga kerja yang memiliki daya saing tinggi.