91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Diantara kegiatan pengajian An-Naml di Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, selain bergerak dalam pemberdayaan bidang pendidikan juga bergerak dalam bidang perekonomian. Sesuai dengan tujuan penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1) Pemberdayaan ekonomi pengajian Program
pemberdayaan
ekonomi
diwujudkan
dalam
pengadaan
pelatihan/ketrampilan produktif dan bantuan peralatan usaha dari PNPM Mandiri Perkotaan serta pembentukan kelompok usaha di bawah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) “Giwangan Makmur” yang rencananya akan dibentuk menjadi sistem koperasi. Kelompok usaha ini mendapatkan dana hibah untuk pemodalan usaha dari DISPERINDAGKOPTAN yang dikembangkan dengan sistem pinjaman bergulir. Berkaitan dengan pemberian bantuan
(baik pinjaman bergulir,
pemberian pelatihan dan peralatan usaha), dari hasil penelitian diketahui para anggota mengeluhkan beberapa hal, diantaranya; a) bantuan yang diberikan tidak merata dan tidak bergulir kepada semua anggota, b) adanya pembatasan pemberian bantuan seperti bantuan hanya diberikan kepada anggota yang tinggal di Giwangan saja sementara banyak diantara mereka berasal dari luar, dan c) kurangnya kekompakan kelompok usaha, terbukti diantara anggota mengeluhkan adanya penguasaan peralatan usaha oleh ketua kelompoknya.
92
2) Analisis berdasarkan keadaan usaha para anggota a) Berdasarkan dana pinjaman bergulir diketahui banyak anggota yang masih telat bahkan macet dalam pengembalian dana, diantara sebabnya adalah; dana masih dipinjamkan pada anggota yang tidak memiliki usaha, dana yang diberikan masih tidak disesuaikan dengan kebutuhan produksi, tidak adanya pengontrolan penggunaan dana dan pendampingan usaha kepada mereka, kurang aktifnya pemberlakuan simpanan wajib dengan penarikan rutin tiap bulannya, dan dari pihak anggota sendiri mengaku belum memiliki dana untuk mengembalikannya padahal diketahui hampir setiap hari mereka berproduksi atau bekerja. Adapun terkait alasan 15 anggota pemilik usaha makanan lainnya namun tidak mendapatkan dana pinjaman diantaranya; 10 orang tidak menginginkannya dan mereka jarang mengikuti pengajian, 3 orang mengaku lebih mengharapkan bantuan bersifat gratis dan 2 orang tidak mendapatkan bantuan karena bukan warga Giwangan. b) Dari hasil analisis deskriptif berdasarkan pendapatan sebelum dan sesudah mendapatkan dana pinjaman ditemukan bahwa dari sumber pendapatan rata-rata per bulan mereka (baik dari usaha makanan, usaha lain maupun anggota keluarga) mengalami peningkatan. Khusus usaha makanan diketahui meningkat sebesar 2,16 persen. Namun jika diteliti lebih lanjut, hanya 5 orang saja yang usaha makanannya meningkat, 4 orang pendapatannya sama dan 6 orang justru menurun. Diantara faktor penurunan ini adalah kelangkaan bahan baku disertai harganya yang semakin mahal, sepinya konsumen, tranportasi usaha kurang memadai dan
93
kalah bersaing dengan pengusaha besar. Dari segi proporsi terhadap total pendapatan diketahui bahwa semua sumber pendapatan mengalami peningkatan kecuali dari usaha makanan mereka sendiri. c) Dari hasil analisis deskriprif berdasarkan alokasi pendapatan (konsumsi, pendidikan dan kesehatan) dan proporsinya terhadap total pendapatan sebelum dan sesudah mendapatkan dana pinjaman, diketahui hanya dana untuk pendidikan saja yang mengalami penurunan sebesar 23,2 persen, dengan proporsi sebelumnya 0,14 menurun menjadi 0,09. Diantara sebabnya adalah kurangnya biaya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan adanya bantuan biaya sekolah dari pemerintah, seperti dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan KMS (Kartu Menuju Sejahtera). Berdasarkan pendapatan yang disisihkan ditemukan bahwa dana tabungan mengalami peningkatan sebesar 19,1 persen. Dana keagamaan (baik untuk infak, sedekah dan kurban) juga meningkat sebesar 19,9 persen. Dari segi proporsinya, diketahui hanya dana tabungan saja yang meningkat dari sebelumnya 0,12 menjadi 0,14, sedangkan dana keagamaan cenderung stagnan (0,08). Peningkatan tabungan ini ternyata juga dibarengi dengan peningkatan hutang rumah tangga mereka sebesar 40,4 persen. d) Hasil analisis paired sample t-test antara sebelum dengan sesudah mendapatkan dana pinjaman disimpulkan; terdapat perbedaan total pendapatan para anggota namun jika dilihat dari pendapatan khusus usaha makanan (baik dari segi nilai absolut dan proporsi) diketahui hanya nilai proporsinya saja yang terdapat perbedaan, ditunjukkan pada nilai t hitung >
94
t tabel (2,154 > 2,145). Dari segi alokasi pendapatan (nilai absolut dan proporsi) diketahui semuanya tidak ada perbedaan kecuali nilai absolut dana konsumsi yaitu nilai t hitung < t tabel (-3,401<-2,145). Dari segi dana disisihkan (nilai absolut dan proporsi) baik tabungan serta dana keagamaan secara rinci diketahui semuanya tidak ada perbedaan kecuali nilai absolut pada dana infak dan sedekah. Dari segi hutang diketahui ada perbedaan pada nilai absolutnya yaitu (-2,180<-2,145). Hasil analisis korelasi (correlation) khusus dana yang disisihkan disimpulkan; antara total pendapatan dengan tabungan baik sebelum dan sesudah mendapatkan dana pinjaman diketahui berkorelasi positif. Antara total pendapatan dengan dana keagamaan juga positif kecuali kondisi sesudah mendapatkan dana pinjaman cenderung tidak berkorelasi yaitu nilai P > nilai α (0,503 > 0,05). 3) Kesesuaian teori dan praktik ekonomi Islam dalam sistem muamalah Berdasarkan indikator olahan makanan ditemukan masih ada pemilik usaha yang kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan produksinya. Sedangkan mengenai akad pinjaman bergulir juga ditemukan bahwa pengajian An-Naml menggunakan sistem bunga (riba) yaitu memberlakukan tambahan sebesar 10 persen dari pokok pinjaman dengan angsuran 11 bulan. Meski demikian, diketahui bendahara menyebut tambahan itu sebagai bagi hasil dan bukan bunga, sedangkan ketua pengajian menyebutnya sebagai infaknya para peminjam (pengusaha) yang manfaatnya juga kembali untuk mereka sendiri.
95
5.2 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Dari segi tujuan penelitian, tesis ini hanya menganalisis sasaran pemberdayaan bidang ekonomi saja. Maka nantinya bisa lebih dikembangkan pada semua bidang pemberdayaan yang dilakukan oleh pengelola pengajian, seperti bidang pendidikan dan mentalitasnya. 2) Dari segi jumlah sampel penelitian, dikarenakan kompleksnya bidang usaha serta melihat dari sisi pemilik usaha yang sering mendapatkan bantuan (baik dana pinjaman, peralatan usaha maupun pelatihan-pelatihan) dan rutinnya mereka mengikuti pengajian, maka penelitian ini hanya menggunakan 15 anggota saja. Adapun untuk mendapatkan hasil yang akurat dan maksimal sebaiknya penelitian ke depan menggunakan sampel yang lebih besar seperti sampel dari keseluruhan bidang usaha. 3) Dari segi analisis data, penelitian ini hanya menggunakan paired sample ttest dan korelasi. Maka masih bisa dikembangkan dengan berbagai alat analisis yang tentunya dengan teknik pengumpulan data yang lebih baik. 5.3 Saran 1) Berkaitan dengan pemberdayaan bidang ekonomi khususnya pemberian bantuan (baik pengadaan pelatihan usaha, peralatan usaha dan dana pinjaman); agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial antar anggota, sebaiknya pengelola mempertimbangkan lagi kebijakannya terutama masalah pembatasan sasaran pemberdayaan yakni hanya membantu warga Giwangan saja padahal banyak anggota berasal dari luar daerah tersebut.
96
2) Demi mengefektifkan program pemberdayaan dan pengembangan potensi anggota, khususnya ekonomi, pengelola sebaiknya tidak hanya memberikan bantuan saja melainkan juga memberlakukan pengontrolan penggunaan dana pinjaman dan pendampingan usaha mereka. Dengan demikian, pengelola bisa mengetahui perkembangan serta hambatan usaha mereka dan secara langsung bisa mencari solusinya. Selain itu, dengan diketahui meningkatnya hutang para anggota, pengelola juga diharapkan terus mengajak mereka untuk giat menabung dan hidup mandiri sehingga tidak cenderung tergantung oleh kemudahan simpan pinjam atau kredit dari berbagai pihak. 3) Dengan jembatan pengajian berbasis Islam, sudah selayaknya jika dari lembaganya sendiri juga mempraktekkan syariah Islam seperti tidak memakai sistem riba/bunga, sehingga para anggotanya secara tidak langsung teredukasi dengan sistem muamalah yang tepat dan benar. Mengenai pengembangan usaha, Islam menawarkan sistem yang halal dan tidak merugikan salah satu pihak jika dipraktikkan sesuai aturannya, diantaranya yaitu akad bagi hasil melalui musyarakah atau mudharabah. 4) Sebaiknya
pengelola
mengembangkan
isi
pengajiannya
dengan
mendatangkan penceramah yang ahli di bidangnya, tidak hanya ceramah dalam bidang ibadah namun juga bidang muamalah, seperti pembahasan mengenai etika bisnis/jual beli dan paling penting mengenai kredit/simpan pinjam serta riba. Hal ini sebagai bentuk sosialisasi pada para anggota tentang pentingnya pendidikan ekonomi Islam karena disadari semua pasti bermuamalah setiap hari, terutama ibu rumah tangga dan pemilik usaha.