65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Aktivitas-aktivitas
yang dilakukan penggemar boyband Korea
menunjukkan perilaku fanatisme sebagai penggemar. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi mengikuti perkembangan boyband idola melalui internet, mengoleksi pernak-pernik dan merchandise, dance cover, bergabung kedalam komunitas penggemar, dan mengunduh music video, lagu, konser serta variety show. Ekspresi sebagai penggemar dilakukan dengan cara mendukung boyband idola dalam ajang penghargaan seperti MNet, MAMA dan acara lainnya. Salah satu ekspresi fanatisme penggemar boyband Korea adalah menonton konser. Ketenaran boyband Korea menjadi dambaan setiap orang yang melihatnya. Beberapa penggemar menjadikan idola mereka sebagai motivasi dalam berkarya. Ketenaran boyband Korea juga menginspirasi penggemar untuk menjadi sosok seperti idolanya. Berbagai upaya dilakukan untuk menjadi terkenal seperti mereka. Kesempurnaan penampilan fisik personil boyband Korea merupakan daya tarik tersendiri bagi para penggemarnya. Banyak penggemar yang terobsesi penampilan boyband Korea. Obsesi ini menimbulkan keinginan berlebihan yang dibarengi usaha peniruan (imitasi) maupun identifikasi. Style dan gaya mereka dalam berfashion menjadi panutan kalangan penggemar boyband Korea.
66
Pengalaman mengenai boyband Korea membentuk suatu kesadaran dan pemahaman. Masyarakat mulai paham dan menerima fenomena ini di tengah-tengah kehidupan mereka. Penggemar boyband Korea memaknai boyband Korea dengan makna yang berbeda daripada orang kebanyakan. Boyband Korea diartikan sebagai simbol yang mengarahkan tindakan penggemar kearah perilaku fanatik. Interpretasi makna tergantung pada perasaan, pengalaman dan interaksi antar penggemar. Makna yang dimiliki bersama semakin mempertegas pemaknaan individu terhadap boyband Korea. Berdasarkan metodologi tipe ideal Weber dalam menjelaskan makna tindakan, tindakan fanatik para penggemar boyband Korea dikategorikan tindakan afektual. Tindakan yang dilakukan
ditentukan oleh keadaan
emosional sang aktor. Perilaku fanatisme penggemar dapat dianalisis menggunakan tahapan tindakan Mead yaitu impuls, persepsi, manipulasi dan penyelesaian (konsumsi). Motif kepuasaan menjadi alasan berperilaku fanatik. Kepuasan berhubungan dengan emosional pelaku. Perasaan, kecintaan, obsesi, ketertarikan dan antusiasme adalah kombinasi kebutuhan afeksi yang menuntut untuk dipenuhi. Penggemar
boyband
Korea
cenderung
mengangung-agungkan
kebudayaan Korea dibandingkan kebudayaan Indonesia yang biasa disebut Korean sentris. Mereka begitu paham tentang kebudayaan Korea, mulai dari makanan, pakaian dsb. Mereka cenderung menyukai drama Korea, musik Korea, makanan Korea dan kebudayaan lain yang berhubungan
67
dengan negara Korea. Penggemar boyband Korea dipandang sebagai sekelompok penggemar fanatik, alay, tidak rasional dan norak. Asumsi ini berdasarkan perilaku penggemar yang dianggap terlalu mendewakan grup boyband idola mereka. Mereka tidak segan-segan berdebat dan membela ketika idola mereka terkena suatu masalah. Mereka berani memaki dan mencaci pihak-pihak yang menjelek-jelekkan boyband idola mereka. Bagi sebagian besar masyarakat pada umumnya, menggemari boyband Korea merupakan suatu hal yang aneh dan tidak umum. Apa yang ditampilkan oleh boyband Korea dianggap tidak sesuai dengan budaya di Indonesia.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu: 1. Perilaku fanatisme pengggemar boyband Korea perlu diimbangi dengan rasa nasionalisme yang tinggi. 2. Perilaku fanatik penggemar boyband Korea hendaknya diarahkan ke hal-hal positif 3. Antusiasme dan kecintaan terhadap boyband Korea hendaknya dijadikan motivasi dan kreativitas dalam berkarya. 4. Indonesia dapat meniru keberhasilan K-pop tanpa adanya plagiarisme. 5. Indonesia harus lebih memanjukan industri hiburan agar tidak tergeser dengan industri hiburan luar, terutama K-pop.
68
Daftar Pustaka
Abu Ahmadi. 1990. Kamus Lengkap Sosiologi. Solo: CV Aneka Crowther, Jonathan et al. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English. England : Oxford University Press Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Giddens, Anthony. 2009. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu Analisis Karya Tulis Marx, Durkheim dan Max Weber. Jakarta: Universitas Indonesia Press . 2010. Metode Sosiologi Kaidah Kaidah Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hollows, Joanne. 2000. Feminisme, Feminitas dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra Husnaini Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Ian, Craib. 1992. Teori-teori sosial modern dari Parsons sampai Habermas. Jakarta: Rajawali Press Jenkins, Herry. 2006. Fans, Bloggers and Gamers. New York: New York University Press Lexy Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Miles, B. Matthew dan A. Michael Huberman. 1997. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Balai Pustaka Poloma, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers
69
2012. Teori Sosiologi, Dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ritzer, George dan Barry Smart. 2012. Handbook Teori Sosial. Jakarta: Nusa Media Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Soerjono Soekanto. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Storey, John. 2010. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop.Yogyakarta: Jalasutra Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta W. Gulo. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo
Skripsi: Ardiani A.Wijayanti. 2012. Fanatisme Remaja pada Budaya Pop Korea (Studi Tentang Penggemar Hallyu di Kota Yogyakarta).Skripsi S1. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta Rizkie Dwi Nataliawaty. 2002. Penggemar Setia Sheila On 7 (Studi tentang Fanatisme dan Pengidolaan Public Figure. SkripsiS1. Yogyakarta: Faklutas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada