BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap lingkungan eksternal dan internal melalui Five Forces Porter Analysis dan analisis SWOT, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan analisis SWOT diketahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan PT Kelola Jasa Artha antara lain pemilik dan pemegang saham yang kredibel, jaringan kantor yang tersebar cukup luas (Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi), jaringan klien yang dimiliki cukup luas (dari total 198 Bank perusahaan melayani 80%), memiliki pengalaman selama 13 tahun di bidang cash management, Memiliki jasa layanan paling lengkap dan terintegrasi dibanding kompetitornya yaitu Cash In Transit, Cash Processing Centre, Distribusi Warkat Kliring dan layanan first level maintenance beserta pengisian ATM. b. Berdasarkan analisis SWOT, diketahui faktor-faktor yang menjadi kelemahan PT Kelola Jasa Artha antara lain modal kerja perusahaan relatif terbatas, kualitas layanan yang belum optimal, keterbatasan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan bisnis, kualitas SDM yang belum mendukung perkembangan bisnis, Biaya overhead yang relatif tinggi sehingga harga jual menjadi kurang kompetitif.
67
c. Berdasarkan hasil analisis SWOT, diketahui faktor-faktor yang menjadi peluang PT Kelola Jasa Artha antara lain pertumbuhan ekonomi di tahun 2014
sebesar
6%
akan
memberikan
peluang
untuk
tumbuh
dan
berkembangnya sektor riil, dunia perbankan dan industri cash management. Peluang juga datang dari keinginan bank-bank untuk fokus kepada core businessnya sehingga pengelolaan kas cenderung di alih dayakan, peluang yang cukup baik untuk memasarkan jasa cash management kepada perusahaan-perusahaan retail yang semakin berkembang, layanan ATM masih memiliki potensi pertumbuhan yang cukup baik, penambahan jaringan kantor (branch/sub branch) guna memperkuat jaringan bisnis. d. Berdasarkan hasil analisis SWOT, diketahui faktor-faktor yang menjadi ancaman PT Kelola Jasa Artha antara lain peningkatan biaya operasional (SDM, TDL, pengawalan dan perawatan mesin) yang cukup signifikan ditambah kenaikan UMP DKI Jakarta tahun 2014 sebesar 10,97%, tingkat kepadatan lalu lintas yang semakin tinggi sehingga produktivitas layanan mobil operasional berkurang, beberapa klien mulai menerapkan kebijakan multivendor (bank-bank besar), tingkat keamanan dan kriminalitas yang semakin tinggi. e. Berdasarkan diskusi dengan pihak board of director didapatkan rekomendasi strategi
SO
(Strengths-Opportunities)
melakukan
ekspansi
dan
pengembangan layanan jasa cash management, memperluas jaringan layanan cash management yang sudah ada, meningkatkan kualitas dan keunggulan layanan jasa, menyediakan layanan khusus yang dilengkapi dengan teknologi
68
sesuai dengan kebutuhan industri cash management service. Kemudian, strategi WO (Weaknesses-Opportunities) berupa penambahan jumlah karyawan baru yang lebih berkompeten, berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang mencukupi di
Industri Cash Management demi
meningkatkan layanan jasa yang menyeluruh dan lebih baik, melakukan peremajaan dan penambahan aset perusahaan dan teknologi yang sesuai dengan perkembangan industri cash management service, menjalankan program cost reduction dengan melakukan efisiensi di segala lini operasi, Penambahan modal guna menambah jaringan kantor dan sub-branch. Strategi ST (Strength-Threats) berupa meningkatkan promosi terhadap layanan jasa yang memiliki pendapatan tertinggi yaitu CIT (Cash In Transit), Meningkatkan promosi dan sosialiasasi layanan jasa melalui teknologi informasi dan social media seperti website perusahaan, google+ dan linkedin. Strategi WT (Weaknesses-Threats) berupa membangun fasilitas sesuai kebutuhan layanan cash management dan melakukan investasi di bidang teknologi untuk melakukan efisiensi operasional, dalam hal keamanam ada baiknya juga perusahaan bisa bekerjasama dengan perusahaan penyedia jasa keamanan yang dapat memberikan jaminan keamanan lebih baik. f. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan, yang kemudian dipetakan ke dalam matriks EFAS dan IFAS dan menjadi acuan posisi PT Kelola Jasa Artha dalam diagram SWOT, didapatkan nilai peluang lebih besar dibandingkan ancaman serta nilai kekuatan lebih besar daripada kelemahan. Sehingga, posisi PT Kelola Jasa Artha berada di sel kesatu yang
69
mendukung pengembangan strategi agresif berupa related diversification, vertical integration, market development, product development, dan market penetration. g. Berdasarkan hasil pembobotan yang dilakukan melalui matriks IFAS dan EFAS, didapatkan total skor sebesar 2,81 untuk faktor eksternal dan 2,89 untuk faktor internal sehingga ketika dianalisis lebih lanjut ke dalam matriks IE (Internal-External), PT Kelola Jasa Artha berada pada sel ke V (Hold and Maintain) dan dapat memperluas pasar, mengembangkan produk dan teknologi melalui pengembangan internal maupun eksternal sehingga strategi yang disarankan adalah product development dan market penetration. h. Berdasarkan tahap penyesuaian (matching stage) dari hasil analisis matriks IE dan diagram SWOT, didapatkan strategi terpilih yaitu Market Penetration dan Product Development. i. Berdasarkan hasil analisis industri serta lingkungan eksternal & internal PT Kelola Jasa Artha ditetapkan dua strategi terplilih. Strategi terpilih pertama yaitu strategi pengembangan produk. Perusahaan melakukan strategi untuk meningkatkan kualias layanan, dan menambah layanan jasa menyeluruh cash management, seperti yang akan dilakukan dalam waktu dekat perusahaan akan membuka layanan pengiriman kargo uang tunai. Strategi terpilih kedua yaitu strategi penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan sebagai tahap memanfaatkan, serta
usaha mencari
tambahan sumber
dana demi
mengembangkan perusahaan kedepannya. Hal ini dapat dilakukan dengan dua hal yaitu meningkatkan aktifitas promosi dan pemasaran untuk mencari
70
segmen pasar yang lebih besar dan meningkatkan segmen pasar layanan jasa Cash Management yang memiliki sumber pendapatan usaha terbesar di PT Kelola Jasa Artha saat ini, yaitu CIT (Cash In Transit).
5.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis diatas maka ada beberapa rekomendasi strategi alternatif yang diajukan penulis kepada PT Kelola Jasa Artha dalam mempertahankan dan mengembangkan posisinya yang terbilang sudah cukup baik dari lingkungan internal dan eksternal saat ini (Hold & Maintain). Maka dari itu sesuai dengan misi PT Kelola Jasa Artha yang siap membantu industri perbankan dan perusahaan dalam hal memenuhi kebutuhan pemrosesan dan distribusi uang tunai serta memberikan pelayanan yang terbaik dan terpercaya kepada pelanggan maka penulis merekomendasikan empat strategi bersaing sebagai alternatif strategi selain strategi bisnis utama yang sudah diuraikan diatas yang didapatkan dari hasil analisa SWOT yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperkuat posisinya saat ini dan membenahi kekurangan yang ada. Strategi SO (Strength-Opportunities) : 1. Melakukan ekspansi dan pengembangan layanan jasa cash management. Ekspansi perusahaan berarti perusahaan akan melakukan pengembangan jaringan kantor dan memasuki wilayah dengan kantor jaringan perbankan yang masih memiliki potensi. Pengembangan layanan dalam waktu dekat perusahaan akan membuka layanan kargo untuk pengiriman uang antar daerah
71
dalam jumlah besar, hal ini memiliki potensi besar karena indonesia adalah negara kepulauan. 2. Meningkatkan kualitas dan keunggulan layanan jasa. Hal ini diupayakan dengan meningkatkan ketepatan waktu layanan dikarenakan kepadatan lalu lintas yang semakin meninggi. Solusinya adalah armada harus bisa berangkat dan beroperasi lebih awal. 3. Menyediakan layanan khusus yang dilengkapi dengan teknologi informasi sesuai dengan kebutuhan industri cash management service. Untuk situasi terkini dibutuhkan teknologi informasi yang dapat memberikan update mengenai setoran uang ke bank secara cepat dan real time tanpa harus menunggu setoran fisik uang masuk. Selain itu diperlukan juga penggunaan GPS untuk mengawasi kendaraan operasional.
Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) : 1. Menyempurnakan sistem rekruitmen karyawan dengan tujuan untuk mencari SDM yang berkualitas, profesional dan kompeten melalui kegiatan refreshment dan training baik internal maupun eksternal.
Perusahaan akan lebih
memperbanyak training berkala secara in-house maupun external baik dalam hal teknis, manajerial serta perilaku dalam pelayanan. 2. Melakukan peremajaan aset perusahaan untuk meraih efisiensi lebih dalam hal operasional. Hal ini dilakukan dengan mengganti mesin sortasi uang, mengganti kendaraan operasional yang memiliki konsumsi bbm yang lebih
72
efisien. Karena ujung tombak operasional adalah kendaraan operasional dan mesin sortasi uang. 3. Menjalankan program cost reduction dengan melakukan efisiensi di segala aktifitas operasi. Hal ini dilakukan dengan mencari vendor pengadaan barang dan jasa yang dapat memberikan kualitas terbaik dengan harga lebih terjangkau, melakukan monitoring terhadap lembur dan produktivitasnya dengan standarisasi komputer dan kamera CCTV. 4. Penambahan modal guna menambah jaringan kantor dan sub-branch. Hal ini dilakukan dengan pemenuhan modal disetor dari pemegang saham yang ada, dari 30 miliar modal yang seharusnya disetor pemegang saham baru menyetorkan sebanyak 18 miliar. Sehingga masih ada sisa modal 12 miliar yang bisa dipakai untuk menambah jaringan kantor.
Strategi ST (Strengths-Threats) 1. Mempertahankan kualitas layanan jasa yang memiliki pendapatan tertinggi yaitu CIT (Cash In Transit). Untuk menjaga agar layanan ini tetap menjadi portfolio tertinggi, perusahaan harus tetap menjaga kualitas layanan agar tetap prima karena aspek promosi untuk industri cash management yang paling utama adalah word of mouth marketing. 2. Meningkatkan promosi dan sosialiasasi layanan jasa melalui teknologi informasi dan social media seperti website perusahaan, google+ dan linkedin. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk peningkatan volume bisnis dari existing klien bank yang prospektif.
73
Strategi WT (Weaknesses-Threats) 1. Memanfaatkan sistem administrasi terpadu dengan memanfaatkan jaringan teknologi informasi untuk memberikan penyempurnaan kepada sistem kearsipan dan pengelolaan dokumen perusahaan. 2. Melakukan evaluasi SOP yang bersifat fleksibel dan dinamis dengan tetap mempertimbangkan aspek resiko dengan sosialisasi yang dilakukan secara berkesinambungan. 3. Meningkatkan frekuensi pengawasan di lapangan terhadap kegiatan operasional.
74