BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kepemimpinan visioner memberikan kontribusi yang besar terhadap kinerja dosen. Dilihat dari pengaruhnya kepemimpinan visioner berpengaruh secara kuat dan signifikan
terhadap
kinerja dosen. Dalam penelitian ini
kepemimpinan visioner ditinjau dari perannya sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih. Sebagai penentu arah pemimpin visioner menetapkan visi. misi, tujuan, dan strategi pencapaiannya. Sebagai agen perubahan pemimpin menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak memelihara status quo bahkan sanggup menjadi agen perubahan walaupun lingkungan
kurang
mendukung.
Sebagai
juru
bicara
pemimpin
mensosialisasikan secara internal dan eksternal visi, misi, tujuan, dan kebijakan strategis lembaga, bertindak sebagai negoisator dalam hubungannya dengan pihak luar, membangun kerja sama dan membangun jaringan eksternal. Sebagai pelatih pemimpin visioner
memberi teladan, memberi
semangat untuk belajar dan tumbuh, membangun percaya diri dan menghargai keberhasilan. Dengan demikian kepemimpinan visioner merupakan faktor strategis untuk meningkatkan kinerja dosen. 2. Kepemimpinan visioner memberikan kontribusi yang besar serta memberikan pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap mutu PTS di kota Bandung. Secara langsung kepemimpinan visioner memberikan kontribusi yang besar 414
serta pengaruh yang kuat terhadap mutu PTS. Sementara secara tidak langsung atau melalui kinerja dosen memberikan kontribusi yang lebih kecil dan pengaruh yang lebih lemah. Dengan demikian terwujudnya mutu PTS lebih tergantung pada keberadaan kepemimpinan visioner secara langsung dari pada melalui kinerja dosen. 3. Kinerja dosen memberikan kontribusi yang besar serta memberikan pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap mutu PTS di kota Bandung.
Secara
langsung kinerja dosen memberikan kontribusi yang sangat kecil serta pengaruh yang sangat lemah terhadap mutu PTS. Secara tidak langsung atau melalui kepemimpinan visioner kinerja dosen memberikan kontribusi yang lebih besar dan pengaruh yang lebih kuat serta signifikan. Dosen yang berkinerja dengan baik adalah dosen yang memiliki kompetensi dan motif berprestasi. Dan itu semua tidak ada artinya apabila tidak didukung oleh lingkungan kerja yang kondusif. Memeperhatikan pengaruh tidak langsung (melalui kaprodi) lebih kuat maka lingkungan kerja yang kondusiflah yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan kinerja dosen sehingga mutu PTS di kota Bandung dapat terwujud. 4. Kepemimpinan visioner dan kinerja dosen
memberikan kontribusi yang
sangat besar dan berpengaruh sangat kuat dan signifikan terhadap mutu PTS di kota Bandung. Artinya kepemimpinan visioner dan kinerja dosen merupakan faktor yang strategis dalam menciptakan mutu PTS di kota Bandung. Mutu PTS diukur melalai relevasi, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, kreativitas, empati, penampilan, ketanggapan, dan produktivitas.
415
5. Kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah secara total memberikan kontribusi kecil, serta pengaruh yang lemah tapi signifikan terhadap kinerja dosen. Secara langsung memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kinerja dosen dibandingkan secara tidak langsung (melalui agen perubahan, juru bicara, dan pelatih). Dilihat dari pengaruhnya, kepemimpinan visioner secara langsung berpengaruh
lebih kuat terhadap
kinerja dosen dibandingkan secara tidak langsung (melalui agen perubahan, juru bicara, dan pelatih). 6. Dilihat dari kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen perubahan secara total memberikan kontribusi kecil serta memberikan pengaruh yang lemah terhadap mutu PTS tapi masih signifikan. Apabila dilihat dari pengaruh langsung dan tidak langsung, secara langsung agen perubahan memberikan pengaruh lebih kecil dan pengaruh lebih lemah terhadap kinerja dosen dibandingkan secara tidak langsung (melalui penentu arah, juru bicara, dan pelatih). 7. Secara total kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara memberikan kontribusi kecil terhadap kinerja dosen. Artinya kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara berpengaruh sangat lemah terhadap kinerja dosen. Sementara secara langsung memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap mutu PTS dibandingkan secara tidak langsung (melalui penentu arah, agen perubahan, dan pelatih). Ini mengindikasikan bahwa kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara secara tidak langsung memberikan berpengaruh yang lebih kuat dibandingkan pengaruh secara tidak langsung. 416
8. Kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih secara total memberikan kontribusi kecil terhadap kinerja dosen. Dengan demikian kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih memberikan pengaruh yang sangat lemah. Sementara ditinjau dari pengaruh langsung dan tidak langsung, secara langsung kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih memberikan
kontribusi lebih kecil terhadap mutu PTS
dibandingkan secara tidak langsung. Artinya secara langsung kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih berpengaruh lebih lemah dibandingkan secara tidak langsung (melalui penentu arah, agen perubahan, dan juru bicara) namun demikian masi berpengaruh secara signifikan yang dibuktikan dengan hasil perhitungan t hitung lebih besar dari pada t tabel. 9. Dilihat secara total kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah memberikan kontribusi yang sangat kecil terhadap mutu PTS di kota Bandung. Kenyataan ini memberikan arti bahwa kepemimpinan visioner secara total meberikan pengaruh yang sangat lemah terhadap mutu PTS di kota Bandung. Ditinjau dari pengaruh langsung dan tidaka langsung, secara langsung memberikan kontribusi lebih kecil dibangdingkan secara tidak langsung. Dengan demikian secara langsung kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah berpengaruh lebih lemah dibandingkan secara tidak langsung (melalui agen perubahan, juru bicara, dan pelatih). 10. Kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen perubahan secara total memberikan kontribusi kecil terhadap mutu PTS di kota Bandung. Sementara secara langsung dibandingkan
secara
tidak
diperoleh kontribusi yang lebih kecil langsung. 417
Ini
mengindikasikan
bahwa
kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen perubahan berpengaruh lebih lemah dibandingkan secara tidak langsung (melalui penentu arah, juru bicara dan pelatih). 11. Kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara secara total memberikan kontribusi kecil dan pengaruh lemah terhadap mutu PTS di kota Bandung.
Dilihat
dari
pengaruh
langsung
dan
tidak
langsung
mengindikasikasikan bahwa secara langsung kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara memberikan kontribusi lebih kecil dibandingkan secara tidak langsung. Dengan demikian kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara secara langsung berpengaruh lebih lemah terhadap mutu PTS di kota Bandung dibandingkan secara tidak langsung (melalui penentu arah, agen perubahan dan pelatih). 12. Secara total kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih memberikan kontribusi kecil. Secara langsung memberikan kontribusi yang kecil dibandingkan secara tidak langsung. Dengan demikian kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih berpengaruh lemah terhadap mutu PTS di kota Bandung. Dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung memberikan makna bahwa pengaruh langsung lebih lemah dibandingkan pengaruh tidak langsung (melalui penentu arah, agen erubahan, dan juru bicara). Selain kedubelas point tersebut ada hal menarik diluar hipotesis yang perlu dikemukakan yaitu bahwa secara simultan penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih memberikan kontribusi yang besar serta berpengaruh sangat kuat dan signifikan terhadap kinerja dosen PTS. Namun tidak demikian apabila 418
ditinjau secara parsial. Masing-masing berpengaruh lemah sampai sangat lemah serta memberikan kontribusi kecil namun masih signifikan kecuali pengaruh juru bicara terhadap kinerja dosen tidak signifikan. Secara parsial kontribusi total terbesar adalah pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah terhadap kinerja dosen. Secara parsial kontribusi total yang terkecil yaitu pengaruh juru bicara terhadap kinerja dosen. Artinya peran seorang pemimpin sebagai juru bicara sangat lemah dan tidak signifikan terhadap kinerja dosen. Secara simultan penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih memberikan kontribusi terbesar serta berpengaruh sangat kuat dan signifikan terhadap mutu PTS di kota Bandung. Tapi tidak demikian halnya dengan secara parsial. Secara parsial setiap komponen rata-rata hanya memberikan kontribusi kecil sampai ke sangat kecil. Kotribusi secara total yang terbesar atau pengaruh terkuat dan signifikan adalah juru bicara terhadap mutu PTS sementara terkecil atau pengaruh terlemah adalah penentu arah terhadap mutu PTS. Hasil ini berbanding terbalik dengan kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih terhadap kinerja dosen.
B. Rekomendasi 1. Kepemimpinan visioner merupakan kemamapuan seorang pemimpinan dalam membangun, menciptakan dan mengkomunikasikan visi serta berfikir strategis untuk dapat mengarahkan dan merubah organisasi ke arah yang lebih baik sehingga dapat meraih keunggulan dan keberhasilan di masa depan. 419
Berdasarkan batasan tersebut maka kepemimpinan visioner merupakan gaya kepemimpinan kekinian yang paling cocok untuk meningkan kinerja dosen. Kenyataan ini didukung oleh hasil penelitian dan berbagai literatur. Untuk itu direkomendasikan bagi para pimpinan PTS untuk selalu memperhatikan kinerja dosennya. 2. Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan visioner memberikan kontribusi yang besar dan berpengaruh secara kuat terhadap mutu PTS. Kenyataan ini didukung oleh hasil penelitian dan berbagai literatur yang menyatakan bahwa kepemimpinan visioner merupakan komponen krusial, faktor esensial, ciri pokok, nilai inti dari perguruan tinggi bermutu. Dengan demikian pimpinan PTS direkomendasikan untuk menggunakan kepemimpinan visioner dalam rangka menciptakan sebuah perguruan tinggi yang bermutu. 3. Kinerja dosen merupakan perilaku yang menunjukkan hasil kerja dosen atas pelaksanaan suatu pekerjaan. Dosen yang bekinerja dengan baik adalah dosen yang memiliki kompetensi, motif berprestasi, dan ada dalam lingkungan kerja yang kondusif. Kinerja dosen yang demikian akan menghasilkan perguruan tinggi yang bermutu. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dan berbagai literatur yang menyatakan bahwa dosen memiliki posisi strategis dalam menentukan mutu lulusan maupun mutu kelembagaan secara umum. Dengan demikian pimpinan PTS direkomdasikan untuk lebih memperhatikan kinerja dosen sehingga dapat mewujudkan perguruan tinggi yang bermutu. 4. Kinerja dosen memberikan kontribusi besar dan pengaruh yang kuat terhadap mutu PTS. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk mewujudkan mutu PTS memerlukan kinerja dosen yang dapat dilihat dari kompetensinya, motif 420
berprestasinya, dan lingkungan kerjanya. Kompetensi dosen dapat diperhatikan dari kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian. Kinerja dosen juga dapat dilihat dari motif berprestasi. Artinya ada usaha dari dosen untuk melakukan aktivitas
berprestasi sebaik-baiknya, mengadakan
antisipasi berencana untuk melaksanakan tugas, melakukan kegiatan secara kreatif dan inovatif, dan berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai citacita. Tidak kalah pentingnya adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja dosen mencakup lingkungan fisik dan non fisik. Mengacu pada uraian di atas maka untuk mewujudkan PTS yang bermutu, direkomendasikan untuk selalu memperhatikan kinerja dosen melalui kempetensinya, motif berprestasinya, terutama lingkungan kerjanya yaitu dengan menyediakan vasilitas untuk mengikuti studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, menyediakan vasilitas belajar mengajar, ruang dosen yang nyaman dengan berbagai vasilitas, memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, pengabdian pada masyarakat serta faktor penunjang (mengikuti pertemuan ilmiah, terlibat dalam kepanitiaan, dan sebagainya), kesempatan untuk memperoleh jabatan fungsional dan lain-lain. 5. Kepemimpinan visioner dan kinerja dosen yang diterapkan secara bersamaan akan menjadi faktor strtegis
dalam mewujudkan perguruan tingi yang
bermutu. Karena kedua variabel ini secara bersamaan memberikan kontribusi yang besar dan berpengaruh kuta serta signifikan terhadap mutu, maka PTS direkomendasikan menerapkan kepemimpinan vioener yang berperan sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih serta memperhatikan 421
kinerja dosen dalam rangka mewujudkan perguruan tinggi yang bermutu. Yaitu perguruan tinggi yang memperhatikan relevansi, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, kreativitas, penampilan, empati, ketanggapan, dan produktivitas. 6. Masing-masing peran kepemimpinan visioner yaitu
penentu arah, agen
perubahan, juru bicara, dan pelatih secara individual memberikan kontribusi kecil dan berngaruh lemah terhadap kinerja dosen. Sementara secara simultan memberikan kontribusi besar dan pengaruh yang kuat serta signifikan terhadap kinerja dosen. Untuk itu tidak direkomendasikan bagi pimpinan PTS menggunakan kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih secara secara individual atau parsial (per bagian). Artinya akan lebih baik (direkomendasikan) bagi pimpinan PTS menggunakan kepemimpinan visioner tersebut secara simultan atau bersamaan. 7. Kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah agen perubahan, juru bicara, dan pelatih secara individual memberikan kontribusi kecil dan berpengaruh lemah terhadap kinerja dosen. Sementara secara simultan memberikan kontribusi sangat besar dan pengaruh yang sangat kuat serta signifikan terhadap mutu PTS. Untuk itu tidak direkomendasikan bagi pimpinan PTS menggunakan kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih secara secara individual atau parsial (per bagian). Tetapi direkomendasikan bagi pimpinan PTS
menggunakan kepemimpinan visioner tersebut secara simultan atau
bersamaan untuk mewujudkan PTS yang bermutu sehingga memenuhi selera stakehoder. 422
8. Mutu PTS merupakan hasil berupa jasa pendidikan tinggi sebagai produk pengelolaan lembaga pendidikan tinggi yang memenuhi atau melampaui spesifikasi atau standar-standar sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Di samping kepemimpinan visioner dan kinerja dosen, masih banyak faktor yang mempengaruhi mutu perguruan tinggi seperti rencana strategis, kinerja lembaga, akuntabilitas, perubahan organisasi, kualitas pelayanan dan sebagainya. Untuk itu dalam rangka pengembangan ilmu, bagi peneliti lanjutan direkomendasikan untuk meneliti faktor-faktor tersebut.
423