BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan eksperimen ini dirumuskan sebagai berikut: Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar matematika kelas 5 SD Negeri Duren 01 yang diajar memakai kooperatif model Team Accelerated Instruction dengan
siswa
yang
diajar
dengan
menggunakan
pembelajaran tradisional. Kelas eksperimen terbukti memiliki rata-rata prestasi matematika untuk pre test 43,8296 dan rata-rata post test 71,2259 sehingga ada peningkatan 27,3963 dan kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran tradisional memiliki rata-rata pre test 43,8259 dan rata-rata post test 61.7296 sehingga ada peningkatan 17,9037 maka prestasi matematika SDN Duren 01 lebih tinggi dari pada SDN Mlilir 01. Penelitian eksperimental ini menggunakan pengolahan dengan uji t dan diperoleh t hitung 2,258 dengan signifikansi 0,028 < 0,05.
5.2. Implikasi Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis dalam
penelitian
ini,
maka
peneliti
memberikan
implikasi sebagai berikut:
84
5.2.1 Implikasi Teoritik Dari hasil eksperimen ini yang terbukti secara signifikan bahwa pembelajaran kooperatif model Team Accelerated Instruction mampu meningkatkan prestasi belajar matematika sehingga ada perbedaan hasil prestasi
belajar
pembelajaran
matematika
kooperatif
yang
model
menggunakan
Team
Accelerated
Instruction dengan pembelajaran tradisional. Maka hal ini membenarkan teori Slavin (1995) dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munawar (2006), dan penelitian Wijayaningsih (2005), serta penelitian Suparni (2006), dan menolak penelitian yang dilakukan oleh Messier (2003) tentang Strategi Pengajaran Tradisional yang dibandingkan dengan Cooperative
Learning
di
mana
tujuannya
untuk
memberikan gambaran pengajaran manakah yang akan meningkatkan hasil belajar di sekolah-sekolah yang ada di Cina. Ternyata didapat hasil bahwa dengan pengajaran tradisional diperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Cooperative Learning. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh ideologi di Cina dimana sebagai negara komunis segala sesuatu sudah terkonsep sehingga siswa tidak terbiasa dengan kerja sama yang merupakan ciri pembelajaran kooperatif. Hasil uji hipotesis penelitian ini menunjukkan ada perbedaan signifikan prestasi belajar matematika kelas 5 SD Negeri Duren 01 Bandungan yang diajar85
kan
dengan
Kooperatif
model
Team
Accelerated
Instruction dengan pembelajaran tradisional di kelas 5 SDN Mlilir 01. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Messier (2003) 5.2.2 Implikasi Terapan Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan prestasi belajar matematika yang diajar dengan Kooperatif model Team Accelerated Instruction dengan pembelajaran tradisional. Siswa yang diberi perlakuan dengan kooperatif model Team Accelerated Instruction terbukti memiliki prestasi lebih tinggi yaitu rata-rata pre test 43,8296 dan rata-rata post test 71,2259 dari pada kelas yang diajarkan dengan pengajaran konvensional yaitu rata-rata pre test 43,8259 dan rata-rata post test 61.7296. Hasil analisis post-test diperoleh nilai t hitung sebesar 2,258 dengan signifikansi sebesar 0,028 < 0,05. Oleh karena nilai signifikansi hasil uji lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima dan Ho ditolak, berarti ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar matematika diantara siswa yang diajar dengan kooperatif model Team Accelerated Instruction dengan menggunakan pembelajaran
tradisioanal.
Untuk
itu
disarankan
kepada pihak sekolah untuk menerapkan pengajaran dengan kooperatif model Team Accelerated Instruction pada mata pelajaran yang lain. Namun penerapan model kooperatif bukan tanpa kelemahan, karena 86
penerapan model ini membutuhkan waktu yang lama untuk
membuat
dan
mengembangkan
perangkat
pembelajaran, dan jumlah siswa yang besar dalam kelas, membuat guru kesulitan dalam memberikan bimbingan kepada siswanya. Disarankan kepada guru untuk
mempersiapkan
perangkat
pembelajaran
kooperatif sejak awal sebelum memulai pelajaran. Akan lebih baik perangkat disiapkan dari rumah, sehingga
waktu
belajar
tidak
terbuang
untuk
persiapan perangkat pengajaran. Untuk memberikan bimbingan, guru dapat memfokuskan kepada siswa atau kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan/ prestasi yang rendah, namun tanpa mengabaikan siswa/kelompok lainnya. Dengan adanya temuan lain dalam eksperimen ini yaitu keterampilan hubungan atau interaksi antar siswa yang merupakan faktor penting dalam tercapainya
peningkatan
prestasi
belajar
siswa
maka
diperoleh manfaat ganda dari pengajaran kooperatif model Team Accelerated Instruction yaitu melatih siswa untuk berinteraksi sosial dengan mengembangkan kerja sama untuk mencapai sukses bersama serta mencegah timbulnya sikap individualistis. 5.2.3 Implikasi Penelitian Lanjutan Eksperimen ini mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang ada di SDN Duren 01 Bandungan dalam pengajaran matematika dengan hasil rata-rata 87
pre test 43,8296 dan rata-rata post test 71,2259 yang terbukti memiliki prestasi lebih tinggi dari kelas kontrol, dan kedua kelompok memiliki perbedaan ratarata post test sebesar 9,4963, namun perlu ditindak lanjuti eksperimen yang masih jauh dari sempurna oleh peneliti lain dengan melakukan eksperimen penga jaran kooperatif
model Team Accelerated Instruction
pada mata pelajaran yang lain yang mungkin memiliki faktor kendala yang berbeda. Pengembangan penelitian juga dapat dilakukan dengan membandingkan prestasi hasil pengajaran dengan menggunakan berbagai model kooperatif yang lain. dapat
Dengan
pengembangan
melengkapi
sumbangan
hasil
berharga
tersebut
penelitian
bagi
dunia
diharapkan ini
sebagai
kependidikan,
khususnya pendidikan ditingkat sekolah dasar. 88