43
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa semester II Program Studi PJKR Univ. PGRI-NTT didapatkan data-data sebagai berikut: data karakteristik subyek penelitian, data lingkungan penelitian, hasil waktu tempuh menggiring bola pada ke dua Kelompok 1 (knee tuck jump) dan Kelompok 2 (split jump). 5.1 Data karateristik subyek penelitian Karateristik subyek penelitian yang meliputi: umur yang dinyatakan dalam (tahun), berat badan (kg), tinggi badan (cm), indeks masa tubuh dan kebugaran fisik (menit) pada ke dua Kelompok knee tuck jump dan Kelompok split jump. Tabel 5.1 Data karateristik subyek penelitian waktu tempuh menggiring bola pada Kelompok knee tuck jump dan Kelompok split jump
Karakteristik
Umur (th) Tinggi badan (cm) Berat badan (kg) IMT (kg/m²) K.Fisik (menit) Keterangan : Kel I K.T.J Kel 2 S.J SB Th Cm Kg /m² BMI
N
14 14 14 14 14
Kelompok I
Kelompok 2
(Knee tuck jump)
(Split jump )
Rerata
SB
Rerata
20,42 166,2 56,00 20,28 10,761
1,016 8,315 5,434 1,138 0,877
21,78 164,3 54,42 20,07 11,385
= Knee tuck jump = Split jump = Simpangan baku = Tahun = Centi meter = Kilogram = Body Massage Indeks
43
SB 1,050 4,732 4,089 1,328 0,831
44
Berdasarkan data Tabel 5.1 menunjukan bahwa karateristik subyek pada Kelompok I (knee tuck jump) dari segi umur dengan rerata 20,43±1,016 tahun, rerata tinggi badan 166,2±8,315 cm, rerata berat badan 56,00±5,435 kg, rerata Indeks Masa Tubuh (IMT) 20,29±1,138 kg/m2, rerata kebugaran fisik 10,761±0,877 menit yang dilakukan dengan lari 2,4 km. Sedangkan karateristik subyek penelitian pada Kelompok 2 (split jump) dari segi umur dengan rerata 21,79±1,060 tahun, rerata tinggi badan164,3±4,733 cm, rerata berat badan 54,43±4,090 kg, rerata indeks masa tubuh (IMT) 20,07 ±1,328 kg/m2, rerata kebugaran fisik 11,385±0,831 menit yang dilakukan dengan lari 2,4 km. Dengan demikian hasil distribusi data subyek pada ke dua Kelompok tidak ada perbedaan secara bermakna, tetapi sebanding. 5.2 Data Lingkungan Penelitian Pengambilan data dilakukan di tempat penelitian selama 6 minggu (18 kali) dan dilakukan 3 kali setiap minggu yaitu hari (Senin, Rabu, Jumat) dengan pembagian Kelompok 1 knee tuck jump pukul 06.00-07.00 dan Kelompok II split jump pada pukul 07.00-08.00 Wita. Kondisi lingkungan yang diukur selama pelaksanaan pelatihan adalah suhu udara, kelembaban relatif udara dan kecepatan angin yang dilakukan setiap pelatihan dan sudah termasuk pre-tes dan post-tes. hasilnya tampak seperti pada Tabel 5.2 di bawah ini.
45
Tabel 5.2 Data Keadaan Lingkungan Pelatihan Pada Ke dua Kelompok Knee tuck jump Dan Split jump Keadaan Lingkungan Suhu (ºC)
Rerata
SB
Maximun Minimum
26,78
3,15
29,90
20,00
Kelembaban (%)
85,12
4,41
91,60
80,00
Kecepatan angin km/jam
5,20
4,11
10,00
0,60
Berdasarkan hasil distribusi data pada Tabel 5.2 maka rentangan suhu berkisar 20,00-28,90 ºC dan rerata suhu 26,78 ºC, sedangkan kelembaban relativ udara berada pada 88 % sampai 91,60 % dengan rerata 85,12 % dan kecepatan angin rata-rata selama pelaksanaan pelatihan 0,60 sampai 10,00 km/jam, dengan rerata 5,20. Dengan demikian kondisi lingkungan selama pelaksanaan pelatihan dan pengukuran, memungkinkan subyek dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang nyaman dan berdampak mengurangi beban bagi tubuh dalam mengeluarkan keringat yang berlebihan, sehingga subyek dapat melakukan pelatihan dengan baik. 5.3 Data Hasil Waktu Tempuh Menggiring Bola Data hasil pelatihan ke dua Kelompok 1 (knee tuck jump) dan Kelompok 2 (split jump) dianalisis dengan Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk test, sedangkan Uji Homogenitas menggunakan Levene’s test, dan Uji Komparasi dengan t-Paired berpasangan untuk mengetahui beda rerata waktu tempuh menggiring bola, sedangkan untuk mengetahui perbedaan efek peningkatan waktu tempuh
menggiring bola menggunakan uji t-indpendent. Varians yang diuji
adalah hasil kecepatan waktu tempuh menggiring bola pada ke dua Kelompok.
46
Tabel 5.3.1 Uji Normalitas Salah satu persyaratan guna menentukan uji statistik
yang digunakan
maka perlu dilakukan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas data hasil kecepatan menggiring bola pada ke dua Kelompok sebelum dan sesudah pelatihan. Uji normalitas dengan menggunakan Shapiro-Wilk Test, sedangkan Uji Homogenitas menggunakan Lavene,s Test, untuk semua variabel bebas dan tergantung yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.3 Tabel 5.3 Data Uji Normalitas Waktu tempuh Menggiring Bola Sebelum Dan Sesudah Pada Kedua Kelompok I knee tuck jump Dan Kelompok 2 split jump dengan Shapiro-Wilk Tes
kelompok 1
Waktu tempuh Sebelum
Waktu tempuh Sesudah
Pelatihan (detik)
Pelatihan (detik)
n
Rerata
SB
F
p
Rerata
SB
F
p
14
15,178
0,517
0,919
0,212
10,969
0,778
0,954
0,621
14
15,179
0,462
0,913
0,177
11,563
0,562
0,924
0,252
(K.T.J) Kelompok 2 ( S.J )
Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk Tes data waktu tempuh menggiring bola sebelum dan sesudah pelatihan pada ke dua Kelompok menunjukkan bahwa dari ke dua hasil pengujian tersebut memiliki nilai p˃ 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji statistik terhadap Kelompok I (knee tuck jump) dan Kelompok 2 (split jump) sebelum dan sesudah pelatihan berdistribusi normal, sehingga hasil dapat dilanjutkan untuk uji parametrik.
47
5.3.2 Uji Homogenitas Untuk mengetahui varians data Kelompok I (knee tuck jump) dan Kelompok 2 (split jump) maka perlu dilakukan uji homogenitas yakni pelatihan antar Kelompok I dan pelatihan Kelompok II dengan Levene-Test. Hasil uji homogenitas diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Data Uji Homogenitas Hasil waktu tempuh Menggiring Bola pelatihan Kelompok I knee tuck jump Dan pelatihan Kelompok 2 split jump Dengan Levene’s Tes Variabel
Waktu tempuh menggiring bola Sebelum pelatihan (detik) Rerata± SB
Waktu tempuh menggiring bola Setelah pelatihan (detik) Rerata± SB p
Kelompok I
15,177±0.517
10,968±0,778
Kelompok II
15,178±0.462
11,562±0,561
0,290
Berdasarkan hasil Uji Homogenitas dengan Levene’s-test data Kelompok I (knee tuck jump) sebelum pelatihan memiliki nilai rerata= 15,177±0,517 detik dan sesudah pelatihan 10,968±0,778 detik. Rerata Kelompok II split jump sebelum pelatihan memiliki nilai rerata 15,178±0,462 detik dan sesudah pelatihan 11,562±0,561 detik, dengan nilai p= 0,290. Dari hasil pengujian ke dua Kelompok I dan Kelompok II memiliki nilai p˃ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji statistik antar Kelompok I ( knee tuck jump) dan Kelompok 2 (split jump) homogen, sehingga hasil dapat dilanjutkan untuk uji parametrik.
48
5.3.3 Uji Beda rerata waktu tempuh menggiring Bola Sebelum dan Sesudah Pelatihan Kelompok I knee tuck jump dan Kelompok II split jump dengan uji t-paired (berpasangan) Untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan waktu tempuh kecepatan menggiring bola yang diukur sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing Kelompok yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.5 Tabel 5.5 Uji beda waktu tempuh menggiring bola sebelum pelatihan antara Kelompok I dan Kelompok II dengan t-paird sample t test Rerata SB Perlakuan
N
Kelompok I Knee tuck jump Kelompok 2 Split jump
14
15,177±0,517
14
15,178±0,462
(detik)
t
p
103,340
0,000
Berdasarkan hasil pada data Tabel 5.5 menunjukan bahwa beda rerata perubahan waktu tempuh menggiring bola sebelum pelatihan pada Kelompok I knee tuck jump dan Kelompok II split jump nilai t=103,340 dengan nilai p<0,05. Hal ini menunjukan bahwa rerta data waktu tempuh menggiring bola sebelum pelatihan pada ke dua Kelompok berbeda secara bermakna atau signifikan,
49
Tabel 5.6 Hasil rerata waktu tempuh menggiring bola Kelompok I (knee tuck jump) Dan Kelompok II (split jump) dengan uji t-paired (detik) Sebelum Perlakuan
N
Kelompok I Knee tuck jump Kelompok 2 Split jump
Sesudah t
p
10,968±0,778
22,427
0,000
11,562±0,561
26,131
0,000
Rerata ±SB
Rerata SB
14
15,177±0,517
14
15,178±0,462
Berdasarkan hasil data pada Tabel 5.6, menunjukkan bahwa rerata perubahan waktu tempuh menggiring bola sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I (knee tuck jump) nilai t = 22,427 dengan nilai p<0,05. Sedangkan pada Kelompok 2 (split jump) nilai t= 26,131 dengan nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, rerata data kecepatan menggiring bola sesudah pelatihan pada ke dua Kelompok berbeda bermakna atau signifikan. Tabel 5.7 Uji beda rerata waktu tempuh menggiring bola antar Kelompok I knee tuck jump dan Kelompok II split jump t-indenpenden (detik) Sebelum
Sesudah
Rerata ±SB
Rerata ±SB
Perlakuan
N
Beda
p
Kelompok I Knee tuck jump Kelompok 2 Split jump
14
15,177±0,517
10,968±0,778
4,209
0,000
14
15,178±0,462
11,562±0,561
3,616
0,000
Berdasarkan hasil uji beda rerata pada Tabel 5.7, menunjukkan bahwa
beda rerata
perubahan waktu tempuh menggiring bola sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I knee tuck jump dengan beda peningkatan 4,209 dan pada Kelompok II (split jump) dengan beda peningkatan 3,616 dan nilai p pada ke dua Kelompok
50
p<0,05. Hal ini menunjukan bahwa rerata uji beda peningkatan pada Kelompok I knee tuck jump dan Kelompok II split jump berbeda secara bermakna. 5.3.4 Uji Perbedaan Efek Peningkatan Waktu Tempuh Menggiring Bola sesudah antar ke dua Kelompok knee tuck jump dan split jump Untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan waktu tempuh menggiring bola yang diukur sesudah pelatihan antar ke dua Kelompok I (knee tuck jump) dan Kelompok II (split jump), digunakan uji t-Independent pada batas kemaknaan α = 0,05 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.8 Tabel 5.8 Hasil Uji Perbedaan Efek Peningkatan Waktu Tempuh Menggiring Bola Antar Kelompok Sesudah Pelatihan Kelompok I knee tuck jump dan sesudah pelatihan Kelompok II split jump Variabel
Waktu tempuh menggiring bola (detik) Rerata ± SB p
Kel. Knee tuck jump
10,968±0,778
Kel. Split Jump
11,562±0,561
0,029
Berdasarkan hasil data pada Tabel 5.8 di atas menunjukan bahwa, rerata waktu tempuh kecepatan menggiring bola sesudah pelatihan pada ke dua Kelompok memiliki nilai p<0,05. Hal ini menunjukan perbedaan peningkatan waktu tempuh menggiring bola sesudah pelatihan berbeda secara bermakna. Pelatihan pada Kelompok I (knee tuck jump) dan Kelompok II (split jump) dengan lima set 10 repetisi dan frekuensi latihan 3 kali setiap minggu meningkatkan waktu tempuh menggiring bola pada Kelompok I knee tuck jump dari 15,178 menjadi 10,969 detik dan pada Kelompok II split jump dengan rerata 15,179 menjadi 11,563 detik. Dan efek peningkatan lebih meningkat pada
51
Kelompok I (knee tuck jump) dengan menurunnya waktu tempuh lebih baik dari Kelompok II (split jump). 1.3.5 Peningkatan waktu tempuh menggiring bola pada Kelompok I dan Kelompok 2 sebelum dan sesudah pelatihan Peningkatan waktu tempuh kecepatan menggiring bola selama pelatihan 6 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali setiap minggu terjadi peningkatan pada masing-masing Kelompok perlakuan yang dapat dilihat pada Tabel 5.8 Tabel 5.9 Persentase Peningkatan Waktu Tempuh Menggiring Bola Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Pada Kelompok I knee tuck jump dan Kelompok II split jump (Detik)
Kelompok I. (knee tuck jump)
Kelompok 2. (split jump)
Sebelum Pelatihan
15,177±0,517
15,178±0,462
Sesudah Pelatihan
10,968±0,778
11,562±0,561
Selisih Peningkatan
4,209
3,616
27,73 %
23,82 %
Hasil Analisis
Persentasi
Berdasarkan data persentase rerata peningkatan waktu tempuh menggiring bola sesudah pelatihan selama 6 minggu pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa persentase rerata peningkatan waktu tempuh menggiring bola sesudah pelatihan pada Kelompok I (knee tuck jump) dengan waktu tempuh 10,968 detik lebih kecil dari pada Kelompok 2 (split jump) dengan waktu tempuh 11,562 detik, dan selisih peningkatan pada Kelompok 1 (knee tuck jump) = 4,209 detik lebih besar dari Kelompok 2 (split jump)= 3,616 detik, sehingga rerata peningkatan waktu tempuh menggiring bola sesudah pelatihan pada Kelompok I knee tuck jump memberi
52
efek lebih baik dengan persentase peningkatan pada Kelompok I 27,73 % dari pada Kelompok II split jump dengan persentase peningkatan waktu tempuh 23,82 %. Pelatihan pada Kelompok I (knee tuck jump) dan Kelompok 2 (split jump) dengan 5 set 10 repetisi dan frekuensi latihan 3 kali setiap minggu dalam meningkatkan kecepatan menggiring bola, terjadi peningkatan dari segi penurunan waktu tempuh. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan knee tuck jump pada Kelompok I lebih meningkatkan kecepatan menggiring bola dengan menghasilkan perbedaan peningkatan waktu tempuh lebih kecil dari Kelompok II split jump, juga dinyatakan bahwa ke dua Kelompok pelatihan knee tuck jump dan split jump sama-sama memberi efek peningkatan dalam penurunan waktu tempuh menggiring bola pada ke dua Kelompok. 5.3.6 Karateristik Subyek Penelitian Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 28 orang yang terdiri dari Kelompok I (knee tuck jump) berjumlah 14 orang dan Kelompok 2 (split jump) berjumlah 14 orang dengan status mahasiswa aktif yang berada pada semester II Program Studi PJKR Univ PGRI-NTT. Setelah itu, dari hasil tes tersebut diambil secara acak sederhana dengan undian untuk masing-masing kategori. Rata-rata umur sampel yang dilibatkan sebagai subyek penelitian pada Kelompok I (knee tuck jump) dengan rerata umur 20,43±1,016 tahun dan Kelompok 2 (split jump) dengan rerata 21,79±1,060 tahun sejak pengambilan data, dan rerata kelahiran subyek lahir pada tahun 1992-1996. Rerata tinggi badan pada Kelompok I (knee tuck jump) 166,2 ± 8,315 cm dan Kelompok 2 (split jump) 164,3±4,733 cm. Sedangkan rerata berat badan pada Kelompok 1 (knee tuck
53
jump) 56,00 ± 5,434 kg dan Kelompok 2 (split jump) 54,43±4,090 kg. Rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Kelompok 1 (knee tuck jump) 20,29±1,139 dan Kelompok 2 (split jump) 20,27±1,328, rerata kebugaran fisik pada Kelompok I (knee tuck jump) 10,761±0,877 menit dan Kelompok 2 (split jump) 11,385±0,831 menit yang diukur dengan lari 2,4 km. Indeks Massa Tubuh merupakan rasio berat badan dan tinggi badan yang sering digunakan untuk mengukur komposisi tubuh, khususnya menggunakan skala pada battery fitnesgram. Hal ini menunjukkan bahwa, subyek penelitian memiliki karakteristik yang tidak berbeda bermakna dan karakteristik dari semua subyek homogen atau boleh dikatakan mempunyai ciri-ciri yang sama. Dengan demikian hasil akhir kecepatan menggiring bola pada kedua Kelompok I (knee tuck jump) dan kelompok II (split jump) penelitian tidak dipengaruhi oleh karakteristik subyek, tetapi akibat dari perlakuan terhadap masing-masing Kelompok subyek yang telah diberikan pelatihan. 5.3.7 Uji Rerata Waktu Tempuh Menggiring Bola Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Hasil rerata waktu tempuh menggiring bola antar Kelompok I knee tuck jump dan Kelompok II split jump dengan uji t-paired dengan rerata sebelum pelatihan pada Kelompok knee tuck jump dengan rerata 15,177 detik dan simpangan baku 0,517 dan sesudah pelatihan dengan rerata 10,968 detik dan simpangan baku 0,778 dengan nilai t= 22,427 dan p= 0,000. Sedangkan pada Kelompok II split jump sebelum pelatihan dengan rerata 15,178 detik dan simpangan baku 0,462 dan sesudah pelatihan dengan rerata 11,562 detik dan simpangan baku 0,561
54
dengan nilai t= 26,131 dan nilai p=0,000. Dengan demikian p pada ke dua Kelompok nilai p<0,05. Hal ini menunjukan bahwa rerata data waktu tempuh menggiring bola sesudah pelatihan berbeda secara bermakna. Waktu tempuh menggiring bola sesudah pelatihan pada ke dua Kelompok perlakuan ini, diakibat oleh pelatihan yang diterapkan. 5.3.8 Perbedaan Efek Pelatihan Terhadap Waktu Tempuh Menggiring Bola Sesudah Pelatihan Kelompok I (knee tuck jump) dan Sesudah Pelatihan Pada Kelompok II (split jump) Uji beda rerata waktu tempuh menggiring bola antar Kelompok I knee tuck jump dan Kelompok II split jump dengan menggunakan t-indenpenden menunjukan rerata sebelum pelatihan pada Kelompok I knee tuck jump dengan rerata 15,177 detik dan simpangan baku 0,517 dan sesudah pelatihan dengan rerata 10,968 detik dan simpangan baku 0,778 dengan beda 4,209 dan p= 0,000. Sedangkan pada Kelompok II split jump sebelum pelatihan dengan rerata15,178 detik dan simpangan baku 0,462 dan sesudah pelatihan 11,562 detik dan simpangan baku 0,561 dengan beda 3,616 dan p= 0,000. Hal ini menunjukan bahwa beda peningkatan berbeda secara bermakna dan p<0,05. Uji peningkatan waktu tempuh kecepatan menggiring bola sesudah pelatihan pada ke dua Kelompok dengan uji t- indenpenden menunjukan pada Kelompok I knee tuck jump dengan rerata10,968 detik dan simpangan baku 0,778 dan pada Kelompok II dengan rerata 11,562 detik dan simpangan baku 0,561 dengan nilai p pada ke dua Kelompok 0,029, dengan persentase peningkatan pada kelompok I knee tuck jump 27,73% dan pada Kelompok II split jump 23,82%. Hal ini menujukan bahwa
55
perbedaan peningkatan waktu tempuh menggiring bola sesudah pelatihan berbeda secara bermakna. Perbedaan hasil akhir disebabkan oleh perbedaan kemampuan dari ke dua Kelompok dan perlakuan yang diberikan dan pelatihan sebanyak 3-5 kali seminggu dapat meningkatkan waktu tempuh menggiring bola (Nala, 2002). Secara teoritis penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dengan diberikan pelatihan knee tuck jump dan split jump dengan intensitas 70% kebugaran fisik, maka unsur kebugaran jasmani seperti kekuatan otot tungkai, kecepatan, fleksibilitas sendi lutut dan pinggul dan elasitas otot dan keseimbangan dinamis akan mengalami peningkatan kecepatan kaki. Kekuatan merupakan kemampuan neuromuskular untuk mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam. Akan terjadi peningkatan kemampuan dan respon fisiologis pada pelatihan ini adalah terjadinya hypertropy (pembesaran otot) dan adapatasi persyarafan. Terjadinya hypertropy disebabkan bertambahnya jumlah myofibril pada setiap serabut otot. Terjadinya adaptasi persarafan ditandai dengan peningkatan tehnik dan tingkat ketrampilan seseorang (Sukadiyanto, 2005). Kecepatan sebagai hasil perpaduan dan panjang ayunan tungkai dan jumlah langkah. Fleksibilitas merupakan kemampuan persendian bergerak dalam ruang gerak sendi secara maksimal dan elasitas merupakan kemampuan otot untuk berkontraksi dan berelaksasi secara maksimal. Menurut Ruslan (2012) dalam penelitian yang berjudul latihan kelincahan terhadap kecepatan menggiring bola pada SMA Negereri Gorontalo berkesimpulan bahwa adanya pengaruh antara
56
latihan kecepatan dan kelincahan terhadap kemampuan siswa menggiring bola, diharapkan pada permainan sepak bola hendaknya memperhatikan kecepatan dan kelincahan. Kelincahan dan kecepatan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam setiap olahraga. Kelincahan pada umumnya didefenisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari dalam keadaan penuh. Kelincahan terjadi karena gerakkan yang eksplosif. Besarnya tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan otot tergantung dari kekuatan dan kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot tergantung dari daya rekat serabut-serabut otot dan kecepatan transmisi impuls saraf. Seseorang yang mampu mengubah arah dari posisi ke posisi yang bebeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik berarti kelincahannya cukup tinggi. Dengan diberikan pelatihan knee tuck jump dan split jump otot-otot akan menjadi lebih elastis dan ruang gerak sendi akan menjadi lebih baik sehingga persendian akan menjadi lebih lentur sehingga menyebabkan ayunan tungkai dalam melakukan langkah-langkah menjadi sangat lebar. Keseimbangan dinamis juga akan terlatih karena dalam pelatihan ini harus mampu mengontrol keadaan tubuh saat melakukan pergerakkan (Nala, 2002). Dengan meningkatnya komponen-komponen tersebut, maka kecepatan akan mengalami peningkatan. Elasitas otot sangat penting karena makin panjang otot tungkai dapat terulur, makin kuat dan cepat ia dapat memendek atau berkontraksi. Dengan otot yang elastis, tidak akan mengahambat gerakkangerakkan otot tungkai sehingga langkah kaki dapat dilakukan dengan cepat dan
57
panjang (Yoda, 2006). Kecepatan merupakan perpaduan dengan kelincahan yang sangat penting, dengan memiliki ke dua komponen biomotor tersebut maka seorang pemain sepak bola akan mampu bergerak ke segala arah dalam waktu yang cepat dalam menggiring bola akan mampu menerobos pertahanan lawan. Dari segi fisiologis pelatihan knee tuck jump dan split jump berpengaruh terhadap daya ledak dapat dilihat dari perubahan kinerja otot, massa otot dan fungsi otot yang meningkat. Dalam setiap gerakkan pada otot akan terjadi kontraksi dan relaksasai. Berhubungan dengan pengertian otot tungkai yaitu merupakkan bagian dari anggota gerak bawah yang memungkinkan terjadinya gerakkan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dari gerakkan berpindah tersebut akan menimbulkan kontraksi dan rilaksasi otot yang berkesinambungan. Selain itu faktor yang mempengaruhi power adalah faktor biomekanika yaitu kemampuan seorang atlet memanfaatkan mekanika gerak tubuhnya secara efektif sehingga mempengaruhi pada kecepatan (Yoda, 2006). Program pelatihan yang teratur dan terarah secara berkelanjutan akan mengakibatkan penyesuaian terhadap kondisi fisik yang semakin meningkat. Dengan melakukan pelatihan yang teratur dan sistematis akan terjadi peningkatan fungsi kerja otot yang dapat bekerja secara maksimal sebagai penyokong dalam aktivitas fisik sehingga akan mepengaruhi pada komponen biomotor (Nala, 2002). Menurut Nala, (2002), Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan latihan untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik dengan tujuan utama meningkatkan daya ledak. Kekuatan dan kecepatan dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai untuk melakukan
58
aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga termasuk dalam pelatihan meloncat plyometric (Radcliffe dan Farentinos, 2002). Pelatihan knee tuck jump dan split jump merupakan bagian dari plyometric yang dapat meningkatkan kekuatan dan kecepatan atau yang disebut dengan daya ledak (Nala, 2002). Kekuatan yang dimaksud adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah seorang atlet untuk mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu bekerja tertentu (Ismaryanti, 2006). Otot-otot yang dipengaruhi oleh pelatihan knee tuck jump yakni: gluteus, gastronemius, quadriceps, hamstring dan hip flexors, sedangkan otot-otot yang dipengaruhi oleh pelatihan split jump yakni: hamstring, gluteus, quadriceps (Radllive &. Farentinos, 2000). Kekuatan otot juga merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja dan menahan beban dalam waktu bekerja tertentu (Sajoto, 2002). Mekanisme pelatihan knee tuck jump yang menekankan pada ketinggian maksimum yang dilakukan dengan menolakkan kaki dengan ke dua paha dilipatkan dan melompat ke atas secara bersamaan dengan cepat akan mempengaruhi kekuatan otot tungkai yang berdampak pada hasil kelincahan dan kecepatan, sedangkan pelatihan split jump yang menekankan pada hentakan kaki yang menolak ke atas lebih menekankan pada tingkat kelentukan (Hanafi, 2010). Hal senada diperkuat oleh peneliti sebelumnya (I Gsti Nym, et, al, 2014) bahwa pelatihan knee tuck jump menekankan pada daya ledak otot tungkai (kekuatan dan kecepatan) sehingga akan mempengaruhi pada kecepatan dalam hal ini kecepatan menggiring bola, sedangkan pelatihan split jump menekankan pada kelentukan.
59
Dengan demikian pelatihan knee tuck jump lebih meningkatkan daya ledak otot tungkai dalam melakukan kecepatan menggiring bola dibandingkan split jump dilihat dari unsur otot yang terkandung didalamnya. Perbedaan pada ke dua Kelompok ini terletak pada cara melompat di mana pelatihan knee tuck jump mendapat tugas tambahan yakni pada bagian paha dan tungkai bagian bawah sebagai beban dalam melakukan lompatan, sedangkan pada pelatihan split jump hanya mengandalkan tungkai bagian bawah, (Raddlife & Farentinos, 2002). Menurut Nala, (2002) bahwa semakin besar beban dalam melakukan aktivitas, maka otot akan lebih meningkat untuk berkontraksi yang akan mempengaruhi pada hasil kecepatan komponen biomotorik, termasuk dalam kecepatan dan kelincahan menggiring bola. Pada kecepatan menggiring bola terjadi kontraksi otot yang mempengaruhi yakni otot fleksor dan ekstensor, paha dan pinggul yang melibatkan otot-otot seperti sartorius, illiacus, graclis, bisceps femoris, semitendinous, semimmembranossus, gluteus maksimus dan gluteus minimus. Gerakkan dalam melakukan kecepatan ini akan memberikan kontraksi pada otot tungkai, sebagian besar otot tersebut terdapat pada pelatihan knee tuck jump (Raddlife & Farentinos, 2002). Kemampuan daya ledak antara kekuatan dan kecepatan ini mempengaruhi kontraksi otot tungkai untuk menerima beban dalam waktu bekerja di antaranya melompat, melambung, berjingkak, meloncat dan memantul. Daya ledak inilah yang merupakan kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat, (dalam Budhiarta, 2010). Bentuk pelatihan daya ledak
60
ditandai adanya gerakan atau perubahan secara tiba-tiba yang cepat seperti tubuh terdorong ke atas, terdorong ke depan, menendang, menggiring dan lain sebagainya (Nala, 2002). Pada pelatihan knee tuck jump dan split jump tidak terlepas dari sistem energi yang terdapat dalam tubuh yang juga dibutuhkan oleh tubuh antara lain sistem energi aerobic dan anerobic. Menurut Rushall, (2001), energi aerobic adalah sistem energi yang berasal dari pembakaran dengan oksigen yang berdurasi lama dan dengan intesitas yang cukup lama. Menurut Nala, (2002), volume durasi pelatihan aerobic adalah 15-60 menit, dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Sedangkan sistem energi anaerobic adalah sistem energi yang menggunakan energi dari pembakaran tanpa oksigen. Menurut Umasugi, et, al (2012), dalam olahraga anaerobic yang berdurasi cepat dengan intensitas yang cepat pula, maka diperlukan daya ledak yang relatif singkat yang mampu memberikan pelatihan yang efektif, seperti lari, lompat ke atas, ke depan, juga diperkuat oleh (Nala, 2002) bahwa aktivitas fisik yang kurang dari 60 detik kebanyakan energinya tergantung dari proses metabolisme anaerobic. Dengan demikian pelatihan knee tuck jump dan split jump termasuk dalam kategori aerobic karena dalam penelitian ini dimana pelatihannya 10 kali repetisi pada ke dua Kelompok dengan durasi waktu lebih dari 60 detik. Pada pelatihan aerobic yang diutamakan kebugaran kardiorespirasi, karena mampu meningkatkan ambilan oksigen dan denyut nadi menjadi lebih rendah saat istirahat maupun saat beraktivitas, menambah kekuatan otot-otot diseluruh tubuh (Harsono, 2000).
61
Hasil penelitian Salmon Runesi meneliti tentang Pelatihan Distribusi Meningkatkan Kecepatan Menggiring Bola Pada Permainan Sepak Bola Ditinjau Dari Kemampuan Motor Educability Pada Mahasiswa. Latihan yang dilakukan selama 6 minggu. Pada penelitian ini ada beberapa gerakkan dengan menggunakan lompatan (plyometric) menggunakan tungkai bawah. Rerata sebelum pelatihan 15,21 detik ±0,49 detik dan dan sesudah pelatihan rerata 10,71 ±0,47 detik. Ini berarti bahwa peningkatan waktu tempuh kecepatan menggiring bola lebih baik dibandingkan pelatihan split jump berbeda bermakna atau signifikan. Haribawa, et, al meneliti tentang Pengaruh Pelatihan knee tuck jump dan split jump terhadap Peningkatan Kelentukan Dan Power Otot Tungkai. Hasil penelitian menunjukan pelatihan knee tuck jump lebih menekankan pada kekuatan otot tungkai, sedangkan pada pelatihan split jump lebih menekankan pada kelentukan. Dengan peningkatan pada otot tungkai tersebut akan mempengaruhi pada waktu tempuh menggiring bola. Dengan demikian pelatihan knee tuck jump lebih meningkatkan waktu tempuh menggiring bola dibandingkan split jump. Septo Winarko meneliti tentang Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometric knee tuck jump dan squat jump Terhadap Kelincahan Menggring Bola (yang diukur dalam penelitian ini adalah waktu tempuh kecepatan menggiring bola. Hasil tes akhir menunjukan pada pelatihan knee tuck jump 10,33 detik dan pada pelatihan squat jump 11,64 detik. Hal ini menunjukan bahwa setelah melakukan pelatihan pelatihan knee tuck jump lebih baik dibandingkan split jump dilihat dari
62
waktu tempuh kecepatan menggiring bola memiliki nilai yang berbeda atau signifikan.
63
BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan 6.1.1 Pelatihan knee tuck jump lebih meningkatkan waktu tempuh menggiring bola, secara bermakna dari 15,177±0,517 detik menjadi 10,968±0.778 detik. 6.2.2 Pelatihan split jump meningkatkatkan waktu tempuh menggiring bola, secara bermakna dari 15,178±0,462 detik menjadi 11,562±0,561 detik. 6.3.3 Pelatihan knee tuck jump lebih meningkatkan waktu tempuh menggiring bola dibandingkan split jump dengan selisih peningkatan Kelompok knee tuck jump 4,209 dan selisih peningkatan Kelompok split jump 3,616 dengan persentase peningkatan pada Kelompok knee tuck jump sebesar 27,73% dan Kelompok II split jump sebesar 23,82% 6.2 Saran 6.2.1
Kepada pelatih, pembina serta atlet yang ingin meningkatkan kecepatan menggiring bola di klub atau pun di sekolah dapat memilih model pelatihan knee tuck jump yakni dengan memberikan bimbingan secara lebih kondusif dan optimal tentunya akan mempengaruhi pada kecepatan menggiring bola.
6.2.2
Bagi pelatih, pembina dan pelaku olahragawan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program pembinaan di Klub ataupun di sekolah sebagai strategis yang lebih progresif dalam peningkatan prestasi atlit khususnya cabang olahraga sepak bola.
63
64
6.2.3
Bagai peneliti lain dianjurkan untuk melakukan penelitian dengan beberapa variasi, seperti usia, pengaturan waktu, apakah lebih lama atau lebih singkat untuk Kelompok yang menggunakan metode knee tuck jump dengan
desain
eksperimen
yang
lebih
berkembang,
seperti
membandingkan efektivitas dari beberapa metode latihan terhadap kecepatan menggiring bola.
65
DAFTAR PUSTAKA Berger, R. A.1992. Fundation Of Exercise Phsylogi. Morgantown. WV: Fitness Infarmation Tecnology. Bompa 2005. Peridization Training For Sport. Auckland New Zealanduhuman Kineticks. Bompa O. T. 2005. Peridization Training For Sport. Auckland New zealand: Human Kinetics Bompa, 1993. Power Training For Sporty. Plyometrics for maximum power development. New york: moasaic press. Bompa, 1993. Theory And Methodology of Training: Kendal / Hunt Publishing Company, Dubuque, lowa Budhiarta M, 2010. Pengaruh Pelatihan Plyometrik Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Mahasiswa Jurusan Penjaskesrek FOK Undhiksa. Jurnal Health And Sport Vol 1. Champaign Illions. Chu, D. A. 1998. Jumping into plyometric. California: leisure press. Corbin C. B. 1980. A Texs Of Motor Development. 2 nd ed, WM Brown Company Publishers, Dubuque Ioawa. Dani, M. 2007. Sepak bola. Ciputat: Cerdas Jaya Fox, E.L.R.W.Bowers, R.W.1993. The pshyologi Cal Basis For Exercise and Sport. Philadelphia. Sauders Coleege Publisheng. Fox, E. L. R.W.Bowers and M.L. 1992. Sport Physiology.,2nd ed. Sounders College Publishing Furgon, H.M dan Muchsin Doewes, 2002. Pliometrik: Untuk meningkatkan power, Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Graha, 2010. Teori Pelatihan Fisik. Jurnal Olahrga, Jakarta Guthrie, 1991. The Psychology of Learning. New York: Harper & Row. Hanafi, 2010. Efektifitas Latiahan Beban dan Latihan Plyometrik dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan. Jurnal ILARA, 1(2) :1-9
65
66
Hare, D. 1982. Principle of Sport Training. Introduction to Theory and Metode of Training., Sport Verslag, Berlin. Harsono, 1998. Prinsip-Prinsip Pelatihan Fisik. Jakarta: Koni Pusat Harsono, 2000. Ilmu Coaching. Pusat Ilmu Olahraga, KONI Pusat, Jakarta. Harsono, 2002. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV. Kurnia. Hidayat I, 2003. Biomekanika. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Ismaryati, 2006. Tes dan Pengukuran. Surakarta: Ghalia Indonesia. Jackson. S.L, 2011. Research Methods: A Modul Lar Approach, second Edition. Can. Nelson Education, Ltd. Jhonson L.B 2000. Pratical Measurement foe Evaluation in Physical Education. Champhign IL: Human Kinetics. Jhonson, 2000. Principle of speed and East Europen Summary.,Australia, April, Volume Joe L, 2004. Sepak bola. Taktik dan Teknik bermain. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Joseph L. 2007. Sepak Bola. Alih bahasa Agusta Wibawa. PT. Raja Gravindo Persada. Kanca, I N. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha. Kasmono, 2009. Pengaruh metode latihan plyometric terhadap kecepatan penigkatan prestasi lompat jauh. Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Kirkly, 1985). The manual of training,.Stanley Paul Co. Ltd, London, Sdney, Melbourne, Aucklan, Johanessburg. Koger, 2007. Latihan Dasar Komponen Biomotor. Bandung UPI. Komi, 1992. Strenght and power in sport. Viktoria: Bleckwell Scientific. Publication. KONI, 2000. Panduan kepelatihan. Jakarta
67
Magil, Sidik. 2000. A Motor Learning Concepts and Application. Iowa: MW. C. Brown Publisher, Mathews Donald K. Measurement in Phsycal Education. Philadelphia: W. C Sanders Company. Menegpora, 2005. Panduan Penetapan Parameter Tes Pada Pusat Pelatihan Pelajar dan Sekolah Khusus Olahragawan. Jakarta: Depati Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga. Mirhajanto, dkk, 2010. Tes dan Pengukuran. UNY Nala, 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar. Universitas Udayana Nala, 2002. Prisip Pelatihan Fisik Olahraga. Universitas Udayana Denpasar. Nala, I.G. 2011. Prinsip Perlatihan Fisik Olahraga. Universitas Udayana Denpasar. Nala,1992. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Monograf yang diperbanyak oleh Program Pascasarjana Fisiologi Olahraga Universitas Udayana. Nossek, 1992. Teori Umum Latihan. Logos: Institut Nasional Olahraga. African Press. LTD. Nossek, dan Hare, 2004. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jurnal IPTEK Olahraga Nurhasan, 2000. Tes dan Pengukuran Olahraga. FPOK UPI Bandung. Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran Olahraga. FPOK UPI Bandung. Nurhasan, 2002. Tes dan Pengukuran Olahraga. FPOK UPI Bandung. Of Coaching. Philadelphia: WB Saunders Coleege Publishing. Pate, R.B. Glenaghan and R. Rotella 1984. Scientific Foundation. Poccok, S.J. 2008. Clinical Trial A Partical Approach. England:John Wiley & Sons. Poerwadarminto, 2008. Dasar-Dasar Komponen Fisik. Jakarta. Balai Pustaka Powers. S.K,Doddy, S.L. and Jackson, E.M, 2011. Total Fitness and Welness Media Up Date. Brief Edition. San Fransisco I Benjamin Cumming Pearson. Radeliffe, J, C. Faretinos 1985. Plyometric Explosive power Training. Illions: Kinitic Publisher.
68
Radlife dan Farentinus, 2002. Plyometics untuk meningkatkan power. UNS Press Surakarta. Remmy, 2004. Olahraga Kebugaran Fisik. Jakarta-Depdikbud. Runesi S, 2013. Pelatihan Praktik Distribusi Meningkatkan Kelincahan dan kecepatan Menggiring bola Sepak Ditinjau Dari Kemampuan Motor Educability. Pada Mahasiswa Semester II Program studi PJKR Univ. PGRI-NTT. Tesis Rushall, 2001. Training For Sport And Fitness. Melbourne.Milan Company. Ruslan, 2012. Latihan Kelincahan Terhadap Kecepatan Menggiring Bola Pada Klub Sepak Bola Gorontalo. Sajoto, 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang Sajoto, 2000. Peningkatan dan pembinaan kekuatan dan kondisi fisik dalam olahraga. Jakarta: Debdikbud Dirjen Dikti P2LPTK. Sajoto, 2002. Kelanjutan Pembinaan Kondisi Fisik dalam olahraga. Semarang Sayfudin, 2006. Persenter Ilmu Melatih. FPOK IKIP Padang. Scheuneman T, 2005. Dasar-dasar sepak bola. Malang. Diogma Stull, A.G., Thomas, K.,Cureton, Jr 1980. Encyclopedia of physical Education of Phusical Education Fitness and Sport, Bringhton Company, USA. Sucipto 2000. Sepak Bola. DEPDIKNAS Sugiharto, 2004. Total Badminton. Solo: CV. Setyaki Eka Anugerah. Suharno, H.P. 1993. Ilmu kepelatihan olahraga. Bandung. PT. Karya Ilmu Sukadiyanto, 2005. Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Syaffrudin, 1992. Pengantar Ilmu Melatih. FPOK IKIP Padang. Thompson, 1991. Concepts of fitness and welnes toranto: MC Graw Hili, Companies. Umasugi, Taufan, 2012. Pengaruh Latihan Persiapan umum terhadap daya ledak otot tungkai. Yoda, 2006. Pengantar Pendidikan Sepak Bola. Budi Utomo.
69
Gambar 1. Pelaksanaan Pengukuran Berat Badan
Gambar 2. Pelaksanaan Pengukuran Tinggi Badan
Gambar 1. Pelaksanaan Pengukuran Berat Badan
Gambar 3. Pengarahan Kelompok I knee tuck jump
Gambar 4. Pengarahan kelompok II split jump
70
Gambar 5. Pelaksanaan pelatihan Kelompok I knee tuck jump
Gambar 6. Pelaksanaa pelatihan Kelompok II split jump
Gambar 7. Pengarahan kecepatan menggiring bola kepada ke dua Kelompok knee tuck jump dan split jump
71
Gambar 8. Pelaksanaan pengukuran kecepatan menggiring bola kelompok I knee tuck jump
Gambar 10. Kelompok I knee tuck jump sedang melakukan colling down setelah latihan
Gambar 9. Pelaksanaan pengukuran Kecepatan menggiring bola kelompok II split jump
Gambar 11. Kelompok II split jump jump sedang melakukan pemanasan
72
Gambar 12. Kelompok II split jump sedang melakukan colling down
73
BIODATA KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK KNEE TUCK JUMP UMUR ( TAHUN) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA SAMPEL PITERSON LY NATTO OTNIAL TAEMNANU EDUARDUS MALO HERMANUS BEREK PETRUS EPI PATRISIUS MALO MAHDUM ABDUL MALIK DECKY M.A DILLAK MUSA KANDE FIRMAN ARDIANSYAH PAULINUS DANGGUR BENYAMIN VITALIS YUNUS BATUKH ANATASIUS D. KARTAMA
22 22 20 20 20 21 19 19 21 20 19 20 20 22
TINGGI BADAN (CM)
BERAT BADAN ( KG)
INDEKS MASA TUBUH ( IMT)
KEBUGARAN FISIK (LARI 2,4)
166 163 174 165 16I 163 162 164 162 193 169 160 162 163
52 51 55 54 53 59 52 58 54 73 60 55 55 57
18 19 18 19 20 22 19 21 20 19 21 21 20 21
11.35 11.26 12.42 09.53 10.32 10.58 10.29 09.51 10.12 11.13 10.67 12.16 10.11 11.21
74
BIODATA KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK SPLIT JUMP UMUR ( TAHUN) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA SAMPEL MARSELINUS MALI EMANUEL MALI PETRUS NAGA SANTO ANDREAS ATI RIZAL G.A SOBO ANTONIUS DARA KAND PERI SIHOMBING YOHANES LONGA YOSUA ATE TOMAS SUY MELEY S. DENGGAN YONGKRI ADEPTHA YOHANES NAISAU FARID KADARISMAN HERMANUS ARDI
23 20 22 22 23 22 23 21 21 21 20 22 22 23
TINGGI BADAN (CM) 173 162 162 161 162 167 163 160 172 160 165 172 162 160
BERAT BADAN ( KG) 55 51 51 51 55 65 59 52 55 52 51 59 53 53
INDEKS MASA TUBUH ( IMT)
KEBUGARAN FISIK (LARI 2,4 KM)
18 19 19 20 21 23 22 20 19 20 19 20 20 21
11.15 11.18 09.38 10.40 12.36 11.29 11.12 12.25 12.28 11.35 12.14 11.27 11.09 12.18
75
DATA HASIL PRE-TES DAN POST-TES KECEPATAN MENGGIRING BOLA KELOMPOK I (KNEE TUCK JUMP (DETIK)
NO
NAMA SAMPEL
HASIL PRE-TES
HASIL POST-TES
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
PITERSON LY NATTO OTNIAL TAEMNANU EDUARDUS MALO HERMANUS BEREK PETRUS EPI PATRISIUS MALO MAHDUM ABDUL MALIK DECKY M.A DILLAK MUSA KANDE FIRMAN ARDIANSYAH PAULINUS DANGGUR BENYAMIN VITALIS YUNUS BATUKH ANATASIUS D. KARTAMA
15,09 15,54 14,29 14,64 15,59 14,73 15,27 15,85 15,53 15,38 1582 14,26 15,23 15,27
11,46 11,27 10,47 11,13 12,62 10,50 11,29 09,41 10,68 10,25 11,27 11,41 11,57 10,23
76
DATA HASIL PRE-TES DAN POST-TES KECEPATAN MENGGIRING BOLA KELOMPOK II SPLIT JUMP (DETIK)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA SAMPEL MARSELINUS MALI EMANUEL MALI PETRUS NAGA SANTO ANDREAS ATI RIZAL G.A SOBO ANTONIUS DARA KAND PERI SIHOMBING YOHANES LONGA YOSUA ATE TOMAS SUY MELEY S. DENGGAN YONGKRI ADEPTHA YOHANES NAISAU FARID KADARISMAN HERMANUS ARDI
HASIL PRE-TES
HASIL POST-TES
15,88 15,27 15,51 14,45 14,69 15,39 14,92 15,45 15,84 15,47 15,30 14,27 15,48 14,88
11,23 12,27 12,30 11,57 12,34 10,52 11,38 12,25 11,28 11,64 11,61 10,83 11,43 11,23
77
1.
Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov group data
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
1
.183
14
.200
*
.919
14
.212
2
.154
14
.200
*
.954
14
.621
3
.221
14
.062
.913
14
.177
4
.175
14
.200
*
.924
14
.252
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
2.
Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances
Data Levene Statistic
df1
df2
1.282
3.
Sig.
3
52
.290
Uji data kecepatan sebelum pelatihan Kelompok I dan sebelum Kelompok II (t-paired) Paired Samples Statistics Mean
Pair 1
data
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
15.1782
28
.48131
.09096
1.5000
28
.50918
.09623
group
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1 data -
1.3678
group
2E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
.70039
.13236
of the Difference Lower 13.40663
Upper 13.94980
Sig. (2t 103.340
df
tailed) 27
.000
78
4.
Uji rerata waktu tempuh Sebelum Kelompok I Dan Sesudah Kelompok I (t-Paired) Paired Samples Statistics Mean
Pair 1
data group
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
13.0732
28
2.23924
.42318
1.5000
28
.50918
.09623
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1 data group
1.15732E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
2.73058
of the Difference
.51603
Sig. (2-
Lower
Upper
t
10.51441
12.63202 22.427
df
tailed) 27
.000
5. Uji rerata waktu tempuh Sebelum kelompok II dan sesudah kelompok II (t-paired) Paired Samples Statistics Mean Pair 1
data Group
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
13.3707
28
1.90900
.36077
1.5000
28
.50918
.09623
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1 data – group
1.18707E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
2.40382
Difference Lower
.45428 10.93861
Upper
t
12.80282 26.131
df
Sig. (2-tailed) 27
.000
79
6.
Uji Beda Peningkatan sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I dengan menggunakan (t-indenpenden) Independent Samples Test Levene' s Test for Equality of Varianc es
t-test for Equality of Means
Sig. (2-
data
t
df
Mean
Std.
95% Confidence
Error
Interval of the
Differen
Difference
F
Sig.
tailed) Difference
ce
Lower
Upper
1.907
.179 16.851
26
.000
4.20929 .24980
3.69581
4.72276
16.851
22.606
.000
4.20929 .24980
3.69204
4.72654
Equal variances assumed Equal variances not assumed
7. Uji Beda Peningkatan sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok II dengan menggunakan (t-indenpenden) Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Sig. (2F data
Sig.
t
df
Mean
tailed) Difference
Std.
95% Confidence
Error
Interval of the
Differen
Difference
ce
Lower
Upper
Equal variances assumed
.217
.645 18.594
26
.000
3.61571 .19445
3.21601
4.01542
80
7. Uji Beda Peningkatan sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok II dengan menggunakan (t-indenpenden) Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Sig. (2F data
Sig.
t
df
Mean
tailed) Difference
Std.
95% Confidence
Error
Interval of the
Differen
Difference
ce
Lower
Upper
Equal variances
.217
.645 18.594
26
.000
3.61571 .19445
3.21601
4.01542
18.594 25.066
.000
3.61571 .19445
3.21528
4.01615
assumed Equal variances not assumed
81
8. Hasil Uji perbedaan efek peningkatan waktu tempuh Sesudah pelatihan Kelompok I dan sesudah Kelompok II (t-Indenpenden) Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Sig. (2F data
Sig.
t
df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
Difference Lower
Upper
Equal variances
1.364
.254
-2.316
26
.029
-.59429
.25660
-1.12174 -.06683
-2.316 23.654
.030
-.59429
.25660
-1.12430 -.06427
assumed Equal variances not assumed
82
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PELAKSANAAN PENELITIAN
Gambar I. Stopwatch Merek ROX (Untuk Mengukur Waktu Tempuh Menggiring Bola)
Gambar 2. Timbangan Badan Digital Merek TFY
83
Gambar 3. Pengukur Tinggi Badan Merek Onemed
Gambar 4. Higrometer Elektronik Digital Merek Corona Model GL-89 (untuk mengukur suhu udara setiap kali latihan)