29
BAB V DATA DAN ANALISIS
5.1
Aspek Fisik
5.1.1 Lokasi dan Batas Tapak Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Parangtritis Km 6, D.I. Yogyakarta. Terletak cukup dekat dengan Pasar Seni Gabusan (terletak di Km 9.5). Kompleks kampus ISI Yogyakarta secara administratif termasuk ke dalam wilayah desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta.
Titik Nol Yogya
ISI Yogya
Gambar 8. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta dilihat dari Titik Nol Yogya4
Disebelah timur-tenggara tapak dibatasi oleh Jalan Raya Parangtritis dan pemukiman. Di sebelah utara terdapat sekolah dasar dan akademi kebidanan serta
4
Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 (beta), data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008
30
pemukiman. Di sebelah barat, dan selatan, batas tapak didominasi oleh areal pemukiman.
Gambar 9. Situasi bagian sebelah selatan tapak Pemukiman yang ada di sekeliling kampus terdiri dari rumah penduduk setempat, tempat kost mahasiswa, kios-kios perdagangan (toko, warung nasi, warung internet, dsb), dan lahan perkebunan penduduk. Keberadaan pemukiman ini mendukung kegiatan yang berlangsung pada Kampus ISI terutama dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari, dan jual beli yang mendukung kegiatan perkuliahan. Tidak semua batas-batas wilayah antara kampus dan lingkungan sekitarnya memiliki border atau pembatas yang jelas. Pagar hanya terdapat pada bagian timur (yang berbatasan dengan jalan raya), serta pada bagian perbatasan wilayah utara dan selatan. Tidak adanya pembatas yang jelas ini membuat aksesibilitas lahan menjadi sangat tinggi dan kurang teratur. Secara umum, Kampus ISI memiliki total lahan sebesar kurang lebih 189.660 m2. Secara lebih spesifik, Fakultas Seni Rupa dan Desain sendiri berdiri di atas lahan sebesar kurang lebih 4 hektar. Fakultas Seni Rupa dan Desain sendiri terletak di bagian paling utara kampus ISI Yogyakarta. Fakultas ini berbatasan langsung dengan sekolah dasar, akademi kebidanan, dan pemukiman di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan langsung dengan jalan raya dan pemukiman. Di sebelah Barat berbatasan dengan gedung Dekanat Fakultas Seni Rupa dan Desain.
31
Gambar 10. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta5
Gambar 11. Peta Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Kampus ISI Yogyakarta 6
5 6
Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 (beta), data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008 Sumber gambar: PT Gita Rencana Multiplan proposed masterplan for ISI Yogyakarta
32
Meskipun berbatas langsung dengan Jalan Raya gedung kampus ISI terletak cukup jauh dari jalan raya dan telah dibatasi oleh pagar non masif. Selain itu jalan raya yang ada, yaitu Jalan Parangtritis bukanlah jalan raya yang sibuk dan bising. Namun ada baiknya jika ditambahkan pada bagian yang berbatasan dengan jalan raya diberikan buffer berupa semak. Selain fungsinya untuk menjadi filter kebisingan dan polusi dari jalan raya, buffer ini juga dapat menambah nilai estetika tapak jika dilihat dari luar. Bagian yang berbatasan dengan pemukiman, sekolah, dan lahan masyarakat, sebagian sudah ada yang diberi pembatas non-masif maupun semimasif, namun alangkah baiknya jika semua batas wilayah kampus diberikan pembatas masif. Dalam Time-Saver Standards for Landscape Architect disebutkan bahwa pembatas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan, memberikan privasi, dan untuk modifikasi lingkungan (penahan angin, filter suara, dsb). Tinggi pembatas yang dibutuhkan paling tidak berkisar antara 1,8 – 2,1 meter, dengan tipe pembatas yang solid.
5.1.2
Tanah dan Topografi Bentuk dasar permukaan tanah (topografi) merupakan salah satu sumber
daya visual dan estetika yang dapat mempengaruhi alternatif tata guna lahan (Chiara, 1990). Penyesuaian antara rancangan tapak dengan topografi eksisting akan mengurangi biaya pembangunan serta pemeliharaannya. Secara umum, Kampus ISI Yogyakarta terletak di desa Timbul harjo yang merupakan daerah dataran dengan ketinggian berkisar 45 meter diatas permukaan air laut. Jenis tanah pada Kabupaten Bantul umumnya merupakan tanah legosol dengan gugusan vulkanis muda. Secara umum wilayah kampus ISI yogyakarta memiliki kemiringan lahan yang relatif datar, meskipun terletak didekat daerah yang berbukit-bukit. Hal ini dikarenakan bentukan wilayah di dalam tapak sudah tidak alami lagi karena adanya bangunan. Selain itu, ruang terbuka yang masih ada juga sudah diberi perkerasan dengan menggunakan paving block dan beton. Keadaan ini tentunya akan memberikan kemudahan dalam membangun struktur dan fasilitas-fasilitas yang ada pada kampus.
33
Akibat letaknya yang berada di kaki perbukitan, maka arah drainase akan menuju kawasan kampus ISI Yogyakarta, yaitu semua aliran air bergerak menuju kawasan kampus. Hal ini dapat menjadi potensi tersendiri bagi kampus sekaligus menjadi ancaman. Tanpa struktur drainase yang baik dan penanganan terhadap erosi, maka kawasan kampus akan terancam akan terjadinya penggenangan air. Namun dengan adanya penanganan yang baik, misalnya dengan menyediakan struktur drainase untuk melancarkan aliran drainase, yaitu untuk mengalirkan air berlebih keluar tapak . Pada kampus ISI Yogyakarta sudah ada sistem drainase yang cukup baik, yang berupa selokan-selokan kecil yang ada di tempat-tempat tertentu dan semua aliran akan keluar di drainase utama yang berada tepat diantara pagar terluar di sebelah utara kampus.
Gambar 12. Peta topografi Kampus ISI Yogyakarta 7 . 5.1.3
Sirkulasi dan Aksesibilitas Lokasi Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota
Yogyakarta. Dari pusat kota Yogyakarta ke lokasi kampus dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 20-30 menit. Secara relatif cukup jauh dari pusat kota, namun masih dapat diakses dengan angkutan umum yang melewati daerah ini (ada 4 jalur bus umum). Selain menggunakan angkutan umum, dapat juga menggunakan kendaraan pribadi, taksi, motor, sepeda dan berjalan kaki. Jalur sirkulasi primer (untuk kendaraan beroda 4 atau lebih) berupa jalan yang diaspal, bermulai di jalan raya menuju tempat parkir. Jalan yang diaspal sekaligus menjadi penanda jalur 7
Sumber gambar: Hasil survey topografi PT. Gita Rencana Multiplan, selisih antara garis kontur 0.2 m
34
utama pada Kampus ISI Yogyakarta. Jalur sirkulasi sekunder (untuk kendaraan bermotor roda dua, sepeda, dan pejalan kaki), terdiri dari jalan beraspal (sama dengan jalur sirkulasi primer), jalur pejalan kaki dan sepeda yang diberi perkerasan berupa paving block, dan jalan setapak yang ada pada entrance sekunder pada bagian utara tapak. Alangkah baiknya jika ada jalur khusus pedestrian dan jalur sepeda yang dimulai dari gerbang utama Kampus ISI Yogyakarta. Untuk kawasan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta, dapat diakses dengan kendaraan maupun berjalan kaki (dapat dilihat pada Gambar 13). Untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih dapat melalui gerbang utama ISI Yogyakarta dan berhenti di pelataran parkir disebelah selatan maupun di sebelah barat laut-utara Fakultas. Bagi pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan bermotor roda dua dapat mengakses dari pintu masuk utama ISI Yogyakarta dan melalui pintu masuk alternatif yang berada disebelah utara tapak. Dapat dilihat juga terjadi jalur pejalan kaki yang mengakses tapak dengan jalan setapak yang menembus areal rerumputan di bagian selatan tapak (garis berwarna biru putus-putus), yang tentunya merusak lanskap yang telah ada. Lahan kosong yang ada antara gedung seni dan gedung kriya sebaiknya diberi buffer sehingga tidak dimanfaatkan sebagai ‘jalur pintas’ oleh pejalan kaki (Gambar 14) atau justru dibuatkan jalur pedestrian yang benar sehingga pejalan kaki dapat mengakses tapak lebih nyaman tanpa menggangu desain lanskap yang ada. Keterangan : Jalur Kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Jalur Kendaraan bermotor roda 2, sepeda, pejalan kaki
Gambar 13. Peta Aksesibilitas Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta
35
Gambar 14. Peta Sirkulasi pejalan kaki Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta Selain pejalan kaki yang sering menerobos area hijau secara sembarangan, beberapa pengguna sepeda motor seringkali menggunakan perkerasan sebagai jalan, misalnya diatas jalur perkerasan yang diperuntukan untuk pejalan kaki, plaza, dsb. Jika terus berlanjut maka bukan hanya fisik jalur sirkulasi yang mengalami kerusakan, tetapi akan juga terbentuk kebiasaan yang tidak baik bagi pengguna jalan. Kebiasaan ini harus dihilangkan sebelum menjadi budaya. Karena sirkulasi intens terjadi antara gedung jurusan desain maka perlu dipikirkan kembali layout sirkulasi yang ada. Dimensi pedestrian juga perlu dipertimbangkan, sehingga kegiatan pengguna tapak dapat terakomodasi dengan baik. Lebar pedestrian paling tidak dapat mengakomodasi 2-3 orang, yaitu sekitar 1,4 – 2,6 m, perlu diperhatikan agar jarak antar pengguna tapak tidak terlalu dekat sehingga pengguna tetap nyaman. Untuk jalur sirkulasi sepeda perlu dipikirkan tipe jalur sepeda yang akan digunakan. Meskipun pengguna sepeda belum terlalu banyak pada tapak, namun tidak ada salahnya mengantisipasi kemungkinan akan berkembangnya eco-trend bike to campuss seperti yang sudah berkembang di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Akan lebih baik jika jalur sepeda yang digunakan adalah jalur multimode yang bisa mengakomodasi pejalan kaki maupun pengguna sepeda, serta jalur ini terpisah dari jalur kendaraan untuk menghindari konflik dengan
36
kendaraan bermotor. Menurut Time-Saver Standards for Landscape Design untuk jalur multi-mode diperlukan lebar kurang lebih 3 meter. Selain jalur sepeda, tentunya juga diperlukan parkir khusus untuk sepeda.
5.1.4
Vegetasi dan Satwa Ruang terbuka hijau di kawasan Fakultas Seni Rupa dan desain di
dominasi oleh hamparan rumput. Rumput yang ada kebanyakan sudah kering dan ditumbuhi oleh ilalang. Terdapat pepohonan pada beberapa titik pada tapak bagian selatan yang sudah cukup lebat dan bisa memberikan keteduhan (Gambar 15). Pada utara tapak ada beberapa tanaman yang baru ditanam (yaitu berupa Polyalthia longifolia) namun kurang rimbun dan memiliki bentuk tajuk yang tidak dapat memberikan keteduhan pada tapak. Pada bagian barat terdapat beberapa pepohonan di beberapa titik, meskipun masih kecil, jenis pepohonan yang ada di area tersebut memiliki bentuk tajuk yang dapat memberikan keteduhan nantinya. Beberapa jenis pepohonan yang ada membutuhkan perawatan tinggi karena menggugurkan daunnya. Terdapat beberapa jenis semak yang tersebar di titik-titik sembarang pada tapak. Keadaan vegetasi ini menunjukan bahwa tapak tidak terencana dan terawat dengan baik.
Gambar 15. Peta Pesebaran Vegetasi berupa pohon di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta
37
Beberapa jenis vegetasi yang ada pada tapak antara lain: Delonix regia, Schefflera sp., Filicium decipiens, Terminalia Cattapa, Polyalthia longifolia, Pennisetum purpureum, dan sebagainya. Carpenter et al. (1975) menyatakan, fungsi utama penanaman dalam kompleks pendidikan adalah untuk menciptakan kesinambungan. Vegetasi berfungsi sebagai pengikat variasi visual lingkungan menjadi satu. Penanaman pohon-pohon
besar
dari
hanya
beberapa
spesies
akan
menciptakan
kesinambungan visual. Penggunaan vegetasi sebagai penghalang maupun pembatas daerah-daerah tertentu juga perlu diperhatikan. Pada tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta sangat diperlukan vegetasi jenis pohon sebagai peneduh dengan tajuk yang lebar dan penuh, selain itu juga diperlukan tanaman pohon/semak yang bisa dijadikan buffer untuk tapak tersebut. Seperti yang tertulis dalam Time-Saver Standards for Landscape Architecture, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional, hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal. Selain itu mengingat minimnya tingkat maintenance pada tapak, alangakah baiknya jenis vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi low maintenance.
Gambar 16. Contoh vegetasi yang terserbar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta
38
Dalam tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta tidak ditemukan satwa liar maupun satwa budidaya. Tapak ini hanya menjadi habitat bagi serangga kecil, jangkrik, semut, dan sebagainya. Beberapa jenis burung kecil, kupu-kupu, kucing liar juga dapat ditemukan pada tapak. 5.1.5
Iklim Iklim di D.I. Yogyakarta memiliki temperatur harian berkisar antara
26,6°C hingga 28,8°C, dengan temperatur mínimum 18°C dan temperatur maksimum 35°C. Kelembaban udara rata-rata mencapai 74% dengan kelembaban mínimum 65% dan kelembaban maksimum 84%. Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Februari, dan April. Curah hujan tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.
Gambar 17. Perkiraan awal musim hujan 2007/2008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y8
8
Sumber Gambar: BMG
39
Gambar 18. Perkiraan sifat hujan musim hujan 2007/2008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y9
Suhu udara di kota Yogyakarta cukup panas dan tidak nyaman. Dengan temperatur harian berkisar antara 26,6°C hingga 28,8°C, sedangkan menurut Laurie (1984) kisaran nyaman berada pada rentang 10°C hingga 26,6°C. Oleh karena sangat diperlukan modifikasi iklim mikro pada tapak, untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman. Sebagai contoh tidak ada mahasiswa yang ingin memanfaatkan area plaza yang awalnya diperuntukan sebagai gathering area, alasannya adalah karena area plaza tersebut terlalu terik dan tidak ada pohon yang benar-benar teduh.
5.1.6
Tata Guna Lahan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta dibangun di atas lahan
seluas kurang lebih 38.894 m2. Didalam luasan itu terdapat gedung-gedung kuliah Fakultas Seni Rupa dan Desain plaza, ruang terbuka hijau dan lapangan parkir.
5.1.6.1 Lapangan Parkir Disekitar kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta terdapat 3 lapangan parkir terdekat. Yang pertama adalah di bagian selatan tapak, tipe 9
Sumber Gambar: BMG
40
parkir tegak lurus (90°), memiliki kapasitas sekitar
27 kendaraan roda 4,
perkerasan berupa paving block, terdapat 4 pohon yang diharapkan dapat memberikan keteduhan di areal parkir tersebut. Lapangan parkir kedua terletak di sebelah barat tapak, yaitu belakang gedung dekanat FSRD yang diperuntukan khusus untuk staff. Tempat parkir ini tidak memiliki hijauan yang cukup berarti, namun dapat dipastikan cukup teduh karena sinar matahari terhalang oleh gedung dekanat FSRD. Lapangan parkir ketiga terletak di bagian barat laut dan memanjang hingga utara tapak, tempat parkir ini diperuntukan untuk kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan bermotor roda empat.
Parkir○ 3
Parkir○ 2
Parkir○ 1
Gambar 19. Lahan Parkir yang ada di area FSRD, ISI Yogyakarta
5.1.6.2 Plaza FSRD Salah satu bentuk ruang terbuka yang ada pada kampus adalah taman kampus. Taman kampus dihadirkan untuk mewujudkan ruang rekreasi dan tempat istirahat sebagai ruang komunikasi antar civitas. Keberadaan taman ini sangat penting, terutama bagi mahasiswa. Umumnya taman kampus terletak dalam ruang-ruang mikro antara bangunan dan pada ruang ruang yang memang dibuat untuk taman. Bentuk gubahannya berupa kelompol-kelompok pepohonan, kelompok perdu, hamparan rumput, perkerasan yang dilengkapi dengan lampu
41
dan elemen hias lain. Bentuk ruang disesuaikan dengan fungsi yang diinginkan dan pada dasarnya memberikan suasana intim dan akrab. Pada FSRD tidak terdapat taman kampus, namun ada area berbentuk plaza yang memanjang dan menghubungkan 3 gedung jurusan yang ada di FSRD, dengan perkerasan batu, dan bentuk menyerupai semi-ampitheatre (Gambar 20). Namun area ini juga tidak dapat menarik banyak massa, karena tidak memiliki kenyamanan. Area yang terlalu terbuka dan sinar matahari yang tidak tertahan oleh pepohonan yang sangat jarang sekali ada dalam tapak.
Gambar 20. Peta Area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta (ditandai dengan warna abu-abu)
Sedikit berbeda dengan taman kampus, Plaza Kampus merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan universitas atau universitas dengan masyarakat. Pada kampus ISI Yogyakarta tidak terdapat ruangan seperti ini. Padahal fungsi dari ruangan ini akan sangat krusial dalam membentuk hubungan antar pengguna tapak dan sekitarnya. Keberadaan Campus Plaza juga dapat menjadi icon dan juga ciri khas tersendiri dari sebuah kampus.
42
Gambar 21. Area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta
Saat memasuki area plaza FSRD melalui entrance utama (yaitu di depan gedung dekanat, pengunjung tapak akan melewati sebuag gerbang yang menyerupai gerbang a la kuil jepang, menandai masuknya pengunjung ke area FSRD. Bentuk plaza adalah memanjang dari depan gedung dekanat FSRD hingga gedung kriya seolah olah membelah FSRD dengan sebuah amphitheatre di bagian tengahnya. Plaza ini menghubungkan antara gedung-gedung yang ada di FSRD. Amphitheatre yang ada pada tapak sangat berpotensi dijadikan point of interest utama pada lanskap FSRD. Plaza ini juga berpotensi sebagai lokasi untuk kegiatan akademik maupun non akademik. Kampus ISI yogyakarta sebagai kampus yang berwawasan seni dan budaya hendaknya mampu menghadirkan plaza kampus yang dapat mewakili nafas dari visi dan misi kampus tersebut. Keberadaannya dapat menjadi sebuah landmark dari fakultas sekaligus kampus ISI Yogyakarta, serta memberikan first impression yang kuat. Diharapkan kampus ini dapat dijadikan sebagai ruangan multifungsi yang dapat menjadi gathering area civitas akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain, sekaligus dapat memberikan identitas yang kuat bagi FSRD dan ISI Yogyakarta.
5.1.6.3 Bangunan Bangunan-bangunan yang terdapat pada area Fakultas Seni Rupa dan Desain terbagi kedalam 3 cluster utama. Cluster ini terbagi berdasarkan jurusan yang ada di FSRD, yaitu Seni Murni, Desain, dan Kriya. Bangunan jurusan Seni
43
Murni terdiri dari 3 gedung yang saling berhubungan dan berada di bagian selatan tapak. Bangunan Jurusan Desain berada di sebelah utara tapak juga terdiri dari 3 gedung yang saling berhubungan. Jurusan Kriya berada di bagian timur terdiri dari 5 buah gedung besar dan 2 bangunan yang lebih kecil. Hampir semua bangunan terdiri dari 3 level. Struktur bangunan yang ada di Fakultas seni rupa semuanya seragam, sederhana, dinding bangunan berwarna off-white, dengan atap miring yang sesuai dengan iklim tropis yang berwarna merah bata. Salah satu ciri khas bangunan yang ada di FSRD adalah bagian depan yang memiliki relief geometrik yang asimetris seperti yang dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Fasad bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta Pada lahan kosong diantara jurusan kriya dan jurusan seni murni terdapat semacam gudang terbuka yang berisi sisa-sisa patung yang merupakan hasil karya mahasiswa. Selain itu di dinding gedung kriya yang di dekat gedung seni terdapat vandalisme berupa coretan-coretan yang sangat menggangu pemandangan, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 23.
44
Gambar 23. Area pada Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta yang kurang sedap dipandang Alangkah baiknya jika studio seni patung (jurusan seni murni) ditata lebih baik sehingga memiliki nilai positif bagi tapak. Selain itu hasil karya seni patung dapat ditata menjadi semacam galeri seni outdoor yang dapat menghiasi tapak. Mengenai vandalisme pada dinding, mungkin dapat dialih fungsikan menjadi media mural bagi mahasiswa (seperti yang dapat dilihat pada Gambar 24). Sehingga mural-mural ini dapat memberikan identitas yang kuat dan nilai visual positif bagi tapak.
Gambar 24. Mural yang ada di dinding salah satu gedung jurusan desain di Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta
45
5.1.7
Potensi Visual Pandangan keluar tapak sulit dilakukan. Kalaupun dapat dilakukan maka
pemandangan adalah pemandangan ke arah pemukiman pnduduk yang kurang indah ataupun ke arah bangunan akademi kebidanan yang posisinya bersebelahan dengan bagian utara tapak. Dengan alasan itu, maka pandangan pengguna tapak dikonsentrasikan ke bagian tengah tapak, yaitu plaza FSRD. Untuk menarik pandangan ke arah lapangan, perlu adanya penataan vegetasi serta perkerasan yang menarik. Arah pandangan ke bagian yang negatif (seperti tumpukan karya seni patung, jika tidak diberikan treatmeant apapun), dapat dialihkan dengan penggunaan screen, untuk memblokir pandangan.
5.1.8
Akustik Bunyi-bunyian yang ada di dalam tapak didominasi oleh bunyi yang
berasal dari kegiatan pengguna tapak sendiri (seperti: langkah kaki, percakapan, dan sebagainya), bunyi kendaraan bermotor yang ada di dalam tapak maupun berasal dari jalan raya. Selain itu, terkadang juga terdengar suara kendaraan bermotor yang melintas di dalam maupun diluar tapak (dari jalan raya di sebelah timur tapak). Bunyi dari pemukiman dan dan sekolah yang ada diluar tapak tidak terlalu mengeluarkan suara bising. Jika ada bunyi yang ada dapat di redam dengan bantuan buffer pada perbatasan tapak.
5.2
Aspek Sosial
5.2.1 Latar Belakang ISI Yogyakarta ISI Yogyakarta didirikan pada tahun 1984, awalnya merupakan gabungan dari akademi seni dan sekolah tinggi seni. Berdasarkan Surat Keputusan Rektor ISI Yogyakarta Nomor 2874/PT.44/ UM.00.19/ 1985 tanggal 20 April 1985, ISI Yogyakarta memiliki lambang dengan bentuk kombinasi yang serasi antara motif-motif Dewi Saraswati, Angsa dan Bunga Teratai, yang dilukiskan secara linier dalam suatu bentuk dasar lingkaran (Gambar 25).Lambang tersebut merupakan hasil karya cipta dua orang dosen Fakultas Seni Rupa, yaitu Drs. Subroto Sm., M.Hum. dan Drs. Parsuki.
46
Gambar 25. Lambang ISI Yogyakarta
Lambang ISI Yogyakarta memiliki makna sebagai berikut: Dewi Saraswati sebagai inti lambang adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni, sesuai dengan tujuan Institut untuk membentuk seniman yang mempunyai sikap dan kompetensi ilmiah. Sebagai dewi yang dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan seni, Dewi Saraswati membawa di masing-masing tangannya: 1.
Lontar sebagai lambang perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan yang amat penting bagi setiap insan yang ingin menuntut ilmu.
2.
Vina atau mandolin yang lambang seni budaya, ditempatkan di tengah, mengandung arti ISI Yogyakarta menempatkan seni budaya bangsa sebagai pusat inspirasi dan kegiatan.
3.
Tasbih
atau
aksamala,
melambangkan
ketidakterbatasan
ilmu
pengetahuan yang dapat dituntut manusia sesuai falsafah belajar seumur hidup. 4.
Bunga teratai merupakan lambang kesucian, suatu syarat yang didambakan Institut untuk menjadi pegangan bagi setiap warga dalam segala tindakannya. Bunga teratai digambarkan bermahkota bunga lima helai, dua helai di belakang dan tiga helai di depan, yang berarti tanggal 23 Juli tanggal berdirinya ISI Yogyakarta. Dewi Saraswati ini dilukiskan berdiri tegak dengan wajah menatap ke depan, yang mengandung maksud bahwa setiap warga selalu siap dan waspada dalam menghadapi masa depan.
47
Angsa merupakan kendaraan Dewi Saraswati yang diartikan sebagai lambang kebijaksanaan, yakni kualitas yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap warga institut. Dalam lambang ini angsa tersebut digambarkan sebagai berikut: 1. Masing-masing sayap berbulu lima merupakan lambang Pancasila. Kedua sayap itu mengembang secara simetris ke kanan dan ke kiri, artinya dengan Pancasila warga institut berkembang terus secara imbang dan harmonis antara jasmani dan rohani, ilmu dan seni, serta pribadi dan dengan dharma baktinya kepada masyarakat dan negara. 2. Kepala agak tengadah dan menengok ke kanan, melambangkan kehendak segenap sivitas akademika selalu memihak kepada kebenaran dan kebajikan, dan dengan itu memiliki sifat berani karena benar. 3. Bunga Teratai besar bermahkota tiga helai merupakan latar belakang Dewi Saraswati laksana praba yang mengitari dirinya, artinya institut melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi didasari oleh kesucian dan keluhuran budi. Tiga daun bunga dan empat tangan Saraswati melambangkan angka tujuh, menggambarkan bulan ketujuh (Juli) bulan kelahiran ISI Yogyakarta. ISI Yogyakarta terbagi menjadi beberapa fakultas,yang kemudian dibagi lagi dalam beberapa jurusan, yaitu: 1. Fakultas Seni Rupa: a. Jurusan Seni Rupa Murni (Lukis, Patung, Grafis) b. Jurusan Kriya (Kayu, Logam dan Perhiasan, Kulit, Tekstil, Keramik) c. Jurusan Desain (Interior, Komunikasi Visual) 2. Fakultas Seni Pertunjukan a. Jurusan Seni Tari (Tari, Komposisi Tari) b. Jurusan Seni Karawitan (Karawitan, Komposisi Karawitan) c. Jurusan Etnomusikologi d. Jurusan Pedalangan e. Jurusan Teater (Pemeranan, Penyutradaraan, Tata Artistik) f. Jurusan Musik (Musik Sekolah, Musikologi)
48
3. Fakultas Seni Media Rekam a. Jurusan Televisi b. Jurusan Fotografi ISI Yogyakarta bertujuan akan menjadi institut seni yang unggul dan terdepan dalam penelenggaraan Tri Darma Perguruan Tinggi, sebagai center of excellence dalam bidang pendidikan seni, untuk menghasilkan lulusan yang bermoral, memiliki semangat kerakyatan dan kemandirian dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, yang mendukung pembangunan nasional memajukan masyarakat dan melestarikan budaya bangsa.
5.2.2
Pengguna Tapak ISI Yogyakarta memiliki 274 dosen tetap dan sekitar 2.698 mahasiswa
dari seluruh negeri, terutama dari pulau Jawa dan Sumatera. Selain itu ISI Yogyakarta juga menerima siswa dari manca negara yang berminat untuk mempelajari seni tradisional Indonesia, dalam program-program non gelar. Program studi yang popular bagi siswa asing antara lain adalah program tari tradisional, karawitan, dan batik. Data ini menunjukan bahwa pengguna tapak cukup heterogen.
5.2.3 Wawancara dan Kuesioner Untuk pengambilan data sosial dilakukan penelitian dengan metode survei dan wawancara. Wawancara pertama dilakukan kepada pihak Kampus ISI Yogyakarta. Pihak kampus, menginginkan area outdoor dapat digunakan oleh mahasiswa kampus sebagai area sosialisasi dimana mahasiswa dapata berdiskusi dan bercengkrama. Ditambah dengan adanya wi-fi technology yang merupakan feature terbaru dari kampus, diharapkan area lanskap kampus menjadi tempat mahasiswa dapat berkumpul dan memperlihatkan karya dan identitas mereka. Berdasarkan keadaan nyata pada saat survey lapang, tapak nyaris tidak pernah digunakan oleh mahasiswa maupun dosen. Berdasarkan pengamatan, aktivitas yang dilakukan di tapak hanya meliputi kegiatan berjalan (dari satu gedung ke gedung lainnya) dan menunggu teman (meeting point). Masih sangat banyak potensi yang belum dikembangkan dari tapak ini.
49
Wawancara juga dilakukan pada 3 orang mahasiswa FSRD, ISI Yogyakarta serta dilakukan survey terhadap 30 orang mahasiswa yang dipilih secara acak. Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa FSRD jarang sekali menggunakan plaza untuk sebagai tempat berkumpul dikarenakan oleh iklim yang kurang nyaman. Mereka lebih suka berkumpul di area kantin, di lobi gedung atau pada area pinggiran gedung, atau di tempat kos. Mereka biasanya berkumpul dalam grup-grup kecil 3-8 orang. Dan menurut pengakuan mereka outdoor area jarang sekali digunakan baik untuk tujuan akademis maupun non-akademis, jikalau ada kegiatan biasanya dilakukan pada sore hari pada saat iklim tapak lebih nyaman. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di ISI Yogyakarta, terhadap 30 orang responden, didapat hasil sebagai berikut: a.
83% menyatakan kondisi lanskap FSRD ISI Yogyakarta tidak nyaman, 77% memberikan alasan karena iklim yang terlalu panas.
b.
73% menyatakan tidak pernah melakukan kegiatan dalam kelompok kecil di area plaza, dengan 43% diantaranya beralasan karena tidak ada tempat khusus untuk berkumpul, 30% karena plaza tidak nyaman untuk berkumpul dan mereka memiliki tempat berkumpul lain.
c.
57% menyatakan tidak pernah melakukan kegiatan dalam kelompok besar di area plaza, 43% menyatakan pernah namun hanya jika kegiatannya dilakukan pada sore atau malam hari.
d.
93% responden akan lebih sering berada di area plaza FSRD jika suasananya lebih nyaman.
e.
47% responden menginginkan kegiatan berkelompok (diskusi, mengobrol, dsb), 33% responden menginginkan kegiatan pribadi (internet browsing dengan wi-fi, beristirahat, dsb)
f.
87% responden menginginkan penambahan tanaman.
g.
77% responden menginginkan taman berbentuk natural/organik
h.
83% menginginkan tanaman yang bersifat meneduhkan.
i.
67% responden menginginkan penambahan pepohonan.
j.
53% responden menginginkan pohon dengan daun lebat, dan 37% menginginkan pohon dengan bunga cantik.
50
k.
63% responden menginginkan penambahan seating area terbuka yang teduh untuk berkumpul, hanya 23% yang menginginkan seating area yang semi tertutup.
l.
63% responden bereaksi positif terhadap fungsi tapak sebagai point of interest FSRD
m. 43% responden bereaksi positif terhadap fungsi tapak sebagai sarana akademis (outdoor class/studio, dsb) Berdasarkan hasil survei dan wawancara diatas terlihat bahwa keinginan yang diinginkan kampus belum dapat terlaksana saat ini, dan ketika dilihat dari sudut pandang mahasiswa ternyata masalah utama terletak pada kenyamanan tapak. Jika tapak bisa menjadi lebih nyaman, maka kegiatan di dalam tapak juga dapat bertambah. Perbaikan kenyamanan yang diharapkan adalah dalam bentuk penambahan teduhan pohon yang bertajuk lebat. Penambahan fungsi tapak juga disambut positif oleh mahasiswa.