BAB V BENTUK KELEMBAGAAN LOKAL YANG MENGATUR TATA PERILAKU WISATAWAN
5.1
Gambaran Norma dan Adat Masyarakat Gili Trawangan Masyarakat
Gili
Trawangan
merupakan
masyarakat
sasak
yaitu
masyarakat asli Lombok yang bercampur dengan kebudayaan masyarakat bugis yang merupakan suku pendatang yang berasal dari Sulawesi. Masyarakat Gili Trawangan merupakan masyarakat yang identik dengan aturan-aturan Islam dikarenakan hampir seluruh masyarakatnya memeluk agama islam. Aturan Islam yang di Jadikan pedoman oleh masyarakat Gili Trawangan membuat aturan lokal di Gili Trawangan untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif yang akan berpengaruh kepada lingkungan dan masyarakat Gili Trawangan. Salah satu jenis aturan lokal yang ada di Gili Trawangan adalah Awig-awig. Awig-awig merupakan hasil kesepakatan masyarakat Sasak atau Gili Trawangan yang bersepakat dengan masyarakat Bugis atau Sulawesi yang merupakan pendatang di Gili Trawangan. Dimana masyarakat sasak dan bugis mempunyai karakter sangat kuat memegang perjanjian akan sebuah kesepakatan. Sehingga masyarakat Gili Trawangan mendasari hidupnya dengan aturan lokal tersebut yaitu Awig-awig.
5.2
Bentuk kelembagaan Lokal Awig-awig merupakan suatu bentuk kelembagaan lokal yang dibuat hasil
kesepakatan masyarakat lalu ditetapkan menjadi aturan lokal dimana aturan lokal tersebut dipercaya masyarakat cukup efektif dalam mengatur aktifitas yang berlangsung dan melindungi Gili Trawangan. Seperti yang dikatakan salah satu tokoh masyarakat (AB/47 tahun)
“… awig-awig itu masyarakat berkumpul lalu membuat kesepakan akan satu hal, selanjutnya ditetapkan sebuah aturan yang disetujui secara kebersamaan… “
29
Awig-awig merupakan aturan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Gili Trawangan. Berdasarkan tempat dan fungsinya Awig-awig dibagi menjadi empat, yaitu; 1. Awig-awig Darat merupakan aturan lokal yang berfungsi mengatur mengenai lingkungan di darat. 2. Awig-awig Laut merupakan aturan lokal yang berfungsi mengatur mengenai lingkungan dan aktifitas yang dilakukan di laut. 3. Awig-awig Gubuk merupakan aturan lokal yang berfungsi mengatur tindakan kriminal serta norma-norma lokal yang berlaku di Gili Trawangan. 4. Awig-awig Pergaulan Sosial merupakan aturan lokal yang mengatur mengenai tata pergaulan di Gili Trawangan. Berikut rincian lebih jelas mengenai isi dari aturan lokal Awig-awig, terdapat 12 Aturan lokal Awig-awig, yaitu : •
Awig-awig nomor 1 : Awig-awig mengenai larangan memakai bikini atau pakaian renang di kawasan pemukiman penduduk.
•
Awig-awig nomor 2 : Awig-awig mengenai larangan memakai narkotika.
•
Awig-awig nomor 3 : Awig-awig mengenai larangan tampil polos atau bertelanjang ditempat umum.
•
Awig-awig nomor 4 : Awig-awig mengenai larangan melakukan tindakan kriminal.
•
Awig-awig nomor 5 : Awig-awig mengenai larangan memakai kendaraan bermotor.
•
Awig-awig nomor 6 : Awig-awig mengenai larangan membuang sampah sembarangan.
•
Awig-awig nomor 7 : Awig-awig mengenai larangan berpesta ketika waktu shalat subuh tiba.
•
Awig-awig nomor 8 : Awig-awig mengenai larangan minum minuman keras di kawasan pemukiman penduduk.
•
Awig-awig nomor 9 : Awig-awig mengenai aturan zona khusus menyelam.
•
Awig-awig nomor 10 : Awig-awig mengenai zona khusus menangkap ikan.
30
•
Awig-awig nomor 11 : Awig-awig mengenai larangan menebang pohon sembarangan.
•
Awig-awig nomor 12 : Awig-awig mengenai larangan berburu binatang sembarangan. Aturan lokal atau yang biasa disebut Awig-awig oleh masyarakat Gili
Trawangan tersebut dikelompokan atau dibagi menjadi empat bagian, yaitu : 1. Awig-awig Pergaulan Sosial : Awig-awig mengenai tata cara pergaulan sosial yang ada di Gili Trawangan. Awig-awig pergaulan sosial meliputi Awig-awig nomor 1, 2, 3, 7, dan 8. 2. Awig-awig Kriminal : Awig-awig mengenai larangan melakukan tindak kriminal. Awig-awig kriminal meliputi Awig-awig nomor 4. 3. Awig-awig Darat : Awig-awig mengenai tata cara menjaga lingkungan di darat. Awig-awig darat meliputi awig-awig nomor 5, 6, 11, dan 12. 4. Awig-awig Laut : Awig-awig mengenai tata cara menjaga lingkungan di laut. Awig-awig laut meliputi Awig-awig nomor 9 dan 10.
5.3
Tujuan dibentuknya Kelembagaan Lokal Gili Trawangan merupakan pulau wisata yang terus berkembang sekarang
ini. Tahun ketahun namanya terus mendunia sehingga sektor pariwisata terus menunjukan pengembangan yang meningkat di Gili Trawangan. Kunjungan wisatawan serta fasilitas pariwisata yang ada di Gili Trawangan terus bertambah. Hal ini menimbulkan kekhawatitiran akan hal negatif yang akan di timbulkan Pariwisata. Untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif dari pertumbuhan pariwisata ini maka Gili Trawangan memagarinya dengan sebuah kelembagaan lokal yang merupakan sistem tata aturan lokal yang dibentuk berdasarkan kesepakatan masyarakat itu sendiri. Awig-awig merupakan sebuah aturan lokal yang dibentuk masyarakat Gili Trawangan berdasarkan kesepakatan bersama yang dibuat dengan tujuan untuk melindungi Gili Trawangan. Awig-awig sendiri dibuat sebagai sebuah wujud kontrol masyarakat terhadap kegiatan pariwisata yang akhir-akhir ini terus berkembang di Gili Trawangan. Awig-awig merupakan salah satu bentuk kelembagaan lokal yang dibuat masyarakat untuk melindungi daerahnya dari dampak negatif.
31
5.4
Wujud Kontrol dan Sosialisasi Aturan Lokal Terdapat wujud kontrol dan sosialisasi Awig-awig. Kontrol dari awig-
awig itu sendiri yaitu berupa sanksi yang ditentukan berdasarkan kesepakatan masyarakat Gili Trawangan. Sanksi yang diberikan kepada orang yang melanggar Awig-awig tersebut bila masih dalam perbuatan yang ringan maka akan diberikan peringatan terlebih dahulu. Tetapi bila sudah melakukan pelanggaran berat maka sanksi tersebut akan diberikan masyarakat dan hukuman tersebut berdasarkan kesepakatan masyarakat setempat atas hukuman apa yang akan diberikan kepada orang yang melanggar Awig-awig. Diantaranya beberapa sanksi yang diberikan kepada orang yang melanggar yaitu diarak keliling pulau, dikeluarkan dari pulau dan tidak boleh masuk kedalam Gili Trawangan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan masyarakat, hingga dipukuli secara beramai-ramai tidak sampai mati. Seperti yang di tuturkan salah satu tokoh masyarakat (TF/ 42 tahun)
“…bila ada yang melanggar awig-awig maka orang tersebut dapat dihukum di arak keliling pulau, dipukuli hingga tidak mati bahkan di lempar keluar pulau dan tidak boleh masuk lagi ke Gili Trawangan...” Sedangkan wujud sosialisasi Awig-awig dapat kita ketahui tersendiri dari arti Awig-awig itu sendiri yaitu merupakan aturan yang tidak tertulis, oleh karena itu sosialisasi lebih gencar dilakukan melalui media lisan. Sosialisasi tokoh masyarakat melalui media lisan kepada masyarakat dan pengunjung Gili Trawangan membantu penyebaran aturan lokal tersebut tanpa harus ditulis seperti undang-undang. Seperti yang dituturkan salah satu tokoh masyarakat (MW/40 tahun)
“…Awig-awig itu tidak seperti undang-undang yang di tulis secara pasal perpasal, tetapi awig-awig hanya aturan lokal yang dibentuk masyarakat dan diingat selalu oleh masyarakat tanpa harus di tulis seperti undangundang... “ Awig-awig bukan aturan lokal yang tertulis seperti pasal pasal yang tertulis dalam undang-undang, akan tetapi ada beberapa aturan yang di tulis dan dijadikan spanduk oleh masyarakat sekitar untuk memperkenalkan aturan baru
32
lalu di tempel di daerah-daerah tertentu di sudut-sudut pulau untuk memudahkan sosialisasi, biasanya hal ini dilakukan untuk mensosialisasikan aturan baru.
5.5
Ikhtisar Awig-awig merupakan salah satu bentuk kelembagaan lokal yang ada di
Gili Trawangan. Awig-awig merupakan aturan lokal tidak tertulis yang dibentuk masyarakat Gili Trawangan dengan kesepakatan bersama. Awig-awig dibuat berdasarkan norma serta adat masyarakat Gili Trawangan. Aturan lokal ini dibuat dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dan lingkungan Gili Trawangan. Pariwisata Gili Trawangan tahun ketahun terus berkembang sehingga dibutuhkan aturan-aturan yang dapat melindungi Gili Trawangan. Sehingga masyarakat berfikir bentuk aturan lokal seperti awig-awig lah yang cukup efektif mengelola pariwisata di Gili Trawangan ini. Berdasarkan tempat dan fungsinya Awig-awig dibagi menjadi empat, yaitu; Awig-awig Darat, Laut, Gubuk dan Pergaulan sosial. Awig-awig darat merupakan peraturan yang bertujuan melindungi lingkungan darat, Awig-awig laut merupakan peraturan yang bertujuan melindungi lingkungan di Laut, Awig-awig Gubuk merupakan peraturan mengenai larangan melakukan tindakan kriminal, Awig-awig pergaulan sosial merupakan peraturan mengenai tata perilaku dan pergaulan. Terdapat wujud kontrol dan sosialisasi masyarakat terhadap Awig-awig, yaitu dengan adanya sebuah sanksi sebagai wujud kontrol masyarakat terhadap siapapun yang melanggar Awig-awig. Awigawig merupakan aturan tidak tertulis seperti pasal dalam undang-undang maka bentuk sosialisasi masyarakat yaitu dengan mensosialisasikan secara lisan aturanaturan lokal tersebut.