BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis Pendahuluan Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Adapun tujuan utama yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu: 1. mengetahui perbedaan penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat dan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa; 2. mengetahui penguasaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang belum bersertifikat; 3. mengetahui penguasaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang sudah bersertifikat. Untuk mencapai tujuan penelitian, hasil penelitian dilaporkan dalam dua tahap. Secara rinci sebagai berikut: 1. Analisis Pendahuluan Tahap ini setiap indikator penelitian dideskripsikan menggunakan distribusi frekuensi, polygon frekuensi, ukuran tendensi pusat, ukuran dispersi, serta estimasi. 2. Analisis Lanjut Pada tahap ini adalah tahap uji hipotesis yakni uji satu sisi dengan menggunakan uji beda mean, serta uji satuan mean. Berikut merupakan
34
hasil penelitian yang diperoleh beserta pembahasannya, yang merupakan jawaban dari penelitian yang hendak dicapai. 4.1.1. Perbedaan Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru Yang Sudah Bersertifikat dan Guru Yang Belum Bersertifikat Beda penguasaan kompetensi profesional yang dimaksud disini adalah sejauh mana perbedaan penguasaan yang dimiliki oleh guru yang telah bersertifikat dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat. Hasil analisis pendahuluan terdapat 66 sampel guru di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa menunjukkan bahwa distribusi frekuensi beda penguasaan kompetensi profesional paling banyak adalah guru yang sudah bersertifikat sebanyak 36 orang (55%) dengan perhitungan tendensi pusat sebesar 87,25 serta ukuran dispersi 1,05. Setelah diestimasi menunjukkan hasil 86,907≤ µ ≤ 87,593 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat pada populasi berada antara 86,907 ke 87,593 pada tingkat konfidensi 95%. Hal ini berarti penguasaan guru yang sudah bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan adalah tinggi. Tingginya penguasaan kompetensi profesional, menunjukkan bahwa guru yang sudah bersertifikat adalah guru yang profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.1. lampiran 4 halaman 73. Sedangkan guru yang belum bersertifikat sebanyak 30 orang (45%) dengan perhitungan tendensi pusat sebesar 75,08 serta ukuran dispersi 7,71. Setelah diestimasi menunjukkan hasil 72,199 ≤ µ ≤ 77,961 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat pada populasi berada 72,199 ke 77,961 pada tingkat konfidensi 95%. Hal ini berarti penguasaan guru yang belum bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan 35
adalah rendah. Rendahnya penguasaan kompetensi ini, menunjukkan bahwa guru yang belum bersertifikat adalah guru yang tidak profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.2. lampiran 4 halaman 73. Berdasarkan hasil analisis pendahuluan tersebut, Nampak bahwa secara ratarata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi dibanding dengan guru yang belum bersertifikat lebih rendah. 4.1.2. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Belum Bersertifikat Penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat adalah skor dari penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran (RPP) dalam kaitannya dengan sertifikasi. Guru yang belum bersertifikat memeperoleh skor kurang dari 85. Sedangkan skor minimal yang harus dicapai oleh seorang guru untuk lolos sertifikasi adalah 85. Guru yang belum bersertifikat dikatakan lolos sertfikasi jika skor yang diperoleh melebihi batas minimal yang telah ditetapkan. Distribusi frekuensi dengan jumlah sampel 30 orang menggambarkan bahwa penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Amabarawa rendah. Rendahnya penguasaan kompetensi profesional ditunjukkan oleh rata-rata sebesar 75,08 dengan jumlah sampel 30 orang guru. Ukuran variasi dengan menggunakan standar deviasi kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat menunjukkan angka sebesar 7,71. Penghitungan estimasi menunjukkan hasil 72,199 ≤ µ ≤ 77,961 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat pada populasi berada 72,199 ke 77,961 pada tingkat konfidensi 95%. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.2. lampiran 4 halaman 73.
36
Berdasarkan analisis pendahuluan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi profesional dari 30 orang guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa rendah. Dikatakan rendah karena pencapaian skor penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran (RPP) guru yang be;um bersertifikat kurang dari 85. 4.1.3. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Sudah Bersertifikat Penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat adalah skor dari penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran dalam kaitannya dengan sertifikasi. Skor minimal yang harus dicapai oleh seorang guru untuk lolos sertifikasi adalah 85. Distribusi frekuensi dengan jumlah sampel 36 orang guru menggambarkan bahwa penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa dikatakan tinggi karena skor yang diperoleh dari penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran lebih dari 85. Tingginya penguasaan kompetensi profesional ditunjukkan oleh rata-rata sebesar 87,25 dengan jumlah sampel 36 orang guru. Ukuran variasi dengan menggunakan standar deviasi kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat menunjukkan angka sebesar 1,05. Penghitungan estimasi menunjukkan hasil 86,907 ≤ µ ≤ 87,593 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat pada populasi berada antara 86,907 ke 87,593 pada tingkat konfidensi 95%. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.1. lampiran 4 halaman 73. Berdasarkan analisis pendahuluan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi profesional dari 36 orang guru yang sudah bersertifikat di 37
SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa tinggi. Dikatakan tinggi karena pencapaian skor penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran guru yang sudah bersertifikat lebih dari 85. 4.2. Hasil Analisis Lanjut 4.2.1. Hipotesis 1 : Penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa. H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 > µ2 Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi beda mean sebelah kanan, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar 9, 22 sedangkan t tabel adalah 1,310. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahwa
penguasaan
kompetensi
profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi daripada guru yang belum bersertifikat. 4.2.2. Hipotesis 2 : Penguasaan kompetensi profesional guru SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang belum bersertifikat adalah rendah. Ho: µ0 = 85 H1: µ1 < 85 Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi beda mean sebelah kiri, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar -0,23 sedangkan t 38
tabel adalah -1,697. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H0 diterima dan H1 ditolak dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahwa
penguasaan
kompetensi
profesional guru yang belum bersertifikat rendah karena belum mencapai skor kurang dari 85. 4.2.3. Hipotesis 3 : Penguasaan kompetensi profesional guru SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang sudah bersertifikat adalah tinggi. Ho: µ0 = 85 H1: µ1 > 85 Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi beda mean sebelah kanan, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar 12,8 sedangkan t tabel adalah 2,457. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahwa
penguasaan
kompetensi
profesional guru yang sudah bersertifikat tinggi karena belum mencapai skor lebih dari 85.
39
4.3. Pembahasan Bagian ini, dikemukakan mengenai pembahasan atas temuan yang telah digambarkan dengan menggunakan landasan teori pada Bab II. 4.3.1. Perbedaan Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru Yang Sudah Bersertifikat Dan Guru Yang Belum Bersertifikat. Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”1. Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan program pembelajaran. ”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”2. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional. 1
Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hal. 196 2 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25
40
Hasil penelitian terhadap 36 orang guru yang sudah bersertifikat menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat sebesar 87,25 dengan ukuran dispersi sebesar 1,05. Setelah diestimasi, umumnya penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat terletak antara 86,907 ke 87,593 . Hal ini berarti penguasaan guru yang sudah bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan adalah tinggi. Tingginya penguasaan kompetensi profesional, menunjukkan bahwa guru yang sudah bersertifikat adalah guru yang profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.1. lampiran 4 halaman 73. Namun hasil penelitian terhadap 30 orang guru yang belum bersertifikat menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat sebesar 75,08 dengan ukuran dispersi sebesar 7,71. Setelah diestimasi, umumnya penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat terletak antara 72,199 ke 77,961. Hal ini berarti penguasaan guru yang belum bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan adalah rendah. Rendahnya penguasaan kompetensi ini, menunjukkan bahwa guru yang belum bersertifikat adalah guru yang tidak profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.2. lampiran 4 halaman 73. Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi dibanding dengan guru yang belum bersertifikat lebih rendah.
41
4.3.2. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Belum Bersertifikat Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”3. Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan program pembelajaran. ”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”4. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional. Kompetensi
profesional
adalah
”kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
3
Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hal. 196 4 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25
42
Pendidikan”.5 Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lain. Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki pleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah ”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”.6 Kompetensi profesional ini disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru. ”Lima kompetensi inti guru tersebut adalah: 1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri”.7
5
Ibid. hal 135. Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal.18. 7 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal 152-153. 6
43
Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap penting untuk dilaksanakan secara benar
adalah mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif. Hasil penelitian terhadap 30 orang guru yang belum bersertifikat menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi profesional diukur oleh tujuh komponen rencana pembelajaran (RPP) yaitu materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media dan sumber belajar, kegiatan-kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Dari hasil temuan masih ada guru tidak baik dalam menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Sebanyak 75,08 guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa tidak baik dalam menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP) yang menggunakan komponen penguasaan profesional. Hal ini disebabkan guru tidak menguasai kompetensi profesional sehingga guru tersebut dalam melaksanakan tugas mengajarnya belum terarah dan kreatif. Para guru masih belum memahami kompetensi profesional dan juga guru tidak terbiasa dengan kebiasaan mengajar peserta didik terlebih dahulu menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Seorang guru dikatakan belum berhasil melaksanakan tugas mengajarnya dengan terarah dan kreatif dalam mengajar.
44
4.3.3. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Sudah Bersertifikat Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”8. Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan program pembelajaran. ”Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”9. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional. Kompetensi
profesional
adalah
”kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
8
Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hal. 196 9 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25
45
Pendidikan”.10 Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lain. Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki pleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah ”seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”.11 Kompetensi profesional ini disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru. ”Lima kompetensi inti guru tersebut adalah: 1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri”.12
10
Ibid. hal 135. Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal.18. 12 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta,2007, hal 152-153. 11
46
Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap penting untuk dilaksanakan secara benar
adalah mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif. Dari hasil temuan sudah ada guru baik dalam menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Sebanyak 87,25 guru yang sudah bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa sudah baik dalam menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP) yang menggunakan komponen penguasaan profesional. Hal ini disebabkan guru menguasai kompetensi profesional sehingga guru tersebut dalam melaksanakan tugas mengajarnya terarah dan kreatif. Para guru sudah memahami kompetensi profesional dan juga guru sudah terbiasa dengan kebiasaan mengajar peserta didik terlebih dahulu menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Seorang guru dikatakan berhasil melaksanakan tugas mengajarnya dengan terarah dan kreatif dalam mengajar.
47