BAB IV PROFIL KOMUNITAS ‘Srikandi Merapi’
4.1
Profil Desa Samiran Kecamatan Selo Desa Samiran ialah salah satu dari sepuluh Desa yang terletak di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Sepuluh desa tersebut tersebar disisi sebelah timur dan utara lereng Gunung Merapi dan sebelah barat selatan lereng Gunung Merbabu. Sepuluh desa tersebut ialah Desa Jrakah, Desa Lencoh, Desa Samiran, Desa Selo, Desa Senden, Desa Tarubatang, Desa Jeruk, Desa Tlogolele, Desa Suroteleng dan Desa Klakah. Daerah yang berada di lereng Gunung Merapi dan Merbabu ini mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 1.200m dpl- 1.500m dpl. Penduduk kecamatan Selo berjumlah 26.777 jiwa dengan jumlah lakilaki 12.969 jiwa dan jumlah perempuan 13.808 jiwa. Masyarakat yang terbagi dalam 7.649 Kepala Keluarga ini memiliki tingkat pendidikan yang rata-rata cukup rendah yaitu hanya tamat SD dengan angka 9.971 jiwa dari total 24.800
jiwa.
Sebagian
besar
masyarakat
Kecamatan Selo
bermatapencaharian sebagai petani, baik petani pangan maupun peternak.1 Untuk menuju ke Kecamatan Selo dari Kota Boyolali dapat menggunakan kendaraan umum bus kecil dari pasar Sunggingan Kota Boyolali. Bus umum yang langsung menuju ke Selo sangat jarang, biasanya hanya sampai di pasar Cepogo saja, dari pasar Cepogo harus transit dan ganti dengan bus kecil lainnya yang menuju ke Selo. Namun akses menuju Kecamatan Selo juga dapat menggunakan kendaraan pribadi.
1
www.beritaboyolalikita.com/2013/11/tentang-kecamatan-selo-boyolali.html?m=1? (terakhir diakses tanggal 6 Oktober 2015 pukul 18.19 WIB)
4.2
Profil Komunitas ‘Srikandi Merapi’ Komunitas ‘Srikandi Merapi’ memiliki sekretariat yang terletak di Balai Latihan Masyarakat (BLM) Dukuh Samiran RT 02. RW 08, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Komunitas ‘Srikandi Merapi’ terbentuk atas keprihatinan terhadap situasi dan permasalahan hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan di Kecamatan Selo Boyolali. Berangkat dari keprihatinan tersebut, penggerak PKK dan beberapa bidan yang berada di Kecamatan Selo Boyolali membentuk Komunitas yang dinamakan ‘Srikandi Merapi’ guna untuk membantu mengatasi terjadinya permasalahan sosial yang berada di Kecamatan Selo. Salah satu permasalahan yang terjadi di Kecamatan Selo ialah pernikahan usia dini yang masih banyak dijumpai. Angka pernikahan dini di Kecamatan Selo terhitung tinggi. Telah penulis sampaikan pada bab I, bahwa berdasarkan catatatan KUA, pada tahun 2013 angka pernikahan dini di kecamatan Selo Boyolali mencapai 30 persen dari total seluruh angka pernikahan yang terjadi2. Dan berdasarkan data yang dimiliki oleh BKKBN Kabupaten Boyolali, menunjukan pada tahun 2013-2016 jumlah perempuan yang menikah pada rentang usia 15-20 tahun di Kecamatan Selo tergolong tinggi. Menurut data tersebut, perempuan yang menikah pada rentang usia 15-20 tahun lebih tinggi daripada perempuan yang menikah pada rentang usia 20-25 tahun atau 25 tahun keatas. Di bawah ini ialah tabel yang telah penulis rangkum:
2
Selanjutnya dapat dibaca di www.jurnalperempuan.org/pernikahan-dini-yang-jadi-pilihanmereka.html (terakhir diakses pada tanggal 5 oktober 2015 pukul 21.30 WIB)
Tabel 1. Angka Usia Kawin Perempuan di Kecamatan Selo No Bulan dan Tahun
1 2 3 4
Usia <15 Januari- Desember 2013 Januari- Desember 2014 Januari- Desember 2015 Januari- April 2016 Jumlah -
Angka Usia Kawin Perempuan Usia 15-20 Usia 20-25 Usia 25> 174 96 106 41 417
129 78 101 31 339
53 57 43 10 163
Sumber: Boyolali, BKKBN (2016) Masyarakat di Kecamatan Selo memiliki anggapan bahwa anak yang menikah muda tidak lagi menjadi beban bagi orang tua. Selain itu masyarakat di Kecamatan Selo juga beranggapan bahwa perempuan yang usianya sudah mencapai 17 tahun namun belum menikah, akan dianggap perempuan ‘tak laku’ atau ‘perawan tua’. Akibat dari pernikahan usia dini tersebut banyak ditemukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), angka perceraian tergolong tinggi, meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), serta adanya gangguan dalam pola asuh anak. Beberapa desa yang menjadi sasaran atau ruang lingkup komunitas ‘Srikandi Merapi’ ialah Desa Jrakah, Desa Lencoh, Desa Samiran, Desa Selo, Desa Senden, Desa Tarubatang, Desa Jeruk, Desa Tlogolele, Desa Suroteleng dan Desa Klakah.
4.2.1. Logo Komunitas ‘Srikandi Merapi’
Gambar 2 : Logo Komunitas ‘Srikandi Merapi’ Logo yang dimiliki oleh Komunitas ‘Srikandi Merapi’ ini sangat sederhana, Gambar bendera merah putih, melambangkan bendera Indonesia. Gambar segitiga menggambarkan gunung, karena Komunitas ‘Srikandi Merapi’
terletak di kaki Gunung Merapi. Gambar wayang,
menggambarkan tokoh dalam perwayangan, yaitu Srikandi. 4.2.2. Organisasi Komunitas ‘Srikandi Merapi’ Keanggotaan Komunitas ‘Srikandi Merapi’ ialah alumni Pelatihan Gender, Seksualitas dan Hak Kesehatan Seksual Reproduksi yang diselenggarakan oleh Institut Hak Asasi Perempuan (IHAP). IHAP ialah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berbadan hukum dan bekerja untuk mendorong penegak Hak Asasi Manusia khusunya Hak Asasi Perempuan di Indonesia. IHAP sendiri didirikan di Yogyakarta pada tanggal 8 Maret 20043. Anggota ‘Srikandi Merapi’ yang mengikuti pelatihan yang diadakan IHAP tersebut berjumlah sebanyak 35 orang yang terdiri dari: 1. Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan dan Tiap Desa di Kecamatan Selo 3
Selanjutnya dapat dibaca di https://issuu.com/instituthakasasuperempuan (terakhir diunduh 5 Mei 2016 pukul 0:48 WIB)
2. Kelompok Kerja (Pokja)
1 PKK yang
membidangi
pendidikan di Kecamatan Selo 3. Kelompok Kerja (Pokja) 4 PKK yang membidangi kesehatan di Kecamatan Selo 4. Serta seluruh anggota PKK tiap desa di Kecamatan Selo yang telah mengisi formulir anggota dan berkomitmen terhadap penanganan kasus dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Berikut ialah struktur organisasi komunitas ‘Srikandi Merapi’: PENASEHAT
PEMBINA
KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
DIVISI 1
DIVISI 2
BENDAHARA
DIVISI 3
Gambar 3: Struktur Organisasi ‘Srikandi Merapi’ Keterangan struktur organisasi: Penasehat
: Camat Kecamatan Selo
DIVISI 4
Pembina
: Ketua TP PKK Kecamatan Selo
Ketua
:Sri Hartinah (Ketua TP PKK Desa Samiran)
Wakil Ketua
:Enik Emawati (Ketua TP PKK Desa
Klakah) Sekretaris
: Siti Rokhaniah (Pokja 4 Desa Jrakah)
Bendahara
: Kiswanti (Pokja 1 Desa Lencoh)
Divisi 1 (Humas) - Koordinator
: Sri Handayani (Pokja 4 Desa Selo)
- Anggota
: Hartini (Pokja 4 Desa Tarubatang) Puji Kusumastuti (Pokja 4 Desa Jeruk) Kuswinarni (Pokja 4 Desa Klakah) Elvi Arum Dati (Pokja 4 Desa Tlogolele)
Divisi 2 (Advokasi) -
Koordinator
: Sujiati ( Sekretaris PKK Kecamatan Selo)
-
Anggota
: Dian Tinova (Pokja 4 Desa Suroteleng Seluruh Ketua TP PKK Desa se-Kecamatan Selo
Divisi 3 (Layanan dan Konseling) -
Koordinator
: Dayang Nevia R (Pokja 1 Kecamatan Selo)
-
Anggota
: Seluruh anggota Pokja 1 PKK kecamatan
Selo Divisi 4 (Pendidikan Masyarakat) -
Koordinator
: Giyanti (Warga Desa Jeruk)
4.2.3. Dinamika Komunitas ‘Srikandi Merapi’ Komunitas ‘Srikandi Merapi’
ini memiliki karakteristik
kebersamaan antar anggotanya, komunitas ini juga selalu terbuka terhadap siapapun yang ingin bergabung atau sekedar mengenal ‘Srikandi Merapi’ . Dengan adanya komunitas yang diikuti oleh beberapa anggota PKK dan bidan, masyarakat kecamatan desa Selo sangat mudah jika ingin bertemu dengan salah satu anggota ‘Srikandi Merapi’ ini, karena anggota Srikandi Merapi sendiri berasal dari beberapa desa yang tersebar di Kecamatan Selo. Kehadiran ‘Srikandi Merapi’ ini tidak hanya sebatas bersosialisasi mengenai sex education kepada masyarakat di Kecamatan Selo, namun ada beberapa kasus yang kerap kali ditangani oleh ‘Srikandi Merapi’, seperti kasus pernikahan usia dini yang juga kerap kali menjadi persoalan pemerintah. Komunitas ‘Srikandi Merapi’
saat ini tidak memiliki
agenda rutin atau program kerja yang yang disusun secara sistematis, hal tersebut dikarenakan ‘Srikandi Merapi’
sudah
bukan lagi bekerja pada tahap pengenalan kepada warga masyarakat, namun telah menangani kasus yang tidak bisa diprediksi atau dijadwalkan, oleh sebab itu komunitas ini tidak memiliki agenda rutin.