BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING
4.1
Analisa Profil Lintasan Transmisi Yang di Rencanakan Jaringan Transmisi Gelombang mikro yang direncanakan, untuk
menghubungkan link SITE MRANGGEN 2 ke dengan SITE PUCANG GADING, dapat dilihat pada peta Google Earth (gambar 4.1) :
Gambar 4.1 Peta Lokasi Perencanaan 29
Dengan analisa path profil berdasarkan peta map info, dapat diketahui kondisi wilayah tempat pengalihan jaringan transmisi microwave link yang akan direncanakan,
yaitu SITE MRANGGEN 2 dihubungkan ke SITE PUCANG
GADING. perencanaan ini bisa dilakukan dengan dengan baik. Berdasarkan data dilapangan maka dapat dianalisis sebagai berikut :
Lokasi stasiun microwave BTS Mranggen 2 (Jalan Payung Kesuman, Mranggen, Indonesia) terletak pada posisi : 07 02’ 51.07” LS
110 30’ 49.90” BT
Lokasi stasiun microwave site Pucang Gading (Jl.kebun batur RT.02/04, dusun mronggo sari, kel. Kebun batur, Kec.mranggen, Kab. Demak.) terletak pada posisi : 07o 02’ 14.78” LS
110o 29’ 27.60” BT
Antena site A yang direncakan terletak pada ketinggian 35 meter dari tanah. Antena site B terletak pada ketinggian 35 meter dari tanah Dengan posisi antena yang sudah direncanakan, perencanaan jaringan microwave SITE MRANGGEN 2 dengan SITE PUCANG GADING bisa dilakukan dengan line of sight. Seperti yang terlihat pada path profil (gambar 4.2) :
30
Gambar 4.2. Path Profil Site Mranggen 2 ke Pucang Gading Dari gambar 4.2 path profil, daerah Fresenel zone aman dari halangan, artinya tinggi halangan berupa pohon dengan ketinggian 20 meter yang ada dijalur lintasan masih jauh berada dibawah daerah fresenel zone. Dari gambar 4.2 diatas dapat diketahui kondisi lintasan jaringan transmisi adalah line of sight (LOS). Dimana antena site A pada ketinggian 35m dari permukaan tanah dan antena site B pada ketinggian 35 m dari permukaan tanah. Berikut perhitungan nilai fresnel zone, dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan 2.1
31
- Frekuensi kerja untuk
: 23000 GHz
- d1 ( jarak SITE PUCANG GADING ke obstacle )
: 1,38 Km
- d2 ( jarak SITE MRANGGEN 2 obstacle)
: 1,38 Km
- D (jarak lintasan didapat dari path profile)
: 2,76 Km
F 17,3
F 17,3
F 17,3
(d 1 xd 2 ) f (Ghz) xD( km)
(1.38x1.38) (23x2,76) (1.9044) (63,48)
F = 17,3 x 0.173 Clearance
= 2.99 meter
= 0,6 x F = 0,6 x 2.99 meter
= 1.794 meter
Dengan demikian perencanaan link budget jalur jaringan transmisi radio dapat dilakukan. 4.2
Perancangan Transmisi Microwave link Perencanaan
menghubungkan
Jaringan
Transmisi
Gelombang
mikro,
untuk
SITE MRANGGEN 2 ke SITE PUCANG GADING
menggunakan frekuensi 23 GHz, dimana frekuensi kerja untuk Transmitter 22,022 GHz dengan ketinggian tower 35 meter dari tanah, Antena microwave terletak pada posisi ketinggian 35 meter dari tanah. Frekuensi kerja untuk Receiver 23,030 GHz dengan ketinggian Tower 35 meter dari tanah. Antena 32
microwave terletak pada posisi ketinggian 35 meter dari tanah. jarak link SITE MRANGGEN 2 dengan SITE PUCANG GADING 2760 m. Penentuan posisi antena ini telah di sesuaikan dengan Bracket dan space yang tersedia di Tower tersebut. Dan juga lintasan jaringan jauh diatas ujung penghalang. dengan demikian perencanaan pengalihan jaringan microwave link bisa dilakukan dengan line of sight. Berikut gambar rancangan jaringan transmisi microwave link yang direncanakan antara SITE MRANGGEN 2 ke SITE PUCANG GADING. Dapat dilihat pada Gambar 4.3
23 GHZ
2760 m Gambar 4.3 Perancangan Jaringan Transmisi Microwave 4.3
Sistem Radio Jaringan transmisi radio link yang direncanakan, menggunakan frekuensi
23 GHz dengan range frekuensi 21,200 – 23,600 GHz, antena type A23S06HAC. Menggunakan media transmisi Coaxial cable untuk mengirim data berupa sinyal 33
digital dari In door unit (IDU) ke out door unit (ODU) atau sebaliknya. juga berfungsi sebagai saluran daya DC untuk memberi catu daya pada ODU. Jadi semua proses radio berada didalam ODU. Radio link Frekuensi terdiri dari beberapa
jenis menurut frekuensinya yaitu 7,13,15,18,23,26 sampai 38GHz,
mempunyai kapasitas transmisi 4 x 2 Mbps sampai dengan 63 x 2 Mbit/s. Dengan kapasitas transmisi 16 x 2 Mbit/s, menggunakan modulasi 28M_16QAM receiver threshold level pada BER 10-6 = - 79,50 dBm, sedangkan daya output trasmitter = 20 dBm. bit rate 84 Mbps. 4.4
Transceiver Transceiver merupakan perangkat yang berfungsi sebagai sumber tenaga
bagi BTS, pengatur daya pancar antena, pengolah sinyal, interface mobile station dengan BSC dan beberapa fungsi lainnya. Transceiver berfungsi sebagai transmitter ( pengirim ) maupun receiver ( penerima ). secara garis besarnya, peralatan – peralatan dalam sistem komunikasi radio link dapat dibedakan menjadi dua bagian antara lain : a. Transmitter (Tx) b. Receiver (Rx)
4.4.1
Transmitter (Tx) Dalam sistem radio microwave link, Sisi transmitter merupakan sebagai
sistem pemancar dalam komunikasi GSM. Dimana transmitter dibedakan menjadi dua bagian yaitu : ODU dan IDU. Maka pada sistem modulasi terjadi proses dimana sinyal informasi yang masih berbentuk analog dirubah menjadi bentuk
34
digital kemudian proses pemodulasian sinyal tersebut dengan frekuensi cerrier dengan menggunakan modulasi. sinyal informasi yang masih berupa sinyal Intermediate Frequency (IF) diubah menjadi sinyal Radio Frequency (RF) pada up-converter, kemudian ditransmisikan HPA (High Pawer Amplifier). pada sisi ODU sinyal dipancarkan melalui antenna. 4.4.2
Receiver (Rx) Seperti halnya pada sisi transmitter, sisi receiver sebagai sistem penerima
dalam komunikasi GSM. Dimana receiver juga dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : IDU dan ODU. Pada sinyal informasi yang masuk LNA (Low Noise Amplifier), sinyal tersebut dirubah kembali kedalam bentuk IF pada Down Converter, kemudian pada modem terjadi pemisahan antara sinyal IF dengan Frekuensi carriernya kemudian sinyal tersebut dirubah kembali kedalam sinyal analog.
4.5
Perangkat pemancar dan penerima radio RTN950 Dalam perencanaan jaringan layanan komunikasi selular GSM, yang akan
menghubungkan link antara SITE MRANGGEN 2 dengan SITE PUCANG GADING ini, menggunakan Perangkat komunikasi radio type RTN950 . dibawa ini diagram perangkat pemancar dan penerima komunikasi radio type RTN950, seperti terlihat pada gambar 4.4 :
35
Gambar 4.4 Perangkat Radio RTN950 Dalam perencanaan sistem transmisi microwave link ini Peralatan dibagi menjadi tiga bagian diantaranya :Antenna, ODU dan IDU. Seperti terlihat dibawah ini : 4.5.1
In door Unit ( IDU ) Seperti terlihat pada diagram IDU gambar 4.4. IDU berfungsi sebagai
pengontrol dari sistem komunikasi selular GSM. Dimana IDU
sebagai
pengaturan parameter yang ingin dilakukan dalam perencanaan ini. IDU juga berfungsi sebagai multiplexer dari input sistem atau demultiplexer. Bagian-bagian IDU terdiri dari :
a. IF Unit adalah sebagai Interface kejaringan IDU dan ODU. b. Service Switching Unit berfungsi sebagai Time Slot Crossconnect unit atau sebagai Packet Switching Unit . c. Service interface unit berfungsi sebagai Penerjemah data dalam bentuk modulasi E1 or Modulasi dalam Bentuk paket paket IP. 36
d. Auxilary interface unit berfungsi penyedia komunikasi antara perangkat lain, alarm dan sync data. e. Clock Unit berfungsi sebagai Penyedia fungsi proses Clock dan support fungsi eksternal Clock sebagai input or output f. Control Unit berfungsi sebagai pengontrol Switching, dan Multiplexing (TDM). g. Power Unit berfungsi sebagai Catu daya ke perangkat. h. Fan berfungsi sebagai pedingin perangkat
4.5.2
Out Door Unit (ODU) bagian Receiver Gambar 4.5 memperlihatkan sistem kerja perangkat ODU bagian receiver.
Pada sinyal informasi yang masuk LNA, kemudian sinyal tersebut dirubah kembali kedalam bentuk IF
pada Down Converter, pada modem terjadi
pemisahan antara sinyal IF dengan Frekuensi carriernya kemudian sinyal tersebut dirubah kembali kedalam sinyal analog dari output ODU
Sinyal base band
IF demodulator
RF down- converter
LNA Antena
osilator
Gambar 4.5. Diagram ODU receiver
37
4.5.3
Outdoor unit (ODU) Bagian Transmitter Gambar 4.6 memperlihatkan sistem kerja perangkat ODU bagian
transmitter. Pada ODU sinyal base band dari IDU masuk ke modulator, dari modulator sinyal base band ditumpangkan ke sinyal cerrier
dimana sinyal
informasi yang masih berupa sinyal IF diubah menjadi sinyal RF pada upconverter. kemudian dikuatkan dayanya oleh HPA sinyal dipancarkan melalui antenna. Sinyal base band
RF
IF Up- converter
modulator
HPA
osilator
Gambar 4.6. Diagaram ODU transmitter
4.6
Antena Transceiver Antena merupakan alat yang tak terpisahkan dari sistem komunikasi radio.
Karena antena adalah suatu alat atau piranti yang berfungsi untuk memancarkan atau menerima gelombang radio. Selain itu juga antena diharapkan untuk mampu mengoptimalkan energi radiasi pada arah tertentu dan menekan energi radiasi pada arah lainya. Dalam perencanaan ini menggunakan antena parabola type A23S06HAC dengan diameter antenna 0,6 meter. Dapat dilihat pada gambar 4.7
38
Antena
Gambar 4.7 Antena type A23S06HAC
4.7
Analisa link budget dari SITE MRANGGEN 2 menuju SITE PUCANG GADING (up link) Pada bagian ini akan dihitung perencanaan up link budget dari SITE
MRANGGEN 2 menuju SITE PUCANG GADING dengan diameter antena 0.6 m. Perencanaanya seperti gambar 4.8 berikut :
39
Uplink Frequency 22,022 GHZ
2760 m
Gambar 4.8 Perencanaan Up-link hop Site Mranggen 2 Ke SITE PUCANG GADING
4.7.1
Perhitungan Gain Antena Untuk frekuensi operasi 22,022 GHz dan diameter antena 0,6 meter. Maka
diperoleh penguatan antena sebagai berikut : Gain antena pemancar dan penerima dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2) : G
= 20 log (f) + 20 log (d) + 17,8 = 20 log 22,022 + 20 log 0,6 + 17,8 = 26,857 + (- 4,436) + 17,8
G
= 40,221 dB
40
4.7.2
Effective Isotropic Radiated Power ( EIRP ) EIRP adalah daya pancar sebuah sistem transmisi yang telah mengalami
redaman pada konektor serta kabel penghubung kemudian dikuatkan oleh penguat antenna. - Transmitter output range (Ptx)
: 20 dBm =
- Antena ( parabolic diameter)
: 0,6 m
- Range Frequency
: 21,2 – 23,6 GHz
- Loss feeder tx
:
- Frekuensi Kerja
: 22,022 GHz
diabaikan = 0
Maka nilai EIRP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3) : EIRP
= PTx (dBm) + GTx (dB) – LfTx (dB) = 20 dBm + 40,221 dB – 0 = 60,221 dBm
Jadi besar daya yang dipancarkan oleh sistem Pemancar adalah 60,221 dBm. 4.7.3
Free Space Loss (FSL) FSL adalah redaman yang terjadi diudara bebas, besarnya sendiri
tergantung pada besarnya frekuensi yang digunakan dan panjangnya lintasan, untuk jarak 2.76 Km dan frekuensi 22,022 GHz, maka redaman pada ruang bebas diperoleh dengan persamaan (2.5) :
41
FSL (dB)
= 32,4 + 20 log f (MHz) + 20 log D(km) = 32,4 + 20 log (22022) + 20 log (2.76) = 32,4 + 86,857 + 8.818 = 128,075dB
4.7.4
Isotropic Receive Level (IRL)
IRL adalah level daya penerimaan antena di SITE PUCANG GADING adalah sebagai berikut : -EIRP
: 60,221 dBm
-FSL
: 128.075 dB
-IRL
= EIRP – FSL = 60,221dBm – 128,075 dB = - 67,854 dBm
Jadi penerimaan daya oleh antena penerima sebesar -67,854 dBm.
4.7.5
Receive Signal Level (RSL) Besar daya yang diterima pada receiver di SITE PUCANG GADING
adalah - Gain antena Rx
: 40,224 dB
- Loss feeder
: diabaikan =0
- IRL
: -67.854 dBm
Maka nilai RSL dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.7) : RSL
= IRL + GRX – Lt = - 67,854 dBm + 40,224 - 0 = -27,63 dBm
Jadi besar daya perimaan oleh sistem penerima sebesar -27,63 dBm. 42
4.7.6
Fade Margin ( FM ) Fade margin dihitung dengan mempertimbangkan receiver threshold pada
suatu bit-error rate (BER) yang dikehendaki, Selama ketidak pastian lingkungan propagasi masih dalam cakupan fade margin, sistem radio masih dapat bekerja dengan baik, namun bila fade margin ini terlewati, maka sistem akan mengalami outage atau unavailable Fade margin merupakan selisih daya penerimaan terhadap treshold, untuk daya penerimaan (RSL) = -27,63 dBm dengan treshold (-79,50 dBm) maka dapat dihitung dengan persamaan (2.8) : FM
= RSL – Nth = -27,63 dBm – (-79,5 dBm) = 51,87 dB
4.8
Perhitungan (Down link) Budget dari SITE PUCANG GADING menuju Site Mranggen 2 Pada bagian ini akan dihitung perencanaan down link budget dari SITE
PUCANG GADING menuju SITE MRANGGEN 2 dengan diameter antena 0,6 m. Perencanaan down link seperti gambar 4.9 berikut :
43
Downlink Frequency 23,030 GHZ
2760 m Gambar 4.9 Perencanaan Downlink hop Site Mranggen 2Ke SITE PUCANG GADING
4.8.1
Perhitungan Gain Antena Untuk frekuensi operasi 23,030 GHz dan diameter antena 0,6 meter. Maka
diperoleh penguatan antena sebagai berikut : Gain antena pemancar dan penerima dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2) :
G
= 20 log (f(GHZ)) + 20 log (D(m)) + 17,8 = 20 log (23,030) + 20 log (0,6) + 17,8 = 27,245 + (-4,436) + 17,8 = 40,609 dB
4.8.2 Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) 44
- Transmiter output range (Ptx)
: 20dBm
- Antena
: 0,6 m
- Frekuensi Band
: 21,2 - 23,6 GHz
- Frekuensi kerja down link
: 23,030 GHz
- Loss feeder
: Diabaikan
- Gain tx
: 40,609 dB
Maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3) EIRP
= Ptx + Gtx – Lftx = 20 dBm + 40,609 dB – 0 = 60,609 dBm
Jadi besar daya yang dipancarkan oleh sistem Pemancar adalah 60,609 dBm
4.8.3
Free Space Loss (FSL) FSL adalah redaman yang terjadi diudara bebas, besarnya sendiri
tergantung pada besarnya frekuensi yang digunakan dan panjangnya lintasan, untuk jarak 2.76 Km dan frekuensi 23,030 GHz, maka redaman pada ruang bebas dapat diperoleh dengan persamaan (2.5) : FSL
= 32,4 + 20 log f (GHz) + 20 log D (Km) = 32,4 + 20 log ( 23030 ) + 20 log ( 2,76 ) = 32,4 + 87,245 + 8,818 = 128.463 dB
4.8.4
Isotropic Receiver Level (IRL) 45
IRL adalah level daya penerimaan antena di SITE PUCANG GADING, yakni: - EIRP
= 60,609 dBm
- FSL
= 128,463 dB
Maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.6) : IRL
= EIRP – FSL
IRL
= 60,609 dBm – 128,463 dB = -67,854 dBm
Jadi penerimaan daya oleh antena sebesar penerimaan -67,854 dBw.
4.8.5
Receiver Signal Level (RSL) Besar daya yang diterima pada receiver di SITE PUCANG GADING
adalah: - loss feeder
: diabaikan = 0
- IRL
: - 67,854 dBm
- Gtx
: 40,609 dB
Maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.7) RSL
= IRL + GRx – LfRx = -67,854 + 40,609 - 0 = -27.245 dBm
Jadi besar daya perimaan oleh sistem penerima sebesar -27,245
4.8.6
Fade Margin (FM)
46
Fade margin merupakan selisih daya penerimaan terhadap treshold, untuk daya penerimaan (RSL) =-27,245 dBm dengan treshold (-79,5 dBm) maka dapat dihitung dengan persamaan (2.8) : FM
= RSL – Nth = -27,245 dBm – (-79,5 dBm) = 52.255 dB
Dari perhitungan besar Fade margin didapat 52.255 dB.
4.9
Hasil Analisis Link budget Setelah dihitung dengan menggunakan persamaan – persamaan pada Bab
II, maka hasil kalkulasi link dan kualitas penerima baik untuk Up link maupun Down link dapat dilihat pada tabel (4.1) hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Hasil perhitungan Link budget HASIL PERHITUNGAN
NO
UP LINK
DOWN LINK
(22.022 GHz)
(23.030 GHz)
PARAMETER
1
GAIN ANTENA
40.221dBi
40.609 dBi
2
EIRP
60.221 dBm
60.609 dBm
3
FSL
128.075 dB
128.463 dB
4
IRL
-67,854 dBm
-67.854 dBm
5
RSL
-27.63 dBm
-27.245 dBm
6
FADE MARGIN
51.87 dB
52.255 dB
47
4.9.1 Perhitungan Link budget dengan mengatur power Transmit Setelah dihitung dengan menggunakan persamaan – persamaan pada Bab II, maka hasil kalkulasi link
dan
kualitas penerima untuk Up link maupun
Downlink dengan mengatur Power Transmit nya dapat dilihat pada tabel (4.2) hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil perhitungan Link budget dibandingan dengan Power Transmit Untuk Kualitas penerimaan Uplink (F=22,022 GHz) TX Power
EIRP
FSL
IRL
RSL
FM
(dBm)
(dBm)
(dB)
(dBm)
(dBm)
(dB)
20
60.221
128.075
-67.854
-27.630
51.870
19
59.221
128.075
-68.854
-28.630
50.870
18
58.221
128.075
-69.854
-29.630
49.870
17
57.221
128.075
-70.854
-30.630
48.870
16
56.221
128.075
-71.854
-31.630
47.870
15
55.221
128.075
-72.854
-32.630
46.870
14
54.221
128.075
-73.854
-33.630
45.870
13
53.221
128.075
-74.854
-34.630
44.870
12
52.221
128.075
-75.854
-35.630
43.870
11
51.221
128.075
-76.854
-36.630
42.870
10
50.221
128.075
-77.854
-37.630
41.870
9
49.221
128.075
-78.854
-38.630
40.870
8
48.221
128.075
-79.854
-39.630
39.870
7
47.221
128.075
-80.854
-40.630
38.870
6
46.221
128.075
-81.854
-41.630
37.870
5
45.221
128.075
-82.854
-42.630
36.870
4
44.221
128.075
-83.854
-43.630
35.870
3
43.221
128.075
-84.854
-44.630
34.870
2
42.221
128.075
-85.854
-45.630
33.870
1
41.221
128.075
-86.854
-46.630
32.870
48
0
40.221
128.075
-87.854
-47.630
31.870
Tabel 4.3 Hasil perhitungan Link budget dibandingan dengan Power Transmit Untuk Kualitas penerimaan Downlink (23,030 GHz) TX Power
EIRP
FSL
IRL
RSL
FM
(dBm)
(dBm)
(dB)
(dBm)
(dBm)
(dB)
20
60.609
128.464
-67.855
-27.246
52.254
19
59.609
128.464
-68.855
-28.246
51.254
18
58.609
128.464
-69.855
-29.246
50.254
17
57.609
128.464
-70.855
-30.246
49.254
16
56.609
128.464
-71.855
-31.246
48.254
15
55.609
128.464
-72.855
-32.246
47.254
14
54.609
128.464
-73.855
-33.246
46.254
13
53.609
128.464
-74.855
-34.246
45.254
12
52.609
128.464
-75.855
-35.246
44.254
11
51.609
128.464
-76.855
-36.246
43.254
10
50.609
128.464
-77.855
-37.246
42.254
9
49.609
128.464
-78.855
-38.246
41.254
8
48.609
128.464
-79.855
-39.246
40.254
7
47.609
128.464
-80.855
-40.246
39.254
6
46.609
128.464
-81.855
-41.246
38.254
5
45.609
128.464
-82.855
-42.246
37.254
4
44.609
128.464
-83.855
-43.246
36.254
3
43.609
128.464
-84.855
-44.246
35.254
2
42.609
128.464
-85.855
-45.246
34.254
1
41.609
128.464
-86.855
-46.246
33.254
0
40.609
128.464
-87.855
-47.246
32.254
49
4.10 Analisa Hasil Pengukuran Link budget dengan menggunakan data planning menggunakan Pathloss 4.0
Mranggen 2 Elevation (m) Latitude Longitude True azimuth (°) Vertical angle (°) Antenna model Antenna height (m) Antenna gain (dBi)
Pucang Gading
32.00 07 02 51.07 S 110 30 49.90 E 293.81 -0.16 A23S06HAC
Circ. branching loss (dB) Frequency (MHz) Polarization Path length (km) Free space loss (dB) Atmospheric absorption loss (dB) Net path loss (dB)
24.87 07 02 14.78 S 110 29 27.60 E 113.82 0.14 A23S06HAC
35.00 40.40
35.00 40.40
1.70
1.70
23000.00 Vertical 2.76 128.52 0.53 51.65
51.65
Radio model 23G_XMC2_16Q_28M_84M 23G_XMC2_16Q_28M_84M TX power (watts) 0.10 0.10 TX power (dBm) 20.00 20.00 EIRP (dBm) 58.70 58.70 Emission designator 28M0D7W 28M0D7W TX Channels 23A1L 22022.0000V 23A1H 23030.0000V RX threshold criteria BER 10-6 BER 10-6 RX threshold level (dBm) -79.50 -79.50 RX signal (dBm) Thermal fade margin (dB)
-31.65 47.85
Geoclimatic factor Path inclination (mr) Fade occurrence factor (Po) Average annual temperature (°C)
-31.65 47.85
2.32E-05 2.58 2.45E-05 10.00
Worst month - multipath (%) (sec) Annual - multipath (%) (sec) (% - sec)
100.00000 1.08e-03 100.00000 3.23e-03 100.00000 - 0.01
Rain region 0.01% rain rate (mm/hr) Flat fade margin - rain (dB) Rain rate (mm/hr) Rain attenuation (dB) Annual rain (%-sec) Annual multipath + rain (%-sec)
ITU Region P 145.00 47.85 187.28 47.85 99.99604 - 1249.96 99.99604 - 1249.97
Fri, Mar 15 2013 Reliability Method - ITU-R P.530-7/8 Rain - ITU-R P530-7
50
100.00000 1.08e-03 100.00000 3.23e-03
4.11
Hasil Pengukuran Link budget
4.11.1 Hasil Pengukuran Link budget dari Site Mranggen 2 menuju Site Pucang Gading Dari hasil pengukuran di lapangan Site Mranggen 2 to Pucang Gading dengan memasukkan data sesuai dengan Link budget yang sudah direncanakan di awal, dimana site Mranggen 2 sebagai TX low sebagai berikut : Table 4.4 Table Parameter Site Mranggen 2 to Pucang Gading No
Parameter
Keterangan
1
Channel Bandwidth
28 MHZ
2
Jenis Modulation
16 QAM
3
Frekuensi Kerja
22022 MHZ
4
Power Transmit
18 dBm
5
Equipment Type
SDH
51
Gambar 4.10 Link Configuration Site Mranggen 2 ke Site Pucang gading Didapatkan RSL (actual RX Power) -34,3 dBm, masih masuk dalam range yang diharapkan sekitar ± 3dBm
4.11.2 Hasil Pengukuran Link budget dari Site Pucang Gading menuju Site Mranggen 2 Untuk Hasil pengukuran di lapangan Site Pucang Gading to Site Mranggen 2 dengan memasukkan data sesuai dengan Link budget yang sudah direncanakan di awal, dimana site Mranggen 2 sebagai TX High sebagai berikut : Table 4.4 Table Parameter Site Pucang Gading to Site Mranggen 2 No
Parameter
Keterangan
1
Channel Bandwidth
28 MHZ
2
Jenis Modulation
16 QAM
3
Frekuensi Kerja
23030 MHZ
4
Power Transmit
18 dBm
5
Equipment Type
SDH 52
Gambar 4.11 Link Configuration Site Pucang gading ke Site Mranggen 2 Didapatkan RSL (actual RX Power) -37,9 dBm, Tidak masuk dalam range yang diharapkan sekitar ± 3dBm
53