BAB IV PENUTUP
Disertasi ini merupakan studi tentang pengaruh perilaku merokok terhadap produktifitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan merokok. Disertasi ini terdiri dari dua Esai. Esai I membahas pengaruh status merokok terhadap status kesehatan paru-paru, dan pengaruh kesehatan paru-paru terhadap produktifitas. Esai II membahas pengaruh informasi risiko, biaya kesehatan dan status kesehatan paruparu terkini terhadap keputusan untuk merokok. Perilaku merokok dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan individu. Semakin lama seseorang merokok akan berpengaruh pada berkurangnya kapasitas paru-parunya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Esai I menganalisis hubungan antara status merokok dengan produktivitas kerja yang diproksi dengan menggunakan variabel jam kerja per minggu. Status merokok yang diwakili variabel lama merokok individu berpengaruh negatif terhadap status kesehatan yang diwakili variabel kapasitas paru-paru. Penggunaan variabel kapasitas paru-paru ini dikarenakan perilaku merokok sangat erat kaitannya dengan kesehatan paru-paru individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama individu merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru mereka. Hal ini sangat dimungkinkan karena kandungan zat-zat berbahaya dalam rokok dapat berakibat buruk terhadap kesehatan paru-paru sehingga dapat menurunkan fungsi paru-paru individu. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lama merokok secara signifikan berpengaruh 169
terhadap probabilitas terjadinya morbiditas akut pada individu. Kondisi kesehatan dapat
berpengaruh
terhadap
produktivitas
kerja seseorang.
Hasil
estimasi
produktivitas yang diwakili oleh jam kerja per minggu menunjukkan bahwa kondisi kesehatan yang diukur dengan kapasitas paru-paru berpengaruh positif terhadap jam kerja individu per minggu
dengan elastisitas kurang dari satu.
Terdapat pengaruh negatif lama merokok terhadap kapasitas paru-paru dan terdapat pengaruh positif kapasitas paru-paru terhadap jam kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku merokok sangat berpengaruh terhadap gangguan kesehatan seseorang, terutama kesehatan paru-parunya. Akan tetapi, banyak ditemukan perokok aktif yang tidak mengetahui risiko merokok terhadap kesehatan. Informasi tentang
risiko merokok dan besarnya biaya kesehatan masih kurang
diperoleh masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah. Oleh karena itu, eksperimen laboratorium dilakukan dengan treatment pemberian informasi risiko merokok dan biaya kesehatan akibat merokok. Hal ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh informasi tersebut terhadap keputusan individu untuk merokok. Di samping kurangnya informasi tentang risiko dan biaya kesehatan akibat merokok, masih banyak terdapat perokok aktif yang tidak mengetahui kondisi kesehatannya terkini. Studi-studi sebelumnya jarang menggunakan ukuran kesehatan objektif untuk menilai kondisi kesehatan individu sehingga terdapat ancaman adanya bias dalam penilaian status kesehatan tersebut. Oleh karena itu, studi ini juga melakukan eksperimen dengan treatment berupa pemeriksaan kesehatan paru-paru terkini dengan menggunakan spirometri. 170
Terdapat perbedaan keputusan individu untuk merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi dengan adanya pemberian informasi kesehatan paru-paru terkini. Keputusan untuk merokok tidak berbeda dengan adanya diberi informasi yang berupa risiko dan biaya kesehatan akibat merokok. Dengan kata lain, informasi yang terkait dengan kondisi kesehatan paru-paru terkini masing-masing individu lebih berpengaruh daripada informasi yang bersifat umum. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan individu untuk merokok masih lebih banyak di kelompok treatment informasi yang berupa film dibandingkan dengan individu pada kelompok treatment spirometri. Seperti diketahui informasi tentang risiko kesehatan saat ini masih berupa tulisan dan gambar pada sebagian kemasan rokok. Hasil penelitian ini justru menunjukkan bahwa informasi yang berupa audio visual pun kurang berpengaruh terhadap keputusan individu untuk merokok atau tidak merokok. Tersedianya informasi biaya kesehatan yang saat ini pun masih jarang diketahui oleh masyarakat, masih kurang berpengaruh pada keputusan merokok individu. Informasi yang lebih tepat bagi individu adalah informasi yang menyangkut kondisi kesehatan terkini masing-masing individu, terutama informasi tentang kesehatan paru-paru terkini. Keputusan untuk merokok pada saat eksperimen juga dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi setiap harinya, individu cenderung memutuskan untuk mengonsumsi rokok pada saat eksperimen. Ketika informasi tentang risiko dan biaya kesehatan akibat merokok maupun informasi tentang status kesehatan paru-paru terkini dipaparkan, perokok membuat 171
pilihan yang berorientasi masa depan. Hasil eksperimen berimplikasi bahwa perokok lebih peduli tentang kondisi kesehatan masing-masing daripada informasi tentang risiko dan biaya kesehatan. Informasi yang bersifat umum tentang risiko merokok mungkin kurang efektif dibandingkan dengan informasi tentang status kesehatannya terkini. Ketika perokok mengetahui kapasitas paru-parunya mulai menurun, mereka menginterpretasikan informasi ini sebagai berkurangnya masa hidupnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa perokok cenderung meng-update status kesehatannya. Perokok cenderung tidak bereaksi terhadap informasi tentang risiko dan biaya kesehatan. Terdapat temuan penting bahwa status kesehatan terkini merupakan pesan informasi, di mana pengalaman pribadi dari risiko kesehatan akibat merokok merupakan informasi yang efektif untuk mengubah keputusan merokok individu. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa informasi tentang status kesehatan paru-paru terkini berpengaruh terhadap jumlah rokok yang dikonsumsi. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini sangat penting untuk mendesain kebijakan terkait dengan informasi untuk mengurangi dampak negatif rokok. Untuk penelitian selanjutnya, terkait pengujian pengaruh kapasitas paru-paru terhadap produktifitas, akan lebih baik jika dalam model mengontrol penggunaan bahan bakar utama untuk memasak dalam rumah tangga sehingga dapat dibatasi bahwa perubahan kapasitas paru-paru bukan karena polusi asap bahan bakar dalam rumah. Perlu diperhatikan juga faktor lingkungan dan budaya dalam melindungi anak-anak dari efek negatif asap rokok.
172
Peneliti juga merencanakan untuk melakukan eksperimen lapangan (field experiment) terkait dengan perilaku merokok dengan memberikan treatment tertentu di masyarakat dan mengevaluasinya dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat diketahui efektivitas treatment terhadap masyarakat. Hal ini bertujuan agar dapat dirumuskan kebijakan yang tepat untuk mengurangi risiko kesehatan akibat merokok dan menerapkannya di seluruh Indonesia karena prevalensi merokok di Indonesia masih tergolong tinggi. Penelitian lebih lanjut terkait dengan konseling agar perokok menghentikan konsumsi rokoknya juga diperlukan. Program konseling yang tepat menurut usia, konseling peer, konselor intergenerasi, dan berbagai jenis program bagi remaja dan anak muda perokok perlu dilakukan. Penelitian tersebut diperlukan karena selama ini masih belum tersedia program bagi perokok anak-anak atau perokok remaja kurang mampu untuk mengurangi dampak negatif merokok bagi kesehatan.
173