BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL
Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek, kemudian menyiapkan data hasil pengukuran yang didapat dari hasil pengukuran. Pelaksanaan pendataan dengan menggunakan sebuah rangkaian dan dilakukan secara berulang-ulang supaya dihasilkan data yang benar-benar tepat. Sebelum melakukan pendataan terlebih dahulu mempelajari alat tersebut kemudian menentukan titik pengukuran. Adapun hasil pendataan ini akan dijadikan perbandingan dengan teori yang menunjang.
4.1.
Persiapan Perangkat Keras Sebelum membuat rangkaian yang akan digunakan sebagai pendataan
bahan ilmiah, terlebih dahulu mempersiapkan alat yangdiperlukan sebagai penunjang pada saat melakukan pengujian pada rangkaian. Adapun alat dan bahan yang diperluakan adalah sebagai berikut : 1. Rangkaian Photocell. 2. Timer 24 jam SUL 181h. 3. Multimeter digital digunakan untuk mengukur nilai tegangan.
46 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.
Pengujian setiap blok Sebelum melaksanakan pengujian dan pendataan pada rangkaian terlebih
dahulu memeriksa hubungan hubungan pada rangkaian. Langkah selanjutnya adalah menentukan test point untuk pengujian pada rangkaian yang akan di data. Adapun proses pengujian switch yang dilakukan adalah sebagai berikut : o Posisi switch Manual o Posisi switch Off o Posisi switch Otomatis
Gambar 4.1. Wiring rangkaian Manual Off Otomatis
47 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.3.
Pengujian Remote Kontrol Remote Control ini pada posisi switch otomatis ini yaitu menggunakan
output dari saklar otomatis ke rangkaian remote control. Di dalam remote control sendiri bekerja berdasarkan
yang di keluarkan menjadi dua output yaitu ke
rangkaian photocell dan timer 24 jam. Hal dapat dilihat dari gambar wiring dibawah ini :
Gambar 4.2. Wiring rangkaian Otomatis dengan Remote Control
4.3.1. Rangkaian Sensor Gelombang ultrasonik adalah gelombang dengan besar frekuensi diatas frekuensi gelombang suara yaitu lebih dari 20 KHz. Seperti telah disebutkan bahwa sensor ultrasonik terdiri dari rangkaian pemancar ultrasonik yang disebut transmitter dan rangkaian penerima ultrasonik yang disebut receiver. Sinyal
48 http://digilib.mercubuana.ac.id/
ultrasonik yang dibangkitkan akan dipancarkan dari transmitter ultrasonik. Ketika sinyal mengenai benda penghalang, maka sinyal ini dipantulkan, dan diterima oleh receiver ultrasonik. Sinyal yang diterima oleh rangkaian receiver dikirimkan ke rangkaian mikrokontroler untuk selanjutnya memberikan perintah kepada robot agar bergerak menjauhi penghalang tersebut sesuai dengan algoritma program mikrokontroler yang dibuat, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.3. Prinsip kerja sensor ultrasonik
4.3.2. Pemancar Ultrasonik (Transmitter) Pemancar Ultrasonik ini berupa rangkaian yang memancarkan sinyal sinusoidal berfrekuensi di atas 20 KHz menggunakan sebuah transducer transmitter ultrasonik dan sinyalnya difokuskan melalui sebuah corong/pipa. Pada penggunaannya, akan digunakan 3 buah pemancar yang masing-masing mengirimkan sinyal dengan frekuensi yang berbeda-beda.
49 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.4. Rangkaian Pemancar Ultrasonik
4.3.3. Penerima Ultrasonik (Receiver) Penerima Ultrasonik ini akan menerima sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh pemancar ultrasonik dengan karakteristik frekuensi yang sesuai. Sinyal yang diterima tersebut akan melalui proses filterisasi frekuensi dengan menggunakan rangkaian band pass filter (penyaring pelewat pita), dengan nilai frekuensi yang dilewatkan telah ditentukan. Kemudian sinyal keluarannya akan dikuatkan dan dilewatkan ke rangkaian komparator (pembanding) dengan tegangan referensi ditentukan berdasarkan tegangan keluaran penguat pada saat jarak antara sensor kendaraan mini dengan sekat/dinding pembatas mencapai jarak 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/
minimum untuk berbelok arah. Dapat dianggap keluaran komparator pada kondisi ini adalah high (logika ‘1’) sedangkan jarak yang lebih jauh adalah low (logika’0’). Logika-logika biner ini kemudian diteruskan ke rangkaian pengendali (mikrokontroler).
Gambar 4.5. Rangkaian Penerima ultrasonik
51 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4.
Pengujian switch posisi manual Pada posisi switch manual ini yaitu sangat sederhana karena langsung
menggunakan output dari saklar manual ke relay atau dapat dilihat dari gambar wiring dibawah ini :
Gambar 4.6. Wiring rangkaian switch manual
Setelah merakit rangkaian wiring di dalam panel maka, rangkaian tersebut langsung berfungsi dengan baik. Bisa dikatakan baik karena telah di uji yang dengan mematikan dan menghidupkan switch manual off secara beberapa kali yang hasilnya berfungsi dengan baik.
52 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.7. Hasil pengujian posisi saklar manual
4.5.
Pengujian switch posisi Off Pada posisi switch off yaitu memutar switch ke posisi tengah atau nol
sehingga tidak ada tegangan yang dikeluarkan ke output pengontrolan, sangat sederhana karena langsung dapat dilihat dari gambar wiring dibawah ini :
53 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.8. Wiring posisi switch off
Setelah switch pada posisi off maka yang terjadi adalah netral tidak mengalirkan tegangan atau kondisi lampu dalam keadaan mati. Dalam hal ini dilakukan berkali-kali dan hasilnya tetap sama dan dapat ini di lihat di bawah ini.
54 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.9. Hasil pengujian posisi saklar off
4.6.
Pengujian switch posisi otomatis Pada posisi switch otomatis ini yaitu menjadi dua keluaran ke input
rangkaian photocell dan timer 24 jam yang dapat dikontrol dengan remote kontrol atau dengan menekan tombol pilihan 1 dan 2 pada receiver.
4.6.1. Otomatis dengan input Rangkaian Photocell Pada posisi saat posisi ini, switch dengan input masukan photocell yang dapat di saklar dengan menekan tombol 1 pada receiver. Bisa juga mengatur transmiter remote ke arah posisi input masukan photocell pada reciver panel
55 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sehingga langsung berfungsi rangkaian photocell dengan mengarahkan atau menempatkan Light Dependent Resistor (LDR) kearah ruangan yang bercahaya atau ke arah datanganya sianar matahari.
Gambar 4.10. Wiring posisi switch otomatis dengan Rangkaian Photocell
Pengoperasian rangkaian photocell yang paling utama adalah cara mengarahkan kabel mata LDR (light dependent resistor) ke arah datanganya sinar matahari. Photocell menggunakan prinsip kerja resistor dengan sensitivitas cahaya (LDR=Light Dependent Resistor). Apabila kondisi mendung maka akan terlihat gelap maka nilai resistansi akan menjadi rendah sehingga arus mengalir dan lampu akan menyala. Sebaliknya pada kondisi terang, nilai resistansi menjadi tinggi sehingga arus tidak dapat mengalir dan lampu akan mati. Pada waktu nilai
56 http://digilib.mercubuana.ac.id/
resitansinya rendah maka akan memberi input relay dan apabila resistansi tinggi maka akan menutup input ke relay. Mengoperasikan perintah dari switch tombol manual yang ada pada receiver jika ada pengoperasian tombol oleh operator, maka akan mengaktifkan normally open (NO) pada receiver yang memberikan input ke rangkaian photocell. Jika dalam keadaan pagi atau matahari telah terbit maka jika dilakukan percobaan dengan menekan tombol no 1 pada receiver maka tidak akan menghidupkan beban lampu karena nilai resistansi LDR sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari gambar 4.11 dibawah ini:
Gambar 4.11. Hasil pengujian posisi switch otomatis dengan menekan tombol 1
57 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Atau bisa juga perintah datang dari tombol remote transmiter yang ditekan tombolnya untuk memberikan sinyal ultrasonik di atas 20 KHz kepada receiver yang mengatifkan normally open (NO), Sehingga akan menghubungkan power kontrol ke rangkaian photocell. Di rangkaian photocell akan mendapatkan masukan input power yang akan mengaktifkan rangkaian kerja photocell yang telah dirangkai di printed circuit board (PCB). Jarak pengoperasian remote kontrol ke receiver maksimal 4 – 5 meter. Jika dalam keadaan malam hari maka jika dilakukan percobaan dengan menekan tombol no 1 pada transmitter maka akan menghidupkan beban lampu dengan hasil bagus karena nilai resistansinya rendah.
Gambar 4.12. Hasil pengujian posisi switch otomatis 1 dengan remote kontrol
58 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.6.2. Otomatis dengan input Timer 24 jam Pada posisi saat posisi ini, switch dengan input masukan timer 24 jam dengan pengaturan setting waktu yang di gunakan untuk menyalakan atau waktu untuk mematikan lampu yang di kontrol. Pengontrolan dapat di lakukan dengan menekan tombol 2 pada receiver. Bisa juga mengatur transmiter remote ke arah posisi input masukan timer 24 jam pada receiver panel sehingga langsung berfungsi timer 24 jam dengan mensetting dahulu sebelum digunakan.
Gambar 4.13. Wiring posisi switch otomatis dengan Timer 24 Jam
Pengoperasian timer 24 jam dengan cara mengeset timer pada kuncup biru lingkaran pada per 30 menit x 48 kuncup.Yang lebih dulu dilakukan sebelum pengesetan adalah menyamakan waktu jam sekarang pada timer 24 jam. Lakukan pengesetan kuncup biru bila kita arahkan tertutup maka normally close (NC), bila
59 http://digilib.mercubuana.ac.id/
kita arahkan terbuka maka normally open (NO). Pada waktu kuncup terakhir itulah berfungsi normally close (NC) dan normally open (NO) bekerja sesuai dengan pengesetan. Ini bisa dilihat pada gambar 4.14.
Gambar 4.14. Pengesetan waktu Timer 24 Jam
Mengoperasikan perintah dari switch tombol manual yang ada pada receiver jika ada pengoperasian tombol oleh operator, maka akan mengaktifkan normally open (NO) pada receiver yang memberikan input ke timer 24 jam. Saat pengesetan timer ini adalah di samakan dulu jam dan menitnya waktu sekarang, kemudian lakukan pengesetan kuncup – kuncup waktu per 30 menit Pada saat sedang lagi setting maka jika kuncup dibikin terbuka maka (normally open) dan
60 http://digilib.mercubuana.ac.id/
jika kuncup tertutup maka (normally close). Selisih waktu jam normal dengan waktu setting di timer adalah kurang lebih 10 menit.
Gambar 4.15. Hasil pengujian posisi switch otomatis dengan menekan tombol 2
Dari gambar di atas lampu tidak langsung menyala karena waktu yang disetting pada timer bekerja sesuai dengan settingan awalnya yang bekerja 1 jam berikunya. Jika memberikan perintah datang dari tombol remote transmiter yang ditekan tombolnya untuk memberikan sinyal ultrasonik di atas 20 KHz kepada receiver yang mengatifkan normally open (NO), Sehingga akan menghubungkan power kontrol ke timer 24 jam. Di timer 24 jam akan mendapatkan masukan input
61 http://digilib.mercubuana.ac.id/
power yang akan mengaktifkan settingan waktu yang telah di set sebelumnya. Jarak pengoperasian remote kontrol ke receiver maksimal 4 – 5 meter.
Gambar 4.16. Hasil pengujian posisi switch otomatis 2 dengan remote kontrol
Dari gambar di atas lampu menyala karena waktu yang disetting pada timer bekerja sesuai dengan sesuai settingan awalnya. Kalaupun kita tombol 2 transmitter remote kontrol ke receiver panel maka akan tetap menyala dan kalau tekan lagi maka lampu akan mati.
62 http://digilib.mercubuana.ac.id/