BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
A. Data Mentah Data hasil penelitian diolah untuk distandarisasikan dengan T-Score karena satuan nilai dua kelompok test berbeda. Hasil tes Vo2 Max dan teknik bermain dalam pertandingan yang berlangsung 2x45 menit
terhadap
atlet sepakbola
Pomnas Jabar Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku V02 Max, Teknik Bermain Sebelum Distandarisasi Dengan T-Score Nilai Ratarata
Simpangan Baku
Varians
Jumlah
Tes kebugaran Jasmani ( Vo2 Max)
47.11
1.2
1.4
1177.7
Teknik Bermain
8.08
0.69
0.5
202
Bentuk Tes
Rata-rata kebugaran jasmani atlet sepakbola Pomnas adalah 47.11 dengan standard deviasi 1.2. Hasil tes teknik bermain rata-rata yang diperoleh adalah 8.08 standard deviasi 0.69. Secara keseluruhan nilai hasil tes kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut: 60 40 20 0
tester V02max-balke
Diagram 4.1 Tes kebugaran Jasmani, Teknik Bermain Sebelum Distandarisasi Dengan T-Score
65
66
B. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Setelah dilakukan penghitungan dan tes kebugaran Jasmani, stopping passing, heading, dan shooting. Maka langkah selanjutnya adalah hasil tes diolah secara statistik guna menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Pengolahan dan analisis data dilakukan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan pada Bab III. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung jumlah, rata-rata dan simpangan baku dari tes kebugaran Jasmani, teknik bermain setelah distandarisasi dengan menggunakan tscore. Hasil dari pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut : Tabel 4.2 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Tes dengan T-Score Kebugaran Jasmani, Teknik Bermain Nilai Simpangan Bentuk Tes Varians Rata-rata Baku
No 1 2
Tes kebugaran Jasmani VO2 Max
49.99
9.98
99.6
Teknik Bermain
50
10.26
105.3
Berdasakan hasil standarisasi dengan T Score maka diperoleh hasil rata-rata kemampuan kebugaran jasmani setelah distandarisasikan dengan T Score adalah 49.99 dengan standard deviasi 9.98 dan variansi sebesar 99.6. Rata-rata nilai kemampuan teknik bermain adalah 50 dengan standard deviasi 10.26 dengan varians 105.3
67
C. Uji Homogenitas Uji homogenitas adalah salah satu prasyarat uji hipotesis dengan uji parametrik. Apabila data berdistribusi normal dan homogen maka uji hipotesis menggunakan uji parametrik. Apabila data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen maka uji hipotesis menggunakan uji non-parametrik. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Homogenitas Kesamaan Variansi Tes Kebugaran Jasmani dan Teknik Bermain Kelompok Tes Kebugaran Jasmani (V0 2 Max) Teknik Bermain
Nilai Varians 99.6 105.3
F max
F tabel
Kesimpulan
105.3:99.6= 1.05
2.84
Homogen
Kriteria pengujian homogenitas adalah terima Ho jika, F(1- α )(n-1)< F
(n 1 -1, n 2 -1) dan tolak Ho jika F >F 1 α (V 1 ,V 2 ). Atas dasar hasil pengujian 2
kesamaan dua variansi pada Tabel 4.3 diketahui bahwa hasil F max = 1.052 < 2.84 dari F-tabel = pada dk = (25-1) dengan taraf nyata α =0,05. Ho H1
= Sampel kelompok data homogen = Sampel kelompok data tidak homogen Berdasarkan hasil pengujian kesamaan dua variansi hasil tes kedua
kelompok maka disimpulkan bahwa data yang diperoleh homogen karena hasil uji F Max lebih kecil dari F tabel. D. Uji Normalitas Setelah didapatkan nilai rata-rata dan simpangan baku dari kedua kelompok tes tersebut, selanjutnya dilakukan uji normalitas. Pengujian dilakukan
68
sebagai tahap awal untuk melakukan analisis statistik guna menentukan pengujian. Hasil penghitungan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Tes Kebugaran Jasmani, dan Teknik Bermain Butir Tes Tes Kebugaran Jasmani ( Vo 2 Max) Teknik Bermain
L hitung
L Tabel
Kesimpulan
0.173
Normal
0.108 0.164
Hasil penghitungan dengan uji normalitas lilifors yaitu nilai Lo terbesar untuk kebugaran jasmani sebesar 0.108, nilai lo teknik bermain
adalah 0.164.
Nilai kritis L pada taraf signifikansi 0.05 (25) adalah 0.173. Hal ini berarti nilai Lo hasil tes adalah < L tabel artinya terima Ho yang menyatakan bahwa data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas yang menyatakan bahwa data berdistribusi normal dan hasil uji homogenitas yang menyatakan bahwa data homogen maka uji statistik yang tepat adalah uji parametrik. E.
Uji Koefisien Korelasi Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung korelasi, yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Besarnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (rxy). Hasil penghitungan korelasi dapat dilihat pada tabel 4.5 halaman 72 berikut:
69
Tabel 4.5 Besarnya Hubungan Antar Variabel Kebugaran Jasmani, dan Teknik Bermain No 1
Variabel Kebugaran Jasmani dengan Teknik Bermain
Koefisien Korelasi
Interpretasi korelasi
0.81
Sangat Kuat
Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh korelasi antara hubungan kebugaran jasmani dengan teknik bermain sebesar 0,81. Berdasarkan interpretasi korelasi maka disimpulkan bahwa korelasi sangat kuat. F. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Setelah diperoleh nilai korelasi hubungan antara variabel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan pendekatan uji t. Uji signifikansi ini adalah untuk melihat keberartian ketiga hubungan tersebut dan perbedaannya. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antar Variabel Kebugaran Jasmani, Stopping Passing, Heading, Dribbling, dan Shooting Korelasi rx1y1
t Hitung 6.68
t Tabel 2.069
Signifikansi Signifikan
Dari hasil signifikansi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan Teknik bermain karena t
hitung
yaitu 6.68 > Ttabel (2.069), pada derajat kepercayaan 95% N= 25 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan keterampilan bermain pada atlet sepakbola Pomnas Jabar Tahun 2009.
70
G.
Diskusi Penemuan Berdasarkan pengolahan data Statistika yang telah dilakukan, diskusi
penemuan pada penelitian ini adalah tentang hubungan kebugaran jasmani dengan teknik bermain dalam sepakbola Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar bagi latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan teknik dasar dalam sepakbola. Seorang atlet yang memiliki kebugaran yang prima mampu melatih gerakangerakan teknik dalam waktu yang lebih lama dan menerima materi latihan guna meningkatkan keterampilan dasar sampai pada tahap mahir. Bermain dan berlatih adalah dua hal yang berbeda pada saat bermain kemampuan teknik sangat menentukan penguasaan bola. Waktu permainan yang relatif panjang akan menguran tenaga. Seorang dengan tingkat kebugaran jasmani yang baik akan lebih konsistem menerapkan teknik bermain dengan kualitas yang sama seperti pada awal pertandingan atau hanya kurang sedikit. Tugas untuk meningkatkan kemampuan teknik dasar sampai tingkat tinggi dengan kesempurnaan gerakan dalam permainan sepakbola harus dilatih dengan sistematis dan berulang-ulang. Latihan teknik dilakukan secara bertahap dalam waktu yang cukup. Latihan dengan waktu yang cukup tidak dapat dilakukan oleh atlet dengan kebugaran jasmani yang rendah. Kebugaran jasmani yang baik akan membuat seorang atlet dapat berlatih lebih lama, sehingga gerakan – gerakan dapat dilakukan dengan sempurna selain itu tubuh akan bereaksi lebih cepat untuk mengambil keputusan untuk bergerak di lapangan. Di lapangan pemain dituntut bergerak cepat dan berbeda setiap permainan. Tubuh dengan kebugaran yang baik mampu melatih diri dan lebih
71
siap menerima kondisi apapun di lapangan. Proses melatih gerakan teknik dalam sepakbola tidak dapat dilatih secara instan, diperlukan aspek fisik sebagai faktor yang utama sepeti kebugaran tubuh. Giriwijoyo dan Zafar (2010:21) menegaskan bahwa:” Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik/ kebugaran jasmani sehingga masalah kemampuan fisik / jasmani merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia.” Di lapangan, terutama pada saat bertanding, kemampuan teknik dan kebugaran jasmani merupakan modal yang sangat penting untuk meningkatkan kesempatan menguasai pertandingan dan memenangkannya. Teknik yang tidak ditunjang dengan kebugaran jasmani tidak akan berkembang dan tidak dapat digunakan secara maksimal. Meningkatkan kebugaran dapat dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan efisiensi latihan baik dari sisi waktu maupun manfaat, faktor istirahat, dan kelelahan yang dialami serta beban latihan kebugaran. Latihan untuk meningkatkan kebugaran dapat dilakukan sesuai dengan bentuk-bentuk latihan yang tepat yang memenuhi unsur-unsur seperti kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya tahan, dan fleksibilitas anggota tubuh dalam melatih gerakan –gerakan teknik dalam sepakbola. Menurut Giriwijoyo dan Zafar (2010:21) bahwa:” Pembinaan /penigkatan derajat kebugaran jasmani berarti pembinaan peningkatan derajat sehat maupun kerja fisik”. Seseorang dengan kemampuann kerja fisik yang tinggi mampu melakukan latihan-latihan teknik dalam sepakbola seperti shooting- passing, heading, shooting, dan dribbling secara berkelanjutan. Semakin diulang dan diperbaiki maka kemampuan teknik yang dimiliki akan semakin baik.
72
Kemampuan Stopping-passing sangat penting dalam permainan sepakbola. Semua anggota tim harus memiliki kemampuan passing yang baik terutama pada saat mengoper bola dan memberikan kesempatan kepada teman satu tim untuk membawa bola, menjaga agar bola tidak dikuasai lawan, menghindari tekanan lawan, mengalihkan perhatian lawan dengan mengoper bola atau menyusun serangan yang dapat memberikan hasil maksimal. Seseorang dengan tingkat kebugaran yang baik dapat melakukan stopping- passing lebih cepat dan sering tanpa kelelahan berarti atau lengah akibat lelah. Seseorang dengan kebugaran jasmani yang baik dapat menggerakan bola dengan cepat sehingga menciptakan ruang yang terbuka yang lebih besar dan berpeluang melakukan tendangan dengan keterampilan dan ketepatan. Seseorang dengan kebugaran yang baik dapat melakukan latihan passing lebih lama dan lebih baik. Mielke yang dialihbahasakan Setiawan (2003: 19) menyatakan bahwa:” passing membutuhkan banyak teknik yang sangat penting agar dapat menguasai bola”. Melakukan stooping pada saat sulit seperti terhadang lawan dan posisi datangnya bola kencang memerlukan latihan tersendiri. Latihan untuk melakukan variasi gerakan sangat dibutuhkan agar tubuh memiliki otomatisasi gerak dan memberi respok lebih cepat terhadap bola-bola yang sulit dihentikan. Latihan hanya dapat dilakukan oleh seseorang dengan kebugaran fisik yang baik. Oleh karena itu pada saat melakukan shooting seorang atlet harus memiliki kebugaranfisik yang baik agar mampu menguasai gerakan menghentikan bola dari tingkat mudah sampai tingkat yang sulit kemudian melakukan tembakan atau operan.
73
Heading terutama pada saat berada di daerah lawan
sangat penting,
terutama pada saat menerima atau memperebutkan bola-bola hasil tendangan sudut. Melakukan heading tidak mudah karena heading dengan teknik yang salah dapat berakibat fatal. Seorang pemain dengan kebugaran yang baik dapat melakukan heading lebih baik yaitu meloncat lebih tinggi, melompat ke depan, dan mengarahkan heading ke gawang lawan atau daerah tidak terjaga kiper, menjatuhkan diri, tetap diam dan mengarahkan bola dengan tepat ke gawang, atau teman satu tim. Seseorang dengan kebugaran prima dapat melakukan heading dengan konsisten baik gerakan maupun teknik heading yang digunakan. Bola yang diheading berasal dari lemparan ke dalam passing atas atau tendangan. Kekuatan datangnya bola berbeda-beda. Bola untuk diheading dari hasil tendangan lebih keras dan cepat. Oleh karena itu kondisi jasmani yang prima dibutuhkan agar tubuh siap menerima bola, kaki yang menopang lebih kuat, otot leher tidak mengalami cedera, dan bola dapat diarahkan pada daerah lemah lawan ( gawang yang tidak terjaga). Perebutan bola sangat sengit terutama di daerah gawang. Pemain lawan akan berusaha merebut bola dan tidak membiarkan bola diarahkan ke gawang melalui heading. Seorang pemain harus memiliki kebugaran yang baik agar dapat bergerak lebih cepat, menghindari tandukan lawan, melompat lebih tinggi, menjemput bola dan berpindah tempat dengan cepat untuk mengantisipasi hadangan lawan pada saat akan melakukan heading. Mielke yang dialihbahasakan Setiawan (2003: 19) menyatakan bahwa:” cara yang paling baik untuk melakukan keterampilan dalam heading adalah dengan meningkatkan kemampuan meloncat. Memenangkan heading mungkin mengharuskanmu untuk meloncat melebihi
74
pemain lawan.” Seseorang dengan fisik yang lemah dikhawatirkan tidak mampu meloncat tinggi, hilang keseimbangan pada saat mendarat, atau cedera pada bagian leher. Shooting tidak hanya diartikan menembak tapi lebih kepada akurasi baik ketepatan untuk teman satu tim atau ketepatan shooting ke daerah gawang lawan yang tidak terjaga. Dalam permainan sebenarnya, shooting yang diarahkan ke gawang lawan mungkin terjaga dan dapat kuasai lawan. Seorang dengan kebugaran jasmani yang baik akan mampu bergerak cepat merebut bola kembali atau mengambil posisi menghadang lawan. Shooting membutuhkan gerakan awalan seperti gerak membalik Cruyff yang cepat dan bisa memanfaatkan ruang yang cukup untuk melakukan shooting. Dribbling yang berhasil sering dilakukan dengan agresif dan lincah. Seorang pemain harus mengembangkan kemampuan dribbling dengan cepat dan mampu berhenti mendadak tanpa kehilangan keseimbangan dan konsentrasi. Berlari, menggiring bola dengan tetap fokus, menjaga keseimbangan pada saat berlari atau mengindar hadangan lawan
dilakukan selama hampir selama
permainan. Seorang dengan fisik yang lemah tidak mungkin melakukan dribbling dalam waktu yang lama. Kebugaran fisik merupakan fondasi utama dalam melatih atau bermain bola selain waktu permainan yang cukup lama, persaingan bermain yang ketat dalam memperebutkan bola dan memenangkan permainan, kemampuan teknik diuji baik kesempurnaan gerakan maupun efektivitasnya.