45
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kabupaten Sambas dengan fokus lokasi penelitian pada kawasan pesisir kecamatan Paloh propinsi Kalimantan Barat dengan luasan 53.235 hektar. Daerah penelitian ini terletak pada 1º35135” Lintang Utara serta 2º05143” Lintang Utara dan 109º38156” Bujur Timur serta 109º28127” Bujur Timur. Pemilihan kecamatan Paloh sebagai lokasi penelitian didasari oleh beberapa pertimbangan yaitu: (1) kecamatan Paloh merupakan salah satu kawasan pesisir yang mempunyai daya tarik ekowisata pantai dan bahari yang disusun oleh ekosistem khas, (2) ketersediaan data yang cukup menunjang dalam pelaksanaan penelitian, dan (3) lokasi penelitian yang relatif dekat dengan Ibu Kota kabupaten Sambas (berjarak 50 km) dan merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Peta lokasi penelitian disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
46
Penelitian yang
meliputi tahapan persiapan hingga konsep dan
perencanaan serta penyerahan tesis dilakukan selama 12 (dua belas) bulan, terhitung dari bulan Desember 2010 sampai dengan Desember 2011. 4.2. Alat dan Data 4.2.1.
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat keras
(hardware) antara lain laptop, GPS, kamera, dan printer. Sedangkan perangkat lunak (Software) yang digunakan meliputi microsoft office (Word, Exel, Power Point) dan Arc View GIS 3.3. Adapun perangkat lunak dan keras yang akan digunakan sesuai kegunaannya dalam penelitian ini tertera pada Tabel 10. Tabel 9. Perangkat Keras, Perangkat Lunak, dan Kegunaannya Perangkat Keras Laptop
Perangkat Lunak Word Exel Power Point Arc View GIS 3.3
Kegunaan Pengetikan Tabulasi data Presentasi Pemasukan data, pengolahan data vektor dan pembuatan peta
GPS
Tracking lokasi
Kamera
Dokumentasi
Printer
Percetakan
Alat Ukur Parameter Wisata
Identifikasi parameter wisata pantai dan bahari (terlampir)
Alat-Alat Tulis Pencatatan dan pendeleniasian peta di lapangan
47
4.2.2. Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Data Penelitian No.
1.
2.
3.
4.
Data/Informasi Peta : a. Peta Rupa Bumi kecamatan Paloh b. Peta Administrasi kecamatan Paloh c. Peta Lingkungan Laut Nasional kecamatan Paloh d. Peta Citra Landsat-ETM Kecamatan Paloh e. Peta RTRW/RPJP kabupaten Sambas f. Peta Hidrooseanografi Kondisi Fisik Lokasi Penelitian : a. Sejarah b. Letak geografis c. Topografi d. Hidrologi e. Kondisi tanah f. Iklim g. Tata guna lahan h. Potensi pariwisata i. Perkembangan kegiatan masyarakat j. Sarana dan prasarana yang tersedia
Objek dan Atraksi Wisata : a. keberadaan (letak dari jalan utama) b. Estetika dan keaslian c. Transportasi dan aksessibilitas d. Atraksi dan keunikan e. Fasilitas pendukung f. Ketersediaan air bersih g. Dukungan masyarakat. Stakeholders : a. Masyarakat b. Pemerintah c. Pihak swasta d. LSM
Sumber
Jenis Data
Bappeda Bappeda Bakosurtanal
Sekunder
Lab. GIS IPB Bappeda Dinas Kelautan
BPS
Sekunder
Wawancara dan Survei Lapangan
Primer
Wawancara dan Kuisioner
Primer
48
4.3. Metode Penelitian 4.3.1. Pendekatan Penelitian 1.
Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan Metode ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian serta membantu pengumpulan informasi-informasi umum terdahulu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah bukubuku, majalah-majalah, brosur-brosur, dokumen-dokumen, yang berkaitan dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1995). Data yang diperlukan untuk penunjang penelitian sesuai dengan batasan dan perumusan masalah seperti pada bab I didapatkan berupa hardcopy dan softcopy melalui instansi pemerintah daerah, internet, pustaka buku, dan lain-lain.
1. Wawancara Wawancara atau interview merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dan responden. Kegiatan wawancara secara langsung menggunakan panduan wawancara dengan berbagai pihak yaitu instansi terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha (pengusaha), dan masyarakat. Sedangkan penyebaran kuisioner kepada responden dilakukan secara purposive sampling, dalam hal ini yang menjadi responden adalah masyarakat di lokasi penelitian. Sebaran jumlah responden berdasarkan ketersediaan objek/atraksi wisata di masing-masing desa.
2. Partisipasi Partisipasi merupakan salah satu bentuk cara mencari data utama atau informasi dalam metode penelitian kualitatif. Cara melakukan pengumpulan data ialah melalui keterlibatan langsung peneliti dengan objek yang diteliti. Jika objek tersebut merupakan masyarakat atau kelompok individu, maka peneliti harus berbaur dengan yang diteliti (immersion) sehingga peneliti data mendengar, melihat, dan merasakan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh objek yang sedang diteliti. Karena teknik ini menghendaki pengenalan secara mendalam, maka waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data atau
49
informasi menjadi lama. Semakin lama peneliti berbaur dengan yang diteliti, maka peneliti akan dapat mempelajari pola dan perilaku objek yang diteliti (Sarwono, 2006). 3.
Survei Lapangan Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati, meneliti, dan mengukur kejadian yang sedang berlangsung, sehingga diperoleh data yang faktual dan aktual. Pengamatan lapangan dilakukan untuk menggali potensi sumber daya yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai objek/atraksi ekowisata. Pengamatan lapangan juga dilakukan untuk memperoleh posisi dari masing-masing objek/atraksi, jalur sirkulasi, fasilitas ekowisata sebagai hasil pengembangan dari pemetaan partipatif yang dilakukan masyarakat berupa penentuan koordinat titik yang diperlukan dalam proses pemetaan dengan SIG.
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode dalam meneliti status suatu objek, kondisi atau peristiwa dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi pustaka, wawancara, dan survei lapangan. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan caracara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Atas dasar konsep tersebut, maka berbagai data yang diperlukan dalam penelitian ini sesuai dengan masing-masing tujuan penelitian dan ketiga teknik pengumpulan data di atas dapat dilihat pada Tabel 11.
50
Tabel 11. Pengumpulan dan Analisis Data Pada Masing-Masing Tujuan Penelitian No
Tujuan Penelitian
Data
Metode Pengumpulan Data - Wawancara - Studi pustaka - Survei lapang
Metode Analisis yang Digunakan Modifikasi Mc Kinnon (1986) dan Gunn (1994)
1
Mengidentifikasi dan menganalisis potensi sumber daya ekowisata
Letak, estetika dan keaslian, transportasi dan aksessibilitas, atraksi dan keunikan, fasilitas pendukung, ketersediaan air bersih, dan dukungan masyarakat
2
Menganalisis kesesuaian dan daya dukung kawasan ekowisata
Kedalaman dasar perairan, material dasar perairan, kecerahan perairan, tipe pantai, penutupan lahan pantai, ketersediaan air tawar, tutupan karang hidup, dan luasan kawasan objek/atraksi
- Wawancara - Studi pustaka - Survei lapang
Bakosurtanal (1996), Boullion (1985) dan modifikasi WTO (1992)
3
Mengidentifikasi dan menganalisis peran serta masyarakat
Aktivitas sosial budaya
- Wawancara - Partisipasi - Survei lapang
Metode (2006)
4
Mengintegrasikan potensi sumber daya ekowisata untuk pengembangan kawasan
Hasil analisis data yang telah dilakukan
- Wawancara - Studi pustaka - Survei lapang
Analisis perencanaan lanskap
PRA
4.3.2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian ini meliputi tiga tahapan yang meliputi: 1. Persiapan, tahapan ini merupakan tahapan yang dilakukan sebelum melaksanakan riset. Hal-hal yang dilakukan dalam tahapan ini berupa penentuan sasaran dan tujuan penelitian, serta penyiapan perangkat-perangkat penelitian. 2. Riset, tahapan ini mecakup kegiatan inventarisasi, analisis dan sintesis data. Tahapan ini dilakukan terhadap data yang diperoleh berdasarkan studi pustaka, wawancara, dan pengamatan secara langsung di lapangan. Selain itu juga dibuat peta tematik digital yang berdasarkan faktor-faktor dasar yang terdiri dari sumber daya ekowisata di lokasi penelitian. Pemetaan dilakukan dengan perangkat lunak SIG (Arc View GIS 3,3).
51
3. Perencanaan kawasan, merupakan tahapan yang dilakukan untuk membuat konsep dan penentuan zona-zona potensial ekowisata pesisir berbasis masyarakat di kecamatan Paloh kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
Ketiga tahapan penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Persiapan Tahapan persiapan ini bertujuan untuk menentukan sasaran, tujuan, dan penyiapan perangkat-perangkat penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi : a) Menyusun rancangan penelitian Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kondisi fisik kawasan dan kegiatan masyarakat di lokasi penelitian. b) Memilih lokasi Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan mengasumsikan bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh dari pada konteks. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan oleh beberapa hal diantaranya kemudahan dalam mendapatkan data dan informasi serta besarnya potensi yang dimiliki kawasan yang akan dijadikan lokasi penelitian. c) Mengurus perizinan Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti. d) Menjajaki dan menilai keadaan Setelah kelengkapan administrasi diperoleh sebagai bekal legalisasi pelaksanaan penelitian, maka hal yang sangat perlu dilakukan adalah proses penjajakan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena penelitilah yang
52
menjadi alat utamanya maka penelitilah yang akan menentukan apakah lapangan merasa terganggu oleh kegiatan penelitian yang dilakukan sehingga banyak data yang tidak dapat digali/tersembunyikan/disembunyikan, atau sebaliknya bahwa lapangan menerima kita sebagai bagian dari anggota mereka sehingga data apapun dapat digali karena mereka tidak merasa terganggu. e) Memilih dan memanfaatkan informan Ketika melakukan penjajakan dan mensosialisasikan diri di lapangan, hal penting lainnya yang perlu dilakukan yaitu menentukan patner kerja sebagai informan yang dapat memberikan informasi banyak tentang keadaan lapangan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian.
2. Riset Tahapan ini mencakup tahapan inventarisasi, analisis dan sintesis data. Inventarsasi merupakan kegiatan pengumpulan dan penyediaan data/informasi yang dibutuhkan sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Keseluruhan data, baik data primer maupun sekunder dikumpulkan untuk diedit dan ditabulasi sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif dan tabulatif sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini secara umum menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif terdiri dari metode identifikasi yang merupakan kegiatan yang dilakukan setelah semua informasi dan data terkumpul yang didasarkan atas fokus penelitian yang telah disebutkan di atas. Identifikasi sederhana dilakukan berdasarkan poin-poin penting dan hal-hal yang menarik maupun kesamaan informasi maupun pandangan responden melalui wawancara dan kuisioner. Metode inventarisasi, yaitu pengelompokan data berdasarkan hasil identifikasi yang disandingkan dalam satu kesatuan data yang didasarkan fokus studi serta sumber informasi. Inventarisasi juga dilakukan sebagai dasar penyusunan kerangka kerja penelitian. Interpretasi/penafsiran dilakukan setelah pengaitan antar data, interpretasi juga dilakukan dengan disertai teori yang relevan. Sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif, melalui metode analisis yang dipilih, peneliti dapat membuat interpretasi dan dapat mempunyai kekuatan argumentasi didasarkan data yang diperoleh di lapangan.
53
Zonasi adalah pendekatan yang dapat membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan suatu kawasan wisata. Penentuan zona kawasan ekowisata dilakukan berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing zona kawasan tersebut. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis spasial. Metode analisis data potensi ekowisata yang digunakan dalam penelitian ini didukung oleh analisis potensi objek/atraksi, analisis kesesuaian, analisis daya dukung kawasan, pemetaan partispatif. Analisis potensi objek/atraksi mencakup analisis terhadap aspek keberadaan, estetika dan keaslian, transportasi dan aksessibilitas, atraksi dan keunikan, fasilitas pendukung, ketersediaan air bersih dan dukungan masyarakat. Sedangkan analisis kesesuaian kawasan ekowisata dilakukan untuk menilai sejauh mana tingkat kesesuaian kawasan terhadap pemanfaatannya untuk ekowisata sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Sementara analisis daya dukung dilakukan untuk menilai kemampuan kawasan untuk menampung wisatawan (ekowisatawan) sesuai kebutuhan dalam periode waktu tertentu. Pengumpulan data profil sumber daya ekowisata, sosial dan budaya juga melibatkan partisipasi masyarakat yang dilakukan dengan metode PRA (Participatory Rural Appraisal). Teknik yang digunakan dalam metode PRA ini adalah teknik pemetaan partisipatif. Hasil keempat model analisis potensi ekowisata tersebut kemudian diinterpretasikan dalam peta potensi ekowisata (potential condition mapping) dengan menggunakan software Arc View GIS 3,3.
a. Zonasi Kawasan Ekowisata Kriteria yang digunakan untuk menentukan zona kawasan ekowisata di lokasi penelitian adalah kriteria-kriteria yang disusun berdasarkan potensi suplai dan permintaan (Mc.Kinnon et al, 1986). Potensi suplai merupakan
potensi
sumber daya alam meliputi unsur fisik dan biologi yang mempunyai interaksi satu sama lain. Sedangkan potensi permintaan meliputi kondisi sosial ekonomi masyarakat serta kondisi wisatawan yang perkembangannya sangat memerlukan sumber daya alam (suplai) yang memadai dan memerlukan pengaturan pemanfaatan agar dapat menjamin kelestariannya.
54
Pada penelitian ini, zonasi kawasan ekowisata dibatasi hanya dengan memperhitungkan suplainya saja mengingat keterbatasan yang dimiliki karena diperlukan penelitian yang lebih komprehensip dan memakan waktu yang cukup lama bila ingin mengembangkan kawasan ini lebih jauh. Penetapan kriteria untuk menentukan zona kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh berdasarkan parameter fisik dan biologi kawasan yang meliputi tutupan lahan, tutupan terumbu karang, kecerahan perairan, dan susunan pantai. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan ekowisata di kecamatan Paloh maka zonasi yang dapat dikembangkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan disajikan berdasarkan analisis potensi suplai maka secara aktual lokasi penelitian terbagi dalam empat (4) zona ekowisata. Sebaran zona ekowisata di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan deskripsi kriteria zona ekowisatanya dapat dilihat pada Tabel 12.
Gambar 3. Peta Zona Ekowisata Pesisir di Kecamatan Paloh
55
Tabel 12. Deskripsi Zona Ekowisata di Lokasi Penelitian Karakteristik Tutupan (dominan)
Zona I
Zona III
Zona IV
Hutan cemara dan hutan mangrove
Hutan campuran
Lahan terbuka
Tidak ada
Sangat minim
Luas
Sangat luas
Kecerahan Perairan
Kurang cerah
Kurang cerah
Cukup cerah
Cerah
Susunan Pantai
Pasir berlumpur
Pasir putih
Pasir putih
Pasir putih dan pantai berbatu
12.437 15,83
14.650 15,48
Tutupan Karang
Lahan Pemukiman dan lahan pertanian
Zona II
Terumbu
Luas (ha) 16.613 Panjang Pantai (km) 17,72 Sumber : Hasil Analisis Data (2011)
9.535 14,22
Zona ekowisata aktual ini akan dijadikan sebagai objek dasar penilaian sesuai dengan analisis yang akan dilakukan yaitu analisis objek/atraksi, kesesuaian dan daya dukung kawasan ekowisata, serta pemetaan partisipatif. Hasil analisis objek/atraksi, kesesuaian lahan, daya dukung, dan pemetaan partisipatif pada zona ekowisata aktual kemudian akan disintesis untuk menghasilkan zona pengembangan
kawasan
ekowisata
di
lokasi
penelitian.
Zonasi
ruang
pengembangan kawasan ekowisata akan menghasilkan tiga ruang yaitu ruang ekowisata utama, ruang penunjang ekowisata, dan ruang penyangga. Ketiga ruang ini ditentukan berdasarkan fungsi dan potensi yang dimiliki kawasan ekowisata di kecamatan Paloh. Sedangkan untuk pemanfatan zona kawasan ekowisata berdasarkan sifatnya akan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu zona dengan kategori intensif yang akan dikembangkan menjadi kawasan ekowisata yang memuat banyak aktivitas dan fasilitas wisata yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pengunjung; dan kategori zona semi intensif yang merupakan zona pemanfaatan terbatas sekaligus dijadikan sebagai penyangga bagi kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh.
56
b. Analisis Objek dan Atraksi Ekowisata Pengembangan ekowisata di suatu kawasan dimulai dengan menentukan objek dan atraksi ekowisata yang tersedia dan selanjutnya dinilai potensinya. Dalam penelitian ini, penilaian potensi kawasan ekowisata dilakukan dengan menggunakan metode modifikasi Mc Kinnon (1986) dan Gunn (1994) dengan kepala desa (n=8) sebagai penilai. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa kepala desa merupakan penduduk asli dan dapat mewakili masyarakat serta mengetahui secara rinci kondisi desa tersebut dan sekitarnya. Penilaian objek wisata dilakukan dengan memenuhi aspek berikut, yaitu aspek keberadaan (letak dari jalan utama), estetika dan keaslian, transportasi dan aksessibilitas, atraksi dan keunikan, fasilitas pendukung, ketersediaan air bersih, dan dukungan masyarakat. Penilaian terhadap objek dan atraksi wisata sesuai dengan standar modifikasi Mc Kinnon (1986) dan Gunn (1994) dapat dilihat pada Tabel 13. Kemudian dilakukan penilaian berdasarkan ketersediaan objek dan atraksi wisata pada masing-masing zona di lokasi penelitian. Penilaianan tersebut menghasilkan zona wisata berdasarkan ketersediaan objek dan atraksi wisata yang meliputi zona atraktif (S1), zona cukup atraktif (S2), zona kurang atraktif (S3), dan zona tidak atraktif (N). Zona atraktif merupakan zona wisata dengan tingkat potensi tinggi, yaitu memiliki objek dan atraksi wisata >5. Zona cukup atraktif adalah zona wisata dengan potensi wisata sedang, yaitu memiliki objek dan atraksi wisata 3 – 5. Zona kurang atraktif adalah zona wisata dengan tingkat potensi rendah yang memiliki objek dan atraksi wisata 1 – 3. Sedangkan zona tidak atraktif adalah zona tanpa potensi wisata yaitu tidak memiliki objek dan atraksi wisata.
57
Tabel 13. Penilaian Terhadap Objek dan Atraksi Wisata Nilai No.
Faktor
1
Letak utama
2
3
dari
4 (Sangat Kuat) jalan
3 (Kuat)
2 (Sedang)
< 1 km
1-2 km
Estetika dan keaslian
Keindahan alam yang masih asli
Asimilasi, dominan bentuk asli
Asimilasi, dominan bentuk baru
Sudah berubah sama sekali
Atraksi dan keunikan
Hanya terdapat tapak
Terdapat < 3 lokasi ditempat lain
Terdapat 3-5 di tempat lain
Terdapat > 5 lokasi di tempat lain
4
Fasilitas pendukung
Tersedia dalam kondisi sangat baik
Tersedia dalam kondisi baik
Tersedia dalam kondisi kurang baik
Prasarana dan sarana tidak tersedia
5
Ketersediaan bersih
air
< 0,5 km
0,5 – 1 km
1 -2 km
Jarak > 2 km
6
Transportasi aksesibilitas
dan
Jalan aspal, ada kendaraan umum
Jalan aspal berbatu, ada kendaraan umum
Jalan aspal berbatu tanpa kendaraan umum
Jalan berbatu/ tanah tanpa kendaraan umum
7
Dukungan Masyarakat
Sangat mendukung
Mendukung
Kurang mendukung
Tidak mendukung
di
2-3 km
1 (Lemah)
Sumber : Modifikasi Mc Kinnon (1986) dan Gunn (1994)
Penghitungan penilaian terhadap objek dan atraksi wisata :
Keterangan : Flju
= Faktor letak dari jalan utama
Fek
= Faktor estetika dan keaslian
Fatk
= Faktor atraksi dan keunikan
Ffp
= Faktor fasilitas pendukung
Fka
= Faktor ketersediaan air bersih
>3 km
58
Fta
= Faktor transportasi dan aksesibilitas
Fdm
= Faktor dukungan masyarakat
Skor hasil penjumlahan faktor di atas kemudian ditilai sesuai dengan kategori kelas masing-masing, dimana : S1 = Sangat potensial mempunyai nilai 193 – 256 S2 = Cukup Potensial mempunyai nilai 129 – 192 S3 = Kurang potensial mempunyai nilai 65 – 128 N = Tidak potensial mempunyai nilai≤ 64 Nilai interval masing-masing kelas didapatkan dari perhitungan : •
Interval kelas Sangat Potensial (S1) : Interval atas
= Nilai Maksimum S1 x Jumlah Penilai (Kades) = (4 x 8) x 8 = 256
Interval bawah = Nilai Maksimun S2 x Jumlah Penilai + 1 = (3 x 8) x 8 + 1 = 193 •
Interval kelas Cukup Potensial (S2) : Interval atas
= Nilai Maksimum S2 x Jumlah Penilai (Kades) = (3 x 8) x 8 = 192
Interval bawah = Nilai Maksimun S3 x Jumlah Penilai + 1 = (2 x 8) x 8 + 1 = 129 •
Interval kelas Kurang Potensial (S3) : Interval atas
= Nilai Maksimum S3 x Jumlah Penilai (Kades) = (2 x 8) x 8 = 128
59
Interval bawah = Nilai Maksimun N x Jumlah Penilai + 1 = (1 x 8) x 8 + 1 = 65 •
Kelas Tidak Potensial (N) : Interval atas
= Nilai Maksimum N x Jumlah Penilai (Kades) = (1 x 8) x 8 = 64
c. Analisis Kesesuaian Ekowisata Kesesuaian kawasan ekowisata sangat menentukan objek/atraksi, jalur sirkulasi, aktivitas, dan fasilitas yang akan dikembangkan. Hasil analisis kesesuaian ekowisata digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan kawasan ekowisata yang akan dikembangkan. Penentuan kategori kesesuaian kawasan ekowisata di kecamatan Paloh sangat dipengaruhi kondisi biofisik kawasan, penentuannya menggunakan data primer dan sekunder sebagai data atribut pada peta-peta tematik berdasarkan parameter yang diadopsi dari Bakosurtanal (1996), selanjutnya di-overlay menggunakan software Arc View GIS 3,3, sehingga dihasilkan peta kesesuaian ekowisata di lokasi penelitian. Analisis kesesuaian ekowisata ini terdiri dari analisis kesesuaian ekowisata pantai dan bahari. Untuk ekowisata pantai, batas lokasi studi terhitung 100 meter dari bibir pantai ke darat. Sedangkan untuk ekowisata bahari disesuaikan dengan luasan tutupan terumbu karang. Untuk kesesuaian kawasan ekowisata ditentukan dengan menghitung lebar kelasnya yang menggunakan rumus : Lebar Kelas
–
Kemudian ditentukan nilai limit dari masing-masing kelas tersebut dengan menggunakan rumus : Nilai Limit Kelas = Nilai Minimum + Lebar Kelas
60
Adapun kelas-kelas kesesuaian ekowisata tersebut adalah sebagai berikut : S1 : Sangat sesuai (Highly suitabel), nilai 350-400 Daerah yang tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menterapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya. S2 : Cukup sesuai (Moderately suitabel), nilai 250 – 349 Daerah yang mempunyai pembatas agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. S3 : Sesuai bersyarat (Marginally suitabel), nilai 150 - 249 Daerah yang mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. N : Tidak sesuai ( Non suitabel), nilai ≤ 149 Daerah yang mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah segala kemungkinan penggunaan wisata berkelanjutan pada kawasan tersebut.
Nilai interval masing-masing kelas didapatkan dari perhitungan : •
Interval nilai kelas sangat sesuai (S1) : - Total nilai kelas sangat sesuai = 400 - Total nilai kelas sesuai = 300 - Lebar kelas = (400-300) / 2 = 50 - Nilai limit kelas S1 = 300 + 50 = 350 - Jadi interval nilai kelas S1 = 350 – 400
•
Interval nilai kelas cukup sesuai (S2) : - Total nilai kelas sesuai = 300 - Total nilai kelas sesuai bersyarat = 200 - Lebar kelas = (300-200) / 2 = 50 - Nilai limit kelas S2 = 200 + 50 = 250 - Jadi interval nilai kelas S2 = 250 - 349
•
Interval nilai kelas sesuai bersyarat (S3) : - Total nilai kelas sesuai bersyarat = 200 - Total nilai kelas tidak sesuai = 100 - Lebar kelas = (200-100) / 2 = 50
61
- Nilai limit kelas S3 = 100 + 50 = 150 - Jadi interval nilai kelas S3 = 150 - 249 •
Interval nilai kelas tidak sesuai (N) =≤ 149
Parameter yang digunakan dalam matriks kesesuaian kawasan ekowisata pantai dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Matrik Kesesuaian Kawasan Ekowisata Pantai di Kecamatan Parameter
Paloh
Bobot
S1
Skor
S2
Skor
S3
Skor
N
Skor
Kedalaman Dasar Perairan (m)
10
1-7
4
7-12
3
12-18
2
>18
1
Material Dasar Perairan
15
Pasir
4
Karang berpasir
3
Karang hidup
2
Lumpur
1
Kecepatan Arus (m/det)
10
0,060,098
4
0,0980,105
3
0,1050,112
2
0,112-0,12
1
Kecerahan Perairan (m)
15
<6
4
6-8
3
8-10
2
10-12
1
Tipe Pantai
20
Berpasir
4
Berpasir sedikit karang
3
Pasir dan karang sedikit terjal
2
Lumpur karang terjal
1
Penutupan Lahan Pantai
20
Kelapa, lahan terbuka
4
Semak belukar rendah, savana
3
Belukar tinggi, hutan
2
Bakau, pemukiman, pelabuhan
1
Ketersediaan Air Tawar (km)
10
<0,5
4
0,5-1
3
1-1,5
2
>1,5
1
Total
100
S1
400
S2
300
S3
200
N
100
Sumber : Modifikasi Bakosurtanal (1996) dalam Wardhani (2007)
Sedangkan parameter yang digunakan dalam matriks kesesuaian kawasan ekowisata bahari dapat dilihat pada Tabel 15.
62
Tabel
15.
Matrik Kesesuaian Kawasan Ekowisata Paloh
Parameter
Bahari Di Kecamatan
Bobot
S1
Skor
S2
Skor
S3
Skor
N
Skor
Kecerahan Perairan (m)
20
10-12
4
8-10
3
6-8
2
<6
1
Tutupan Karang Hidup (%)
50
>50
4
25-50
3
20-25
2
<20
1
Kecepatan Arus (m/det)
20
0,060,098
4
0,0980,105
3
0,1050,112
2
0,1120,12
1
Kedalaman Dasar Laut (m)
10
18-24
4
12-18
3
7-18
2
<7
1
100
S1
400
S2
300
S3
200
N
100
Total
Sumber : Modifikasi Bakosurtanal (1996) dalam Wardhani (2007)
d. Analisis Daya Dukung Ekowisata Kawasan ekowisata merupakan kawasan yang diharapkan terjaga keberlanjutannya. Penggunaan lahan pada kawasan ekowisata yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menimbulkan masalah kerusakan lahan dan masalah sosial. Oleh sebab itu, dalam perencanaan kawasan ekowisata perlu dilakukan analisis daya dukung. Analisis daya dukung ekowisata merupakan jumlah maksimum wisatawan (ekowisatawan) yang dapat ditampung oleh suatu kawasan sesuai dengan kebutuhan individu dalam satu waktu kunjungan. Menurut Boullion (1985) dalam Bengen et al (2002) bahwa daya dukung wisatawan merupakan daya dukung fisik kawasan ekowisata untuk menerima wisatawan yang membandingkan luas area yang digunakan wisatawan dengan standar individu rata-rata yang telah ditentukan. Rumus yang digunakan adalah :
Daya dukung wisatawan per hari = DD x Koefisien Rotasi
63
Daya dukung/tampung wisatawan untuk pariwisata berkelanjutan di kawasan pantai menurut standar WTO dihitung berdasarkan kapasitas panjang pantai berpasir, yaitu kapasitas sedang (15 m per orang), kapasitas nyaman (20 m per orang), dan kapasitas mewah (30 m per orang). Sedangkan wisata bahari dihitung berdasarkan kapasitas luasan tutupan terumbu karang sesuai dengan kebutuhan area wisata per orang dengan kategori sedang (15 m2), nyaman (20 m2), dan mewah (30 m2). Daya
tampung
wisatawan
untuk
ekowisata
berdasarkan
tingkat
kenyamanan menggunakan modifikasi standar WTO. Pertimbangan ini diambil karena pada kawasan ekowisata suasana harus alami dan seolah-olah tidak ada wisatawan lain yang berkunjung. Jadi antara wisatawan yang satu dengan wisatawan lain tidak dapat berpapasan. Boullion (1985) dalam Bengen et al (2002) menyatakan bahwa standar area yang dibutuhkan wisatawan berdasarkan waktu kunjungan untuk wisata pantai adalah pantai pasir sepanjang 100 m per orang. Sedangkan lokasi wisata bahari merupakan area ekosistem terumbu karang, dengan standar aktivitas diving 200 m2 dan snorkeling 50 m2 per wisatawan. Asumsinya bahwa dalam sehari area wisata terbuka selama 12 jam dengan ratarata waktu satu kunjungan selama 2 jam. Jadi koefisien rotasi yang digunakan adalah enam (6).
e. Pemetaaan Partisipatif Metode pemetaan partisipatif dilakukan dengan menganalisis dan memplot informasi yang ada di lokasi penelitian dalam suatu peta. Pemetaan ini dilakukan berdasarkan informasi langsung dari masyarakat yang dipandu oleh peneliti. Informasi tersebut dikumpulkan, dipetakan dan dianalisis untuk memberikan pemahaman tentang kondisi yang lalu, kondisi saat ini serta memperkirakan potensi atau kondisi akan datang bagi pengembangan kawasan ekowisata. Juga untuk mengidentifikasi keterbatasan serta kesempatan pemanfaatan sumber daya alam bagi pembangunan kawasan ekowisata pesisir yang berbasis masyarakat di lokasi penelitian. Pemetaan partisipatif ini diawali dengan pembentukan kelompok masyarakat yang terdiri dari 5 – 10 orang di tiap-tiap desa. Pemilihan anggota
64
kelompok ini berdasarkan rekomendasi dari aparatur desa masing-masing sehingga diharapakan dapat mewakili masyarakat di desa tersebut. Bahan dan alat yang digunakan dalam pemetaan ini berupa panduan pemetaan, peta administrasi kecamatan Paloh skala 1 : 5.000 dan alat tulis. Hasil deleniasi peta dari masingmasing kelompok kemudian dipadukan menjadi satu lembar peta sebagai pembanding sekaligus masukan untuk perencanaan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat di kecamatan Paloh. Peta hasil pemetaan partisipatif memuat lokasi aktivitas wisata, fasilitas, dan jalur sirkulasi wisata di lokasi penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan konsep zonasi ruang ekowisata.
f. Analisis Peta Analisis peta dengan SIG merupakan merupakan pekerjaan penting dalam menentukan zona ekowisata potensial di lokasi penelitian, sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang akan dikembangkan. Analisis peta dilakukan terhadap peta topografi digital dengan skala 1 : 25.000 yang mencakup lokasi masing-masing sumber daya ekowisata dengan menggunakan SIG. Dalam analisis ini diperlukan data berupa posisi masingmasing objek/atraksi, jalur sirkulasi, dan fasilitas ekowisata yaitu koordinat titik yang didapatkan dari proses tracking dengan Global Positioning System (GPS). Selanjutnya posisi masing-masing objek/atraksi, jalur sirkulasi, dan fasilitas ekowisata tersebut dipetakan terhadap peta digital wilayah kecamatan Paloh. Peta digital ini berupa jaringan jalan, sungai, dan batas wilayah yang berguna dalam kegiatan koreksi geometrik. Peta digital dibuat dengan cara pendigitasian peta rupa bumi lokasi penelitian dengan bantuan software ArcView GIS 3,3. Peta digital tersebut kemudian digunakan dalam analisis spasial untuk dijadikan arahan rencana pengembangan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat di kecamatan Paloh.
65
3. Perencanaan Kawasan Tahapan ini merupakan tahapan perumusan atau penyusunan hasil analisis yang telah memberikan output yang bisa menyelesaikan rumusan masalah. Setelah didapatkan zona potensial dari proses analisis objek dan atraksi, kesesuaian kawasan ekowisata, daya dukung, dan pemetaan partispatif, maka dilakukan perencanaan dengan memperhatikan zona-zona yang akan terbagi sesuai dengan hasil analisis pembagian zona yang telah dilakukan. Analisis spasial dilakukan untuk menentukan zona pengembangan kawasan ekowisata dengan teknik overlay menggunakan software Arc. View GIS 3,3. Proses analisis spasial ini dilakukan dengan meng-overlay-kan peta-peta tematik sehingga menghasilkan suatu peta komposit (komposite map). Hasil akhir dari tahapan perencanaan ini berupa zonasi kawasan ekowisata yang mencakup perencanaan objek/atraksi ekowisata, jalur sirkulasi, aktivitas, dan fasilitas ekowisata pesisir yang akan dikembangkan di wilayah pesisir kecamatan Paloh.