BAB IV METODE PENELITIAN 4.1
Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel pendidikan
pada kinerja Bendahara SKPD Kabupaten Tabanan dengan pelatihan dan motivasi sebagai variabel moderasi. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada bendahara SKPD Kabupaten Tabanan. Variabel penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu pendidikan serta pelatihan dan motivasi sebagai variabel moderasi sedangkan untuk variabel terikat adalah kinerja bendahara SKPD. Hipotesis diuji dengan regresi linear sederhana dan moderated regression analysis (MRA), yang didahului dengan melakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas dan heteroskedastisitas. Hasil analisis akan dilakukan interpretasi untuk selanjutnya diberikan kesimpulan mengenai hasil secara keseluruhan. 4.2
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Pemerintah Kabupaten Tabanan. Pemilihan lokasi
ini dilakukan karena adanya LHP ITPROV dan temuan BPK RI atas kinerja bendahara SKPD Pemerintah Kabupaten Tabanan yang masih
rendah, tahun
2015. 4.3
Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini adalah pada kinerja bendahara SKPD
Pemerintah Kabupaten Tabanan.
30
31
4.4
Penentuan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang
diambil dari responden. Data dikumpulkan dengan bantuan instrumen kuesioner. 4.4.1
Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bendahara penerimaan,
bendahara pengeluaran, bendahara pembantu penerimaan dan bendahara pembantu pengeluaran pada SKPD Pemerintah Kabupaten Tabanan. Populasi terdiri dari bendahara penerimaan 12 orang, bendahara penerimaan pembantu 12 orang, bendahara pengeluaran 42 orang dan bendahara pengeluaran pembantu 30 orang. Jadi total populasi adalah 96 orang. Nama SKPD beserta jumlah bendahara disajikan pada Lampiran 2. 4.4.2
Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2012) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dipakai dalam penentuan sampel adalah: 1) Bendahara SKPD yang bertanggung jawab menyampaikan laporan fungsional ke PPKD selaku BUD yaitu bendahara penerimaan dan pengeluaran SKPD . 2) Masa kerja sebagai bendahara SKPD di atas satu tahun karena sudah pernah membuat laporan realisasi anggaran dalam satu tahun anggaran. Berdasarkan kriteria penentuan sampel di atas dapat diperoleh sampel seperti tersaji pada Tabel 4.1 berikut:
32
Tabel 4.1 Jumlah Responden Keterangan Total Populasi
Jumlah 96
Tidak memenuhi kriteria 1
(42)
Tidak memenuhi kriteria 2
(03)
Total Sampel
51
Sumber: SK Bupati Tabanan Nomor 180/6/01/Hk&HAM/2014 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh sebanyak 51 (lima puluh satu) orang responden.
4.5
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1
Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan (X1). 2) Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini variabel terikat adalah kinerja bendahara SKPD yang selanjutnya disimbulkan dengan Y. 3) Variabel moderasi merupakan variabel yang memengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2012). Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah dan pelatihan (X2) dan motivasi (X3).
33
4.5.2
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)
Kinerja Bendahara SKPD Kinerja Bendahara SKPD adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh bendahara sesuai dengan perannya dalam organisasi, khususnya dalam rangka melaksanakan pengelolaan keuangan yang ada dalam tanggung jawabnya yakni membuat Laporan Realisasi Anggaran SKPD. Pengukuran kinerja pegawai dikembangkan dari penelitian Mitchel dan Larson (1987) dalam Wirama (2010) indikator yang dapat dijadikan ukuran kinerja bendahara, yaitu: a) Kemampuan (capability) merupakan penilaian kinerja yang dilakukan berdasarkan pemahaman tupoksi sebagai bendahara, penguasaan terhadap peraturan perundang-undangan terkait keuangan daerah. b) Prakarsa inisiatif (initiative) penilaian kinerja berdasarkan kemampuan berpikir positif, mewujudkan kreatifitas dan pencapaian prestasi. c) Ketepatan waktu (promptness) merupakan penilaian kinerja berdasarkan penyampaian laporan administrasi dan fungsional bendahara sesuai jadwal, penjurnalan dan posting sesuai jadwal dan rekonsiliasi dengan bank sesuai jadwal. d) Kualitas kerja (quality of work) penilaian kinerja berdasarkan kepuasan pengguna laporan administrasi dan fungsional bendahara dan kesesuaian laporan dengan sistem akuntansi pemerintahan.
34
e) Komunikasi
(communication)
penilaian
berdasarkan
kemampuan
berkomunikasi dengan kepala SKPD, komunikasi dengan pembantu bendahara, PPK SKPD dan komunikasi dengan bagian keuangan. 2)
Pendidikan Variabel pendidikan
adalah
tahun sukses pendidikan yang merupakan
jumlah tahun yang dilalui dalam menempuh pendidikan formal tertinggi yang dimiliki pegawai yang bertugas sebagai bendahara SKPD. 3)
Pelatihan Pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan bendahara SKPD dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, dengan indikator jenis diklat yang diikuti.
4)
Motivasi Motivasi adalah dorongan, keinginan dan hasrat yang timbul dalam diri pegawai
untuk
melakukan
tugas-tugas
dengan
baik
dan
mampu
menyelesaikannya sesuai target yang ditetapkan. Motivasi kerja diukur dari persepsi responden terhadap indikator berikut ini: a) Kelayakan kompensasi Besarnya
kompensasi
yang
diterima
pegawai
dapat
memenuhi
kebutuhannya pada tingkat normatif ideal. b) Pengakuan atas kinerja Pengakuan dari pimpinan atas hasil kerja dari pelaksanaan tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab.
35
c) Penghargaan atas prestasi kerja Merupakan penghargaan dari kepala SKPD atas pencapaian prestasi kerja pada tingkat tertentu. d) Otonomi dalam pelaksanaan pekerjaan Merupakan kewenangan pegawai dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
4.6
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner yang digunakan disusun mengacu pada definisi operasional yang telah ditetapkan, yaitu: 1) Variabel kinerja bendahara (Y) dengan 5 indikator dari Mitchell and Larson (1987) dalam Wirama (2010) yaitu: kemampuan, prakarsa, ketepatan waktu, kualitas kerja dan komunikasi. Dijabarkan dalam 16 pernyataan, indikator kemampuan dijabarkan dalam 4 pernyataan, indikator prakarsa dijabarkan dalam 2 pernyataan, indikator ketepatan waktu dijabarkan dalam 4 pernyataan, indikator kualitas hasil kerja dijabarkan dalam 4 pernyataan dan indikator komunikasi dijabarkan dalam 2 pernyataan. 2) Variabel pendidikan (X1) adalah tingkat pendidikan tertinggi yang dimiliki pegawai yang bertugas sebagai bendahara SKPD yang dihitung dengan tahun sukses yaitu lama waktu dalam menempuh jenjang pendidikan formal sebagai
36
berikut : (1) SMA diberikan skor 12, (2) D3 diberikan skor 15 dan (3) S1 diberikan skor 16 dikembangkan oleh Irdianto (2014). 3) Variabel pelatihan (X2) dengan indikator jenis diklat yang diikuti dikembangkan oleh Widyawati (2008) yang selanjutnya dijabarkan dalam 5 butir pernyataan. 4) Variabel motivasi (X3) dengan 4 indikator dari Simamora (2004) dikembangkan oleh Siwantara (2009) yaitu indikator kelayakan kompensasi, pengakuan atas kinerja, penghargaan atas prestasi kerja dan otonomi dalam pelaksanaan tugas. Indikator kelayakan kompensasi dalam 5 butir pernyataan, indikator pengakuan atas kinerja dalam 3 butir pernyataan, indikator penghargaan atas prestasi kerja dijabarkan dalam 2 butir pernyataan dan indikator otonomi dalam pelaksanaan tugas dijabarkan dalam 3 butir pernyataan. 4.6.1
Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian instrumen dilakukan sebagai syarat agar teknik analisis data
dapat berjalan dengan baik dan semestinya. 1)
Pengujian Validitas Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner tersebut mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Sugiyono, 2012).
Valid tidaknya suatu item instrumen dapat
diketahui dengan membandingkan indeks korelasi product moment Pearson dengan level signifikansi 0,05 (5%) dengan nilai kritisnya (rkritis). Jika nilai
37
signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka instrumen dapat dinyatakan valid. 2)
Uji Reliabilitas Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden (Sugiyono, 2012). Pengujian reliabilitas instrumen dengan melihat cronchbach’s alpha dengan bantuan komputer melalui Statistical Package for Social Science (SPSS). Instrumen/konstruk dikatakan handal apabila memiliki cronchbach’s alpha > 0.7 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2011).
4.6.2
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus terpenuhi sebelum
dilakukannya analisis regresi (Ghozali, 2011). Uji ini terdiri dari berbagai macam tahap, yaitu: 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011). Pengujian normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dengan tingkat signifikansi 5%. 2) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menunjukkan tidak konstannya varians dari variabel pengganggu (disturbance). Kebanyakan data cross-section mengalami situasi
38
ini, karena data ini mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar). Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser yakni dengan cara meregresi nilai absolut residual dari model yang diestimasi terhadap variabel independen. Kriterianya apabila output koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan secara statistik, maka disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
4.7
Analisis Data
4.7.1
Moderated Regression Analysis (MRA) Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitatif. Analisis ini meliputi analisis regresi linear sederhana dan MRA, analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer yaitu program SPSS. Model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = α + β1 X1+ e
.............................................................
Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X1X2 + β5X1X3 + e ..........................
(1) (2)
Keterangan: Y = variabel Kinerja Bendahara X1 = variabel Pendidikan X2 = variabel Pelatihan X3 = variabel Motivasi X1X2 = interaksi antara variabel pendidikan dengan pelatihan X1X3 = interaksi antara variabel pendidikan dengan motivasi α = konstanta β1 – β5 = koefisien regresi e = error Secara statistik dapat diukur kelayakan model, Koefisien Determinasi (R2), dan Uji statistik t. Penjelasannya sebagai berikut:
39
1) Uji Kelayakan Model (Uji F) Uji F (F test) digunakan untuk pengujian model fit (kelayakan model). Model yang digunakan layak jika Fhitung tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (α = 5%). Jika model yang digunakan layak berarti variabel independen secara bersama-sama mampu memprediksi/menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011). 2) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Apabila dalam penelitian terdapat satu variabel independen maka R2 yang dipakai. Tetapi apabila terdapat dua atau lebih variabel independen maka Adjusted R2 yang digunakan, setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat, sedangkan nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2011). 3) Uji Statistik t Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Uji t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial. Signifikan tidaknya pengaruh masingmasing variabel bebas secara individual pada variabel terikat. Apabila signifikansinya dibawah atau sama dengan 0,05 maka hipotesis diterima sedangkan jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) berarti hipotesis ditolak (Ghozali, 2011).