BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu rencana yang terstruktur dan komprehensif mengenai hubungan–hubungan antar variabel–variabel yang disusun sedemikian rupa agar hasil risetnya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan riset. Rancangan penelitian ini bersifat explanatory dalam bentuk survey yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Untuk mengetahui pengaruh langsung antara variabel bebas terhadap variabel terikat, maka setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis harus dilanjutkan dengan pengujian model hubungan. Berdasarkan dari hipotesis yang telah disusun, maka dapat ditentukan variabel penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah motivasi, variabel terikat adalah kepuasan kerja dan kinerja pegawai. Setelah penetapan sampel, maka akan dilanjutkan dengan pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kemudian akan dilakukan analisa data. Hasil dari analisa data akan diinterpretasi yang kemudian akan ditarik suatu kesimpulan dan saran. Penelitian ini mengambil tempat di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali dengan ruang lingkup penelitian dibatasi pada motivasi, kepuasan kerja
41
42
dan kinerja PNS agar dapat mengetahui pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai. 4.2 Variabel Penelitian 4.2.1 Identifikasi variabel Berdasarkan pokok masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka variabel- variabel yang akan dianalisis dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Variabel eksogen (exogenous variable) yaitu variabel yang mempengaruhi atau mempunyai pengaruh terhadap variabel yang lain dalam model. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah motivasi (X). 2) Variabel endogen (endogenous variable) yaitu variabel yang dipengaruhi atau oleh variabel lain dalam model. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah kepuasan kerja (Y1) dan kinerja pegawai (Y2). 4.2.2 Definisi operasional variabel Definisi operasional variabel merupakan definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (Nasir, dalam Sujana, 2012). Dalam penelitian ini dapat dijabarkan definisi operasional sebagai berikut: 1) Motivasi (X) Motivasi merupakan tenaga penggerak dari dalam diri yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan pribadi dan organisasi.
43
Indikator motivasi yang digunakan dalam penelitian ini menurut teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow’s (Robbins, 2015) antara lain: a. Fisiologis (X1) merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup seorang pegawai berupa sandang, pangan, papan; b. Rasa aman (X2) merupakan kebutuhan terhadap keamanan dan perlindungan fisik dan psikis pegawai ditempat kerja; c. Sosial (X3) merupakan kebutuhan akan perasaan kasih sayang, perasaan diterima orang, kebutuhan akan perasaan ikut serta dalam berbagai kegiatan; d. Penghargaan (X4) merupakan kebutuhan akan pencapaian, harga diri serta pengakuan dari orang lain; e. Aktualisasi
diri
(X5)
merupakan
kebutuhan
akan
aktualisasi
diri
menggunakan kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja. 2) Kepuasan Kerja (Y1) Kepuasan kerja dalam penelitian ini merupakan sikap dan perasaan seseorang terhadap pekerjaan mereka dalam organisasi. Beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur kepuasan kerja dalam penelitian ini (Luthans, 2006; Funmilola et al., 2013; Usop et al., 2013; Hulawa, 2014) yaitu: a. Pembayaran (Y1.1) adalah sejumlah imbalan yang dirasa adil dan layak diterima pegawai atas pekerjaan; b. Promosi (Y1.2) adalah kesempatan bagi pegawai untuk mengembangkan diri dan menduduki posisi yang lebih baik;
44
c. Pengawasan (Y1.3) adalah kemampuan atasan untuk memberikan perhatian dan penegakkan peraturan kepada pegawai; d. Pekerjaan itu sendiri (Y1.4) adalah sejumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan baik oleh pegawai; e. Kondisi kerja (Y1.5) adalah kondisi kerja yang ada di sekitar tempat kerja seorang karyawan meliputi penataan ruang kerja, ventilasi, keamanan dan sarana yang mendukung pekerjaan. 3) Kinerja (Y2) Kinerja merupakan hasil atau prestasi yang dicapai seseorang baik secara kualitas maupun kuantitas dalam melaksanakan pekerjaannya yang berhubungan dan berkontribusi bagi keberhasilan organisasi. Kinerja dilihat dari beberapa aspek dalam penelitian ini (Mathis dan Jackson, 2006; Dessler, 2010; Widyanigrum, 2011) antara lain: a. Kuantitas dari hasil (Y2.1), merupakan banyaknya atau jumlah pekerjaan yang dihasilkan dalam satu periode waktu yang ditentukan; b. Kualitas dari hasil (Y2.2) merupakan mutu dari hasil pekerjaan seorang pegawai yang meliputi: akurasi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran; c. Pengetahuan tentang pekerjaan (Y2.3) merupakan pengetahuan yang dimiliki pegawai berkaitan dengan pekerjaan mereka dan ketrampilan; d. Kerja sama
(Y2.4) menyangkut kesadaran pegawai dalam bekerja sama
dengan pegawai lainnya;
45
e. Kualitas pribadi (Y2.5) menyangkut kepribadian dan kemampuan yang dimiliki pegawai dalam meyelesaikan pekerjaan. 4.3 Pengumpulan Data 4.3.1 Jenis Data 1) Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka seperti data jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, serta data lainnya yang terkait dengan penelitian. 2) Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka maupun satuan hitung seperti, keberadaan lokasi penelitian. 4.3.2 Sumber Data 1) Data primer Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Data primer ini diperoleh secara langsung dari responden melalui teknik wawancara dan kuesioner untuk mengetahui persepsi mereka mengenai variabel yang diteliti yaitu motivasi, kepuasan kerja dan kinerja pegawai. 2) Data sekunder Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dalam penelitian yang terkait dengan objek yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku, referensi, dokumen dan informasi lain yang tersedia di organisasi. 4.3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
46
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PNS di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali yang berjumlah 244 orang. Menurut Sugiyono (2013:62), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena sampel bagian dari populasi, apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Sampel diambil dengan teknik simple random sampling, karena populasi dianggap mempunyai probability yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini menggunakan metode Slovin dengan rumus: n=
N 1 + N (moe)2
n=
244 1 + 244 (0,1)2
n=
244 3.44
n = 70.93 ≈ 71 Populasi penelitian sejumlah 244 orang pegawai, dengan tingkat kesalahan yang ditolerir adalah 10%, maka jumlah sampel minimum yang diambil adalah 71 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 80 orang responden dianalisis secara proporsional, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.
47
Tabel 4.1 Jumlah Sampel Pegawai Negeri Silpil di STP Nusa Dua Bali Jumlah Populasi Unit Kerja Jumlah sampel
No 1
Kepegawaian dan Keuangan
51
17
2
Tata Usaha dan Rumah Tangga
96
31
3
Pendidikan dan Kerjasama
39
13
4
Tenaga Pengajar dan Kemahasiswaan Total
58
19
244
80
Sumber: Data kepegawaian STP Nusa Dua Bali tahun 2014 4.3.4 Cara Pengumpulan Data 1) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya terhadap masalah yang diteliti. Metode observasi ini digunakan pada saat pra penelitian dimana dilakukan pengamatan langsung di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. 2) Teknik wawancara, yaitu mengadakan wawancara terstruktur pada saat pra penelitian dengan pegawai negeri sipil di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali untuk menggali informasi yang berkaitan dengan penelitian. Hasil wawancara tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kuesioner. 3) Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan cara menyebarkan atau menyodorkan angket kepada responden. Responden akan mencentang atau melingkari tingkatan jawaban masing-masing pertanyaan tanpa adanya intervensi peneliti. Untuk mempermudah responden dalam memberikan jawaban maka pertanyaan dalam kuesioner dibuat dalam bentuk daftar pernyataan.
48
4.3.5. Instrumen Pengumpulan Data Data penelitian diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada Pegawai Negeri Sipil di STP Nusa Dua Bali. Dalam penelitian ini digunakan rentang penilaian dengan menggunakan skala Likert menggunakan nilai 1-5, dimana nilai 1 menujukkan penilaian sangat tidak setuju (STS), 2 menunjukkan tidak setuju (TS), 3 menunjukkan cukup setuju (CS), 4 menunjukkan setuju (S), 5 menunjukkan sangat setuju (SS). 4.3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.3.6.1 Uji Validitas Instrumen Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2009:49). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi, validitas adalah mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Sugiyono (2012) pengujian validitas dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment. Jika koefisien korelasi sama dengan 0,30 atau lebih (paling kecil 0,30) maka butir instrumen dinyatakan valid, dan tidak valid apabila koefisien lebih kecil dari 0,30. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Uji validitas instrument dapat dilihat pada Tabel 4.2.
49
Variabel Motivasi (X)
Kepuasan Kerja (Y1)
Kinerja (Y2)
Tabel 4.2 Uji Validitas Instrumen Indikator Koefisien korelasi X1 X2 X3 X4 X5 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5
0,860 0,891 0,953 0,879 0,883 0,810 0,881 0,884 0,846 0,944 0,959 0,944 0,967 0,931 0,962
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: lampiran 2 Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat hasil perhitungan nilai korelasi product moment dari instrumen penelitian memperoleh hasil yang besarnya diatas 0,30 sehingga semua butir dalam instrumen penelitian dikatakan valid. 4.3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2009:45). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan ini dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban tidak boleh acak oleh karena masing-masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama. Jika jawaban terhadap indikator ini acak, maka
50
dapat dikatakan bahwa tidak reliabel (Ghozali, 2009:46). Pengukuran realibilitas dapat dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Ghozali, 2009:49): Hasil α > 0,60 = reliabel dan Hasil α < 0,60 = tidak reliabel. Uji reliabilitas dapat dilihat pad Tabel 4.3
Motivasi (X) Kepuasan Kerja (Y1) Kinerja (Y2) Sumber: lampiran 3
Tabel 4.3 Uji Reliabilitas Instrumen Cronbach Alpha
Keterangan
0,915 0,899 0,967
Reliabel Reliabel Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini berarti bahwa variabel motivasi, kepuasan kerja dan kinerja sudah memenuhi kriteria reliabel. 4.4 Metode Analisis Data 4.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2012). Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik dan tanggapan responden terhadap item-item pertanyaan
51
pada kuesioner. Analisis deskriptif juga mendeskripsikan tentang variabel– variabel dalam penelitian seperti motivasi, kepuasan kerja dan kinerja pegawai. 4.4.2 Analisis Inferensial Untuk menguji hipotesis dan menghasilkan suatu model yang layak (fit), penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan variance based atau component based dengan Partial Least Square (PLS). Bilamana model struktural yang akan dianalisis memenuhi model rekursif dan variable laten memiliki indikator yang bersifat formatif, refleksif atau campuran, maka pendekatan yang paling tepat digunakan adalah PLS. Partial Least Square (PLS) merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah dilakukan. Di dalam PLS model struktural hubungan antar variabel laten disebut dengan inner model, sedangkan model pengukuran (bersifat refleksif atau formatif) disebut outer model. Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat persentase varian yang dijelaskan yaitu dengan melihat R² (R-square variabel eksogen) untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q-Square test dan melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur bootstrapping. Berbeda dengan Structural Equation Modeling (SEM) yang
52
indikatornya bersifat refleksif, sehingga perubahan nilai dari suatu indikator sangat sulit untuk mengetahui perubahan nilai dari variabel laten sehingga pelaksanaan prediksi sulit dilakukan. Model yang lengkap dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Pengembangan model berbasis teori atau inner model Pengembangan model berbasis konsep dan teori dalam rangka menganalisis hubungan antara variabel eksogen dan endogen, telah dijabarkan dalam kerangka konseptual. 2) Pengembangan diagram alur (Path Diagram) atau outer model Model teoritis yang telah dibangun dalam kerangka konseptual kemudian digambar dalam sebuah diagram alur yang berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara variabel eksogen dan endogen yang akan diuji, disajikan pada Gambar 4.1
Y1.1
Y1.2
Y1.3
Y1.4
Y1.5
Y21.4
Y2.5
X1 X2 X3 X4
KEPUASAN KERJA (Y1)
H1 MOTIVASI (X)
H3 H2
KINERJA PEGAWAI(Y2)
X5
Y2.1
Y2.2
Y2.3
Y 1.1
Y 1.1
Gambar 4.1 Diagram Jalur Model Struktural
53
3) Evaluasi Goodness of Fit Model PLS Pada tahap ini akan dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model melalui berbagai kriteria goodness-of-fit. Partial Least Square (PLS) tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter sehingga teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan. Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity dari indikatornya dan composite realibility untuk blok indikator. Sedangkan outer model dengan indikator formatif dievaluasi berdasarkan pada substantive content-nya yaitu dengan membandingkan besarnya relative weight dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut (Solimun, 2008). Model struktural atau inner model dievaluasi dengan melihat prosentase varian yang dijelaskan yaitu dengan melihat R2 (R-square variabel eksogen) untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran StoneGeisser Q Square test dan juga melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik yang didapat lewat prosedur bootstrapping. (1) Goodness of Fit – Instrumen Penelitian (Outer Model) a. Convergent validity, korelasi antara skor indikator refleksif dengan skor variabel latennya. Penelitian ini menggunakan loading 0.50 sampai 0.60 dianggap cukup, karena merupakan tahap awal pengembangan skala pengukuran dan jumlah indikator per konstruk tidak besar, berkisar antara 3 sampai 7 indikator.
54
b. Discriminant validity, pengukuran indikator refleksif berdasarkan cross loading dengan variabel latennya. Metode lain dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk, dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Jika nilai pengukuran awal kedua metode tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai konstruk lainnya dalam model, maka dapat disimpulkan konstruk tersebut memiliki nilai discriminant validity yang baik, dan sebaliknya. Direkomendasikan nilai pengukuran harus lebih besar dari 0.50. c. Composite reliability, indikator blok yang mengukur konsistensi internal dari indikator pembentuk konstruk, menunjukkan derajat yang mengindikasikan common latent (unobserved). Nilai batas yang diterima untuk tingkat reliabilitas komposit adalah 0.70 walaupun bukan merupakan standar absolut. (2) Goodness of Fit - Inner Model Pengukurannya menggunakan R-square variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi; Q-Square predictive relevance untuk model konstruk, mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance; sebaliknya jika nilai Q-Square < 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance. Perhitungan Q-Square dilakukan dengan rumus: Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R22 ) ... ( 1- Rp2 )
55
dimana R12 , R22 ... Rp2 adalah R-square variabel eksogen dalam model persamaan. Dengan asumsi data terdistribusi bebas (distribution free), model struktural pendekatan prediktif PLS dievaluasi dengan R-square untuk konstruk dependen, Q-square test untuk relevansi prediktif. 4) Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan uji t. Pengujian dilakukan dengan t-test pada inner model diperoleh p-value < 0,005 (alpha 5%). Pengujian ini berarti terdapat pengaruh antara variabel motivasi terhadap variabel kepuasan kerja dan kinerja pegawai.