12
BAB IV METODE PELAKSANAAN A. Tahapan Program a. Sosialisasi Program Sosialisasi program menjadi tahapan awal dari seluruh rangkaian kegiatan community development STANSA (Sahabat Petani Sejahtera) ini. Kesejahteraan petani merupakan tujuan akhir dari program ini dengan harapan penerapan pemberdayaan masyarakat petani ini dapat meningkatkan taraf hidup petani secara okonomi, pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Tahapan sosialisasi ini merupakan pintu awal yang akan dimasuki. Keberhasilan dari proses selanjutnya ditentukan dari fase awal ini. Dalam proses ini dilakukan penawaran program secara gamblang kepada masyarakat petani. Tahap ini menjadi fase pengenalan sekaligus pencitraan awal dari tim eksekutif mahasiswa pelaksana kepada masyarakat petani. Melalui pengenalan tersebut, akan dapat dilinai secara objektif mengenai kemanfaatan dari program yang akan disajikan. Tahapan ini juga untuk membuka ruang-ruang dialogis interaktif untuk meningkatkan kualitas program dan pelaksanaannya di lingkungan masyarakat petani. Pelaksanaannya program STANSA ini melibatkan tiga sektor penting yang akan turut mendapatkan sosialisasi, yaitu public sector (pihak pemerintah), private sector (pihak swasta), third sector (elemen LSM atau organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan). Pihak pemerintah atau instansi yang mendapatkan sosialisasi dari program ini, antara lain Pemerintah Kabupaten Sleman, Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Pemerintah Kecamatan Minggir, Pemerintah Desa Sendang Rejo, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Sendang Rejo, selain itu juga dengan Laboratorium Pengolahan Limbah, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada serta Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Selanjutnya, pihak masyarakat yang mendapatkan sosialisasi, antara lain Kepala Kecamatan, Kepala Desa, Kepala Dukuh, Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kelompok Tani “Ngudi Makmur 1” di Desa Sendang Rejo, dan Ketua Kelompok Perikanan Rakyat “Mina Sejahtera”. Elemen swasta yang dilibatkan adalah CV. Pandawa Kencana, Cangkringan, Sleman yang dipimpin oleh Dr.hc.Ir. Gembong Danudiningrat yang bergerak di sektor integrated farming dan juga inventor bioaktivator pupuk organik Good Bacteria-1 (GB-1) serta selaku mitra pemasaran beras organik. Selain CV. Pandawa Kencana, ikut dilibatkan juga Joglo Tani yang dipimpin oleh TO Suprapto sebagai mitra pendamping produksi. Elemen third sector yang akan dilibatkan adalah Kelompok Studi Fakultas Pertanian, Klinik Agro Mina Bahari dan Departemen Community Development Jaringan Nasional Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) – Mahasiswa.
13
Sosialisasi ini dilakukan dengan mengundang segenap elemen masyarakat yang terkait dalam suatu forum dialogis. Selain itu, juga dapat memanfaatkan forum-forum kemasyarakatan yang ada sebagai alternatif untuk menerangkan program dan maksud program yang akan direalisasikan. b. Tahapan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Tahap pendidikan dan pelatihan (diklat) STANSA ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai pertanian organik dan keterampilan dalam mengolah limbah peternakan secara terpadu, serta pelatihan pembuatan pestisida hayati. Diklat ini, juga berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang mekanisme pembuatan jerami fermentasi, pembuatan pupuk kompos, fermentasi urine menjadi pupuk cair dan biopstisida, pembuatan pestisida organik, mekanisme penanaman beras organik dengan metode SRI, penjelasan mengenai manfaat dan pemanfaatan produk, dan bimbingan penjualan serta pemasaran hasil olahan. Pelatihan juga diberikan kepada ibu-ibu warga sekitar. Khususnya, mengenai pembudidayaan tanaman sayuran dalam pot dengan memanfaatkan tanah kosong di sekitar rumah agar menjadi lebih produktif. Sebelum melakukan pelatihan, semua anggota tim akan mendapatkan penyuluhan terlebih dahulu dari Pemerintah maupun Swasta. Sehingga, akan terbentuk masyarakat yang memiliki motivasi tinggi serta kapasitas lebih. Tahapan Diklat tersebut sepenuhnya akan dipandu dan atur oleh anggota tim eksekutif STANSA. Anggota tim tersebut menjadi manajer Diklat dan bertanggung jawab untuk menyusun kurikulum diklat, pelaksanaan Diklat, dan follow up-nya. Dalam STANSA ini ada tiga program utama pendidikan dan pelatihan pertanian organik diantaranya Kenal SRI Organik, Pelatihan Pengujian Pupuk dan Tanah PUPUT dan Pelatihan Pembuatan Pestisida Organik Lokal (POL). 1. Kenal SRI (System of Rice intensification) Organik a. Tahap awal diklat ialah pengenalan tentang metode SRI yang dipadukan dengan teknologi pertanian organik (selanjutnya disebut SRI Organik) kepada petani. Tahap awal ini akan dilakukan studi banding ke Joglo Tani. Di Joglo Tani para petani akan lebih tahu secara riil bagaimana aplikasi SRI Organik di lapangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menyadarkan masyarakat terlebih dahulu akan pentingnya kegiatan budidaya yang ramah lingkungan dan juga menampilkan bukti hasil dari pertanaman SRI Organik secara nyata kepada para petani. Dari sini diharapkan petani sadar akan manfaat yang bisa didapatkan dari teknologi SRI Organik ini. b. Tahap selanjutnya adalah Tahap aplikasi. Tahap ini adalah tahap utama dari program Kenal SRI Organik. Karena di sini para petani akan langsung mempraktikkan secara langsung apa yang sudah didapatkan di Joglo Tani dengan bimbingan dari Tim STANSA. Beberapa langkah yang akan dilakukan dalam tahap aplikasi ini adalah sebagai berikut:
14
Penyiapan Benih Penyemaian Penyiapan Lahan Penanaman Perawatan Pemanenan Skema 2. Tahapan Pertanaman SRI. 1.1.Penyiapan Benih Benih diseleksi dengan bantuan penggunaan air garam dan telur ayam. Kadar air garam yang sudah mampu mengapungkan telur ini dapat digunakan untuk seleksi benih, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut : a. Masukkan benih ke dalam air garam dan pilih hanya benih yang tenggelam, gabah yang mengapung dapat dimanfaatkan untuk pakan ayam atau burung; b. Benih yang baik kemudian dicuci dengan bersih sampai rasa asinnya hilang dari benih tersebut, juga akan lebih baik dicuci menggunakan wadah yang berlubang dan pada air yang mengalir untuk meyakinkan benih benar-benar akan terbebas dari garam; c. Benih yang sudah bebas dari garam direndam dalam air biasa selama sekitar 24 jam; d. Setelah benih direndam, kemudian lakukan pemeraman selama sekitar 36 jam yaitu benih di bungkus dengan karung goni atau kain yang basah. Penyimpanan benih yang dibungkus kain basah ini akan lebih baik ditempat yang hangat misalnya di dapur asalkan kainnya tetap dijaga basah dan lembab; e. Setelah berkecambah atau muncul akar pendek, benih siap disemai atau ditebar. 1.2. Penyemaian Penyemaian dilakukan di dalam kotak plastik atau besek yang diberi alas plastik/daun pisang dan berada di area terbuka yang
15
mendapatkan sinar matahari cukup. Tanah untuk penyemaian tidak menggunakan tanah sawah tetapi menggunakan tanah darat yang gembur dicampur dengan kompos dengan perbandingan tanah : kompos sebaiknya minimal 2:1 dan akan lebih baik bila 1:1, dapat juga ditambahkan pada campuran ini abu sekam agar medianya semakin gembur Luas area yang diperlukan untuk penyemaian minimal adalah sekitar 20 m2 untuk setiap 5 kg benih, sehingga bila penyemaian dilakukan pada wadah dapat dihitung jumlah wadah yang diperlukan menyesuaikan dengan ukuran masing-masing wadah dan tentunya akan lebih baik lagi bila tempat penyemaiannya lebih luas untuk pertumbuhan benih yang lebih sehat. Setelah dilakukan penyemaian benih-benih ini harus dirawat dengan melakukan penyiraman setiap pagi dan sore. Benih siap di tanam ke sawah saat usianya belum mencapai 15 hari dan sebaiknya antara umur 8-10 hari setelah tebar yaitu ketika baru memiliki dua helai daun. 1.3.Penyiapan Lahan Penyiapan lahan sawah untuk pertanian organik dengan pola tanam SRI diawali dengan membajak dan membalikkan tanah serta memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan serta menghancurkan gulma setelah sebelumnya lahan digenangi air selama beberapa hari agar tanahnya menjadi lunak. Proses ini dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan kerbau atau sapi maupun secara modern dengan menggunakan traktor dengan catatan tidak terjadi tumpahnya minyak traktor pada lahan pertanian. Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah memperbaiki pematang sawah agar lahan sawah tidak bocor dan tidak ditumbuhi tanaman liar untuk menghindari bersarangnya tikus di pematang. Perbaikan pematang sawah dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pencangkulan untuk bagian sawah yang tidak dapat dijangkau oleh pembajakan yang biasanya berada di bagian pojok sawah. Pupuk organik yang telah dibuat oleh masyarakat ditebarkan di lahan sebelum pekerjaan penggaruan sehingga pada saat digaru pupuk organik dapat bercampur dengan tanah sawah. Penggaruan bertujuan untuk memperhalus butiran tanah sehingga menjadi lumpur dan meratakan lahan. Jumlah pupuk organik yang ideal adalah sebanyak 1 kg untuk setiap 1 m2 luas lahan. Perataan lahan merupakan proses yang sangat penting karena lahan harus benar-benar rata dan datar sehingga akan memudahkan dalam pengaturan air. Selanjutnya area penanaman padi dibuat dalam baris-baris atau petakan yang dipisahkan dengan jalur pengairan dengan lebar petakan sekitar 2 m agar memudahkan dan meratakan rembesan air ke seluruh area tanaman padi selain untuk lebih memudahkan saat penanaman dimana petani yang melakukan penanaman posisinya berada di saluran air di kedua sisi petakan.
16
Selanjutnya dilakukan pembuatan tanda lokasi penanaman bibit yang berjarak minimal 25 cm atau lebih (pencaplakan). Dengan teraturnya penanaman padi akan memudahkan dalam penyiangan secara mekanis pada waktu pemeliharaan. Penandaan titik penanaman ini selain dengan membuat garis-garis di tanah menggunakan alat yang bisa dibuat secara sederhana dari kayu atau bambu dapat juga menggunakan tali yang diberi tanda. 1.4. Penanaman Pada pola tanam SRI, benih diperlakukan dengan hati-hati. Bibit yang ditanam di persemaian sawah atau ladang tidak boleh diambil dengan cara dicabut atau ditarik tetapi dengan cara di keduk bagian bawah tanahnya sehingga tanahnya ikut terbawa. Kemudian tempatkan kumpulan bibit ini dalam suatu wadah misalkan pelepah pisang, bambu atau lainnya untuk di bawa ke tempat penanaman. Pemindahan harus dilakukan secepat mungkin dalam waktu sekitar 30 menit atau lebih baik lagi dalam waktu 15 menit untuk menghindari trauma dan shok. Untuk bibit yang ditanam menggunakan wadah akan lebih mudah membawanya ke tempat penanaman. Bibit dipilih yang sehat diantara cirinya adalah lebih tinggi/ besar dan daunnya lebih tegak ke atas atau daunnya tidak terlalu terkulai. Penanaman padi dilakukan secara dangkal dan hanya cukup satu bibit untuk satu titik. Satu bibit ditanamkan dengan menggesernya di atas permukaan tanah, yang lebih mudah menggunakan jari jempol dan telunjuk. Sisa dari bibit dapat ditanam tunggal dibagian terluar diantara tanaman padi lainnya dari tiap petakan sebagai cadangan bila di kemudian hari ada tanaman yang tidak sukses tumbuhnya. 1.5. Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman padi yang terawat akan memberikan hasil panen yang jauh lebih baik daripada padi di sawah yang dibiarkan begitu saja. Air diatur agar hanya macak-macak atau mengalir di saluran air saja, perendaman lahan selama beberapa saat dilakukan bila lahan sawah terlihat kering dan adanya retakan halus pada tanah. Penanganan gulma dilakukan dengan penyiangan mekanis sampai gulma tersebut tercabut dari tanah untuk kemudian dibenamkan menggunakan tangan atau kaki sedalam mungkin agar tidak mampu tumbuh lagi. Dari setiap proses penyiangan mekanis ini dapat diharapkan nantinya ada penambahan hasil panen satu atau bahkan dua ton per hektarnya sehingga nilai tambah dari penyiangan ini sebenarnya cukup tinggi. Sebelum penyiangan tanah sebaiknya direndam untuk melunakkan tanah dan setelah dilakukan penyiangan air kembali dibuang dan sawah dalam keadaan macak-macak. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik dari gulma maka perlu dilakukan penyemprotan bioaktivator Good Bacteria1 (GB-1) setelah proses penyiangan. Penyemprotan GB-1 diarahkan ke
17
tanah bukan ke tanaman karena maksudnya adalah penambahan jumlah bakteri pengurai ke dalam tanah untuk melakukan proses dekomposisi bahan organik. GB-1 ini dapat juga di campur dengan pupuk organik cair (POC) untuk memberikan tambahan unsur hara ke dalam tanah. Konsentrasi larutan untuk penyemprotan baik GB-1, POC maupun campuran GB-1 dan POC jangan terlalu pekat untuk menghindari terjadinya proses dekomposisi yang berlebihan pada tanah yang mengakibatkan akan menguningnya tanaman untuk sementara karena unsur N yang ada dipergunakan oleh bakteri pengurai untuk aktivitasnya. Penyemprotan POC kaya N dapat dilakukan pada usia padi 10 hari setelah tanam (hst), 20 hst, 30 hst dan 40 hst. Namun penyemprotan POC kaya N ini dapat dilakukan kapanpun juga bila diperlukan pada kondisi padi terlihat mengalami kahat/kekurangan N dengan gejala daun menguning. Gabungan POC kaya P dan K disemprotkan 2 atau 3 kali saat padi sudah memasuki usia sekitar 60 hst untuk memperbaiki kualitas pengisian gabah dengan interval penyemprotan setiap 10 hari. Interval penyiangan mekanis gulma normalnya dilakukan setiap sepuluh hari sekali tetapi harus segera dilaksanakan bila ada indikasi pertumbuhan gulma sebelum gulma ini semakin tinggi sehingga semakin sulit dihilangkan. Penanganan organisma pengganggu tanaman (OPT) berupa hama/penyakit dilakukan dengan penggunaan atau penyemprotan pestisida nabati/pestisida organik lokal (POL) yang diarahkan ke tanaman. Penyemprotan dapat dilakukan sebagai usaha preventif/pencegahan secara berkala ataupun untuk penanggulangan. Saat mulai muncul malai lahan digenangi air setinggi sekitar 1–2 cm dari permukaan tanah secara terus menerus sampai saat padi sudah mulai terisi. Aliran air kemudian dihentikan samasekali atau lahan dikeringkan seterusnya ketika bulir padi sudah terisi.
1.6. Pemanenan Panen dilakukan saat padi mencapai umur panen sekitar 30-35 hari setelah berbunga atau ketika sekitar 90% padi sudah menguning. Pemanenan sebaiknya dilakukan saat cuaca cerah, tidak mendung atau gerimis.
2. Pengujian Pupuk dan Tanah (PUPUT) Pengujian tanah sangat penting dilakukan sebelum kita memulai pertanaman ke arah pertanian organik. Tujuan dari pengujian ini ialah agar kita mengetahui kondisi lahan yang akan ditanami, kesuburannya serta kandungan bahan organiknya. Pengujian pupuk organik juga diperlukan agar kita mengetahui seberapa efektif pupuk organik tersebut diaplikasikan dilahan jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Dalam pengujian pupuk dan tanah ini terdapat beberapa metode praktis yang mudah diaplikasikan oleh petani
18
sehingga diharapkan kedepannya petani dapat mandiri dalam melakukan pengujian tanah dan pupuk. 2.1. Pengujian Kemampuan Tanah Menahan Air Alat uji : Botol, kain kasa Cara Kerja : Botol dilubangi bagian bawahnya dan dipotong dua bagian, Bagian atas botol ditutup dengan kain kasa kemudian dibalik dan diletakkan di atas bagian lainnya. Tanah dimasukkan kedalam botol ¾ bagian, air ditambahkan sekitar 2 gelas atau 400 cc. Lalu diamkan beberapa saat hingga air tidak lagi menetes. Jumlah air yg keluar dan tertampung dibotol diukur. Tanah dikatakan memiliki kemampuan menahan air yang baik jika jumlah air yang menetes < 200. 2.2. Pengujian Daya Kapilaritas Tanah Alat Uji : Botol, kain kasa, baskom. Cara Kerja : Model alat sama dengan pengujian kemampuan tanah menahan air. Botol diletakkan di atas baskom yang berisi air, lalu diamkan selama 20 menit. Air yang naik dari bawah permukaan tanah di botol diamati, semakin tinggi air yang naik maka semakin baik daya kapilaritas tanah. 2.3. Pengujian Aerasi Tanah Alat Uji : Botol, pipa ± 5cm, balon Cara Kerja : Pipa dipasang pada tutup botol, kemudian balon ditiup dan dipasang pada ujung pipa. Isi botol dengan tanah sebanyak 3.4 bagian, lalu botol ditutup dengan tutup yang telah dipasangi balon yang sudah ditiup. Masukkan botol kedalam baskom berisi air, lalu lepaskan ikatan balon sehingga udara mengalir ke tanah jika botol dapat mengeluarkan udara dari bagian bawah botol, maka tanah memiliki aerasi yang baik. 2.4. Pengujian Kapasitas Menahan Nutrisi Alat Uji : gelas plastik, air, dan pewarna makanan. Cara Kerja : Bahan pewarna dianalogikan sebagai pupuk. Bahan pewarna diusahakan berwarna merah agar dapat diamati. Tuang air berwarna merah ke dalam botol. Tunggu beberapa saat hingga tidak menetes. Jika air berwarna jernih, tanah mampu menyimpan nutrisi bden. 2.5. Pengujian Kandungan Mineral Pupuk Alat Uji : Kabel, fitting, kabel tunggal, stacker, kayu, bola lampu, Bahan Uji : gelas, air, dan pupuk organik.
19
Cara Kerja : Semua peralatan dirangkai menjadi instrument arus listrik. Prinsip kerja instrument alat ini ialah menggunakan pengukuran kandungan elektrolit pada larutan. Gelas yang berisi air diuji dengan menggunakan instrument untuk memastikan air dalam keadaan netral, setelah itu pada masing-masing gelas air tersebut ditambahkan jenis pupuk organik dan pupuk kimia untuk dilihat perbandingannya. Jika larutan mengandung elektrolit kuat maka lampu akan menyala. Semakin kuat lampu menyala berarti kandungan mineralnya tinggi.
3. Pembuatan Pestisida Organik Lokal (POL) Penggunaan bahan yang berasal dari tumbuhan sebagai pestisida (biopesticide) saat ini banyak mendapatkan perhatian sebagai salah satu usaha ke arah pengembangan teknologi pertanian alternatif. Pembuatan pestisida hayati menggunakan bahan-bahan tumbuhan obat (tanaman jamu tadisional), bahan yang diketahui mengandung bahan racun (gadung, ubi kayu, pocung, jenu, dll.) bahan tumbuhan yang memiliki sifat spesifik (pahit, bau, dan tidak disukai oleh hewan/serangga), atau yang secara spesifik diketahui memiliki kemampuan khusus terhadap hama penyakit (biji srikaya, biji mindi, dan daun mimba). Pembuatan pestisida hayati ini disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang. Setelah petani didampingi dalam melakukan identifikasi hama, dilakukan pembuatan pestisida sesuai dengan hama yang menyerang. Beberapa proses pembuatan pestisida hayati untuk mengusir hama yang ada di lahan pertanian di antaranya : 3.1. Pengusir Hama Belalang 150 g daun mindi (Melia azendarach) segar atau 50 g pucuk daun kering direndam dalam 1 l air selama 24 jam. Selajutnya disemprotkan pada pembibitan padi. 3.2. Pengusir Hama Tikus dan Burung Buah jengkol setengah tua dikupas kulit luarnya kemudian kupasan jengkol direndam dengan perbandingan 1 kg jenkol dan 10 l air selama 24-36 jam. Air rendaman yang mengeluarkan aroma menyengat dapat dimanfaatkan untuk mengusir burung dan menyerang tanaman padi dengan menempatkan botol-botol berukuran ½ liter atau menggunakan potongan bambu. Disamping itu dapat digunakan untuk mengusir tikus dengan cara meletakkan larutan jengkol di tempat-tempat yang biasa dilewatinya. Selain pelatihan pembuatan bio-pesticide, juga dilakukan pelatihan pembuatan perangkap hama walang sangit. Dengan desain sebagai berikut:
20
Gambar 4.1 Kerangka Perangkap Walang Sangit Gambar di atas merupakan desain kerangka untuk perangkap walang sangit. Setiap sisi kubus merupakan kassa kawat dengan lubang tengah pada empat sisi samping yang besarnya sedikit lebih besar dari tubuh walang sangit. Lubang ini nantinya akan menjadi jalan masuk walang sangit ke dalam perangkap. Selain itu untuk menarik agar walang sangit mau masuk ke dalam perangkap, maka digunakan sejimpit pupuk TSP atau ZA yang dimasukkan ke dalam perangkap.
c. Tahapan Pembuatan Demonstration Plot (Demplot) Masyarakat akan tergerak untuk mengadopsikan teknologi tepat guna yang dideseminasikan apabila telah melihat bukti nyata kemanfaatannya. Oleh karena itu, untuk memberikan bukti empiris kepada masyarakat, maka dibuatlah demplot ini. Obyek yang didemonstrasikan dalam plot tersebut adalah antara lain sepetak tanah dengan padi hasil budidaya SRI yang menggunakan pupuk organik hasil olahan dari limbah peternakan. Di dalam pembuatan demplot tersebut, seluruh aspek teknis akan dipandu dan dimonitoring oleh anggota tim eksekutif STANSA. Diharapkan dengan adanya pemanduan dan monitoring yang baik, pemberdayaan masyarakat STANSA ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
d. Analisis Agribisnis dan Pemasaran Produk Analisis agribisnis ini dilakukan untuk membuat rencana bisnis yang handal sebagai bekal masyarakat untuk memasarkan produknya. Produk utama dari hasil pertanian organik ini adalah beras organik yang pemasarannya juga akan dibantu oleh CV. Pandawa Kencana selaku mitra pemasaran.
21
Pasar lokal yang menjadi sasaran adalah masyarakat secara umum dan di wilayah Kabupaten Sleman. Publikasi dapat dilakukan dengan menggunakan media leaflet, booklet, media cetak, melalui website ataupun blog. Dengan adanya pendampingan analisis agribisnis ini diharapkan program STANSA dapat membuka alternatif usaha baru berbasis produk organik dan semakin meningkatkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat petani. Adapun analisis agribisnisnya adalah sebagai berikut : Kekuatan - Input pertanian organik yang berasal dari potensi lokal. - Kemitraan bisnis yang kuat dengan gabungan kelompok tani rakyat. - Inovasi produk yang unggul dan handal. Kelemahan - Kapasitas produksi yang ada belum mampu memenuhi permintaan yang besar di propinsi DIY. - Mendapat persaingan usaha sejenis dari perusahaan lain yang lebih dahulu menembus pasar lokal. - Belum dikenal oleh masyarakat, sehingga perlu membangun brand image dan positioning terlebih dahulu. - Kontinuitas produksi belum stabil. Peluang - Kesadaran masyarakat petani untuk kembali menggunakan produkproduk organik sangat tinggi. - Adanya dorongan dan dukungan dari pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan “Go Organic 2010.” - Permintaan masyarakat terhadap produk-produk hasil pertanian organik sangat tinggi. Ancaman - Tekanan pesaing yang sangat besar. - Adanya monopoli pasar. - Adanya produk beras organik yang lebih dulu memenuhi pasar. e. Pembentukan Unit Usaha Terpadu (UUT) Pembentukan Unit Usaha Terpadu ini memiliki tujuan untuk mengatur, mengkoordinir, serta memperkuat aspek kelembagaan dan pemasaran hasil beras organik. Pembentukan tim ini dipegang oleh Tim Eksekutif STANSA yang berasal dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian dengan spesialisasi pemberdayaan UMKM, Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Seluruh rangkaian kegiatan Progam STANSA ini akan dipandu oleh mahasiswa dengan mendapatkan
22
dukungan motivasi dan penyuluhan dari pihak pemerintah yang terkait beserta segenap stakeholder dan mitra pemberdayaan masyarakat. B. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini secara menyeluruh dilaksanakan Desa Sendang Rejo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, DIY, dengan demplot dan fokus kerja awal di wilayah Padukuhan Padon. Secara khusus, program-program yang bersifat penyuluhan dan pelatihan diselenggarakan di rumah Kepala Dukuh atau masyarakat setempat. Program produksi pupuk organik super dan pembuatan pestisida hayati dilakukan di sekitar rumah penduduk. Program pembudidayaan tanaman hias, sayuran, buah-buahan, dan obat-obatan juga dilakukan di halaman-halaman rumah penduduk. Plot demonstrasi dibuat dengan menggunakan lahan milik petani.
C. Peserta Program Sasaran utama program STANSA ini secara umum ialah masyarakat di Desa Sendang Rejo. Akan tetapi, sebagai tahap awal secara khusus akan lebih diutamakan kepada para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani NGUDI MAKMUR I, dan Kelompok Pemuda Perikanan MINA SEJAHTERA.
D. Pendampingan Program Pendampingan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Pendampingan yang intensif dari hulu hingga hilir usaha pertanian organik ini mutlak diperlukan, mulai dari sosialisasi, DIKLAT, aplikasi (penanaman, pengelolaan lahan, pemeliharaan, pemanenan) hingga pemasaran produk organik. Pendampingan kegiatan tersebut berasal dari mahasiswa, dosen, Pemerintah Kabupaten Sleman, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan, Pemerintah Kelurahan Sendang Rejo, Pemerintah Kecamatan Minggir, dan pihak mitra swasta. Dukungan tersebut dapat berupa, penyuluhan, pemberian motivasi, bantuan untuk mempublikasikan kegiatan dan hasil kegiatan.
23
E. Alur Sistem Pelaksanaan Program Skema pelaksanaan pemberdayaan masyarakat program STANSA adalah sebagai berikut ini :
- Pengujian Pupuk dan Tanah (PUPUT)
P - Kenal SRI o Penyiapan Benih R o Penyemaian O o Penyiapan Lahan G o Pemeliharaan dan Perawatan R o Panen A - Pembuatan Pestisida Organik Lokal (POL) M - Panen Raya
Sosialisasi Program STANSA
Diklat
Analisis Agribisnis dan Pemasaran Produk
Realisasi Program
Pembuatan Demonstration Plot Unit Usaha Terpadu Skema 3. Pelaksanaan Program STANSA.
Evaluasi dan Pendampingan Program
24
F. Financial Plan Perhitungan Analisis Finansial : A. PENDAPATAN Pendapatan selama 1 tahun = 2 x (Total produksi x Harga Jual)
= 2 x (9000kg x Rp 10.000) = Rp 180.000.000,00 B. KEUNTUNGAN Keuntungan = Pendapatan – (Total biaya Produksi+Bunga bank 15%) = Rp 180.000.000-(Rp 50.000.000+Rp 7.500.000)
= Rp 103000000 C. Nilai Benefit Cost Ratio
B/C Ratio = Pendapatan : Total biaya = Rp 180.000.000 : Rp 57.500.000 = 3,13 Artinya dengan modal usaha Rp 57.500.000, usaha agrobisnis beras organic rojolele ini akan memperoleh hasil penjualan sebesar 3,13 kali dari modal yang dikeluarkan. D. Break Event Point (BEP) BEP harga = Total biaya : total produksi = Rp 50.000.000 : 18000 = Rp 2777,78 Artinya dengan modal usaha Rp 57.500.000 dan total produksi 18000 kg dengan harga jual beras Rp 2777,78 perhitungan usaha sudah mencapai titik impas. BEP produksi = Total biaya : harga jual = Rp 50.000.000 : 10000 = 5000 kg Artinya jika modal usaha Rp 57.500.000 dan harga jual beras Rp 10.000 dengan jumlah produk yang terjual 5000 kg (5 ton) perhitungan usaha sudah mencapai titik impas. E. Pay Back Period Melihat pada cash flow, usaha ini akan balik modal pada periode produksi tahun pertama karena nilai udang sudah positif F. Net Present Value NPV = -Total biaya produksi+penjualan per panen x (P/F,15%,2) = -Rp 50.000.000+Rp 180.000.000 x 0,7561
= Rp 86.098.000,00 Nilai NPV positif maka usaha ini layak untuk dijalankan. G. Incremental Rate of Return Analysis (IRR) Perhitungan menggunakan interpolasi dari MARR Nilai yang diperoleh : MARR = 15% IRR = 420% Nilai IRR > MARR sehingga usaha ini layak dijalankan