BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Ketimpangan distribusi pendapatan Provinsi Kalimantan Timur meningkat pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2003 dan 2007 yang diukur dengan menggunakan indeks Theil dan koefisien Gini. Demikian juga ketimpangan distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan antara desa-kota. Ketimpangan distribusi pendapatan tertinggi terdapat di Kota Bontang dengan koefisien Gini antara 0,35-0,38, sedangkan koefisien Gini daerah lainnya antara 0,19-0,34. Berdasarkan karakteristik kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per kapita di Kalimantan Timur, sehingga adanya peningkatan ketimpangan antartingkat pendidikan kepala rumah tangga juga diikuti peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan secara keseluruhan. Berdasarkan hasil analisis, meningkatnya sektor perekonomian yang bersifat padat modal yaitu sektor pertambangan mempengaruhi peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Timur.
2.
Tingkat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Timur turun dari 17,31 persen pada tahun 2003 menjadi 7,01 persen pada tahun 2011. Dekomposisi
78
79
perubahan kemiskinan menunjukkan efek pertumbuhan tanpa ada efek distribusi mampu mengurangi kemiskinan hingga 15,37 persen, sedangkan efek distribusi tanpa efek pertumbuhan meningkatkan kemiskinan 15,97 persen. Oleh karena itu, efek pertumbuhan mampu mengurangi tingkat kemiskinan, namun tidak optimal karena efek distribusi justru meningkatkan tingkat kemiskinan. Secara absolut pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur merupakan pro-poor growth, sedangkan secara relatif pertumbuhan ekonomi bukan merupakan pro-poor growth karena pertumbuhan kelompok persentil teratas lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di kelompok persentil terendah sebagaimana yang ditunjukkan Growth Incidence Curve (GIC). 3.
Berdasarkan hasil klasifikasi berdasarkan distribusi pendapatan per kapita, Kalimantan Timur bagian selatan dan utara memiliki pendapatan per kapita lebih rendah jika dibanding Kalimantan Timur bagian tengah. Perhitungan pendapatan per kapita yang menggunakan pendekatan pengeluaran, mengakibatkan daerah dengan minim infrastruktur memiliki pengeluaran yang tinggi, kemudian menunjukkan pendapatan per kapita yang tinggi. Daerah perkotaan memiliki pendapatan per kapita yang tinggi dari daerah kabupaten karena daerah perkotaan memiliki faktor-faktor produksi lebih baik. Pola spasial berdasarkan koefisien gini tidak menunjukkan pola spasial tertentu.
4.
Berdasarkan hasil klasisfikasi tipologi daerah dapat diketahui prioritas strategi pembangunan di masing-masing tipologi. Pada kuadran I dengan
80
pendapatan per kapita tinggi dan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi, diprioritaskan untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan
melalui
program
peningkatan
pendapatan
masyarakat
berpenghasilan rendah dalam jangka pendek dan program peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam jangka panjang. Pada kuadran II dengan pendapatan per kapita rendah dan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi, diprioritaskan meningkatkan pendapatan dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan melalui pembangunan infrastruktur dan pengalihan transfer sumberdaya dari masyarakat berpendapatan tinggi kepada masyarakat berpendapatan rendah dengan pajak dan subsidi. Pada kuadran III dengan pendapatan per kapita rendah dan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah, diprioritaskan untuk meningkatkan pendapatan per kapita melalui pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity) serta berkelanjutan.
Sektor
pertanian
melalui
industri
berbasis
pertanian
(agroindustry) merupakan hal yang tepat mengingat ketersediaan lahan subur yang begitu luas. Selain itu, sektor pertanian juga akan mengurangi laju kemerosotan mutu lingkungan jika dibandingkan sektor pertambangan. Selanjutnya pada kuadran IV dengan pendapatan per kapita tinggi dan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah. Tipologi ini merupakan ukuran keberhasilan pembangunan. Strategi daerah pada tipologi adalah mengendalikan pertumbuhan penduduk khususnya dalam hal migrasi. Migrasi penduduk dengan kemampuan sumber daya manusia yang tidak memadai akan meningkatkan ketimpangan distribusi pendapatan.
81
4.2 Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah perlu diberikan kemudahan akses dalam pembangunan yang dapat dibagi dalam tiga bidang yaitu sosial, ekonomi dan infrastruktur. Pada bidang sosial kemudahan tersebut dilakukan melalui pemberian subsidi/beasiswa pendidikan, sekolah gratis dan pembangunan sarana prasarana pendidikan. Selanjutanya bidang ekonomi melalui pengembangan UMKM, kemudahan kredit modal usaha, dan peningkatan kewirausahaan, sedangkan dalam bidang infrastrukur adalah pembangunan jalan, air bersih, listrik dan prasarana telekomunikasi yang
dalam pelaksanaannya perlu
memperhatikan pemerataan dalam aspek spasial, bukan hanya pemerataan menurut kabupaten/kota tetapi juga lokasi kota-desa. Pemerintah daerah harus mulai mengedepankan pembangunan perdesaan mengingat ke depan memilih agroindustry sebagai lokomotif baru ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur. 2. Pemerintah harus memberikan insentif pada sektor perekonomian yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara merata dan memberikan disinsentif untuk menekan pertumbuhan pada masyarakat kelompok persentil teratas. Dengan demikian diharapkan efek distribusi mampu secara bersamasama dengan efek pertumbuhan mampu mengurangi tingkat kemiskinan.
82
3. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang membandingkan perhitungan ketimpangan distribusi pendapatan dengan pendekatan pengeluaran sebelum dan setelah disesuaikan dengan standar hidup (pengeluaran riil). Hal ini mengingat standar hidup di masing-masing daerah berbeda-beda sehingga mempengaruhi pengeluaran individu atau rumah tangga. Sebagai contoh harga gula pasir pada umumnya adalah Rp11.000,- per kilogram, sedangkan di Kabupaten Nunukan yang berada di perbatasan negara Indonesia–Malaysia bisa mencapai Rp15.000,- per kilogram. 4. Strategi pembangunan pada masing-masing daerah hanya memperhatikan tipologi berdasarkan pendapatan per kapita dan ketimpangan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, selanjutnya perlu dirumuskan strategi yang memperhatikan pengangguran.
aspek-aspek
lain
seperti
tingkat
kemiskinan
dan