BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan Tabel Input Output Provinsi Riau tahun 2010 diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Provinsi Riau mengalami perkembangan ekonomi yang semakin baik dengan angka pertumbuhan ekonomi tanpa migas Provinsi Riau pada tahun 2010-2012 selalu berada di atas 7 persen dengan tren yang terus meningkat setiap tahun. Dari hasil analisis kontribusi sektoral perekonomian Provinsi Riau berdasarkan analisis struktur output, permintaan antara, permintaan akhir dan NTB pada penelitian ini mengidentifikasi tujuh sektor kunci dalam perekonomian. Sektorsektor kunci tersebut adalah sektor Penambangan Migas (8) diikuti oleh sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau (10), sektor Perdagangan (21), sektor Industri Pulp, Kertas dan Percetakan (13), sektor Kehutanan (6), sektor Industri Migas (15) dan sektor Karet (2). 2. Hasil analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antarsektor serta analisis sektor kunci berdasarkan analisis kontribusi sektoral, analisis angka pengganda dan analisis keterkaitan antarsektor telah mengidentifikasi beberapa sektor kunci
perekonomian
Provinsi
Riau. Sektor-sektor kunci
yang telah
diidentifikasi tersebut adalah sebagai berikut. a. berdasarkan dari kedua analisis angka pengganda terbuka dan angka pengganda tertutup, diidentifikasi enam sektor kunci perekonomian Provinsi 127
128
Riau tahun 2010. Sektor-sektor kunci tersebut adalah sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau (10), sektor Tanaman Pangan (1), sektor Peternakan (5), sektor Karet (2), sektor Kelapa Sawit (3) dan sektor Kehutanan (6). b. Perbandingan secara empiris analisis keterkaitan antarsektor dengan Rasmussen/Hirschman Method, Pure Linkage Method dan Dietzenbacher Method mengidentifikasi sebelas sektor kunci perekonomian Provinsi Riau Tahun 2010. Sektor-sektor kunci perekonomian tersebut adalah Tanaman Pangan (1), sektor Peternakan (5), sektor Industri Makanan, Minuman Dan Tembakau (10), sektor Industri Listrik, Gas dan Air (19), sektor Angkutan Dan Komunikasi (23), sektor Industri Karet dan Plastik (16), sektor Jasa (25), sektor Industri Pulp, Kertas dan Percetakan (13) sektor Industri Kimia (14), sektor Kelapa Sawit (3) dan sektor Industri Lainnya (18). c. Secara keseluruhan, berdasarkan analisis kontribusi sektoral, analisis angka pengganda dan analisis keterkaitan antarsektor diidentifikasi lima sektor kunci perekonomian Provinsi Riau tahun 2010. Sektor-sektor kunci utama dalam perekonomian Provinsi Riau tersebut adalah sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau (10), sektor Tanaman Pangan (1), sektor Peternakan (5), sektor Industri Pulp, Kertas dan Percatakan (13) dan sektor Kelapa Sawit (3).
129
4.2 Saran 1. Perencanaan kebijakan dan program pembangunan ekonomi di Provinsi Riau sebaiknya lebih diarahkan kepada sektor di luar Migas walaupun kontribusi sektor Migas masih sangat dominan. Pembangunan diharapkan ditekankan pada sektor-sektor ekonomi yang diidentifikasi sebagai sektor kunci. Sektorsektor tersebut adalah sektor Makanan, Minuman dan Tembakau (10), sektor Tanaman Pangan (1), sektor Industri Pulp, Kertas dan Percatakan (13), sektor Peternakan (5) dan sektor Kelapa Sawit (3). Berdasarkan sektor kunci ini, pembangunan di Provinsi Riau sudah sepantasnya diarahkan pada agribisnis dilihat dari potensi sektor pertanian terutama di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet yang secara tidak langsung akan mengembangkan sektor industri serta menggerakkan sektor perdagangan dan sektor jasa. Apalagi mengingat Indonesia sebagai produsen utama minyak kelapa sawit (CPO) dan produsen terbesar kedua karet dunia. Sementara, Riau termasuk penyumbang CPO dan Karet terbesar Indonesia sehingga masih berpotensi meningkatkan produktivitas. 2. Penelitian ini menunjukkan bahwa sektor Non Migas mulai semakin menguasai perekonomian Provinsi Riau terutama sektor Kelapa Sawit. Pesatnya pertumbuhan sektor Kelapa sawit ini juga menyebabkan peningkatan pada sektor Industri Kimia sebagai sektor pendukung sektor pertanian pada umumnya. Berkembangnya sektor industri seperti Industri Pulp, Kertas dan Percetakan menjelaskan bahwa sektor Industri Kimia sangat penting. Namun, perlu diperhatikan bahwa berkembangnya sektor-sektor
130
tersebut telah mengancam kelestarian lingkungan khususnya pembakaran hutan dan illegal logging. Untuk mengoptimalkan pembangunan, Pemerintah Provinsi Riau harus merevisi ulang peraturan yang mengatur masalah perizinan standar operasi perusahaan agar dampak buruk terhadap lingkungan khususnya pencemaran limbah industri dan asap dari kebakaran hutan tidak lagi menjadi bencana tahunan di Provinsi Riau. 3. Kelemahan dari penelitian ini adalah nilai indikator pada analisis keterkaitan antarsektor menggunakan Rasmussen/Hirschman Method, Pure Linkage Method dan Dietzenbacher Method tidak konsisten. Inkonsistensi diduga akibat kelemahan pada metoda penghitungan indikator analisis keterkaitan antarsektor berdasarkan Pure Linkage Method. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa indikator analisis keterkaitan antarsektor dengan Pure Linkage Method pada analisis ini diolah dari nilai indikator pada penelitian Rahmanto (2013). Penelitian tersebut menghitung indikator analisis keterkaitan antarsektor dengan Pure Linkage Method yang dilakukan oleh Sonis et al. (1995). Kesulitan menginterpretasikan nilai keterkaitan kedepan Pure Linkage serta tidak ada kriteria umum yang benar-benar berlaku dan dapat
digunakan
untuk
mendefinisikan
sektor
kunci
menggunakan
pendekatan ini berdampak pada inkonsistensi hasil penelitian. Disarankan bagi peneliti untuk menghitung indikator analisis keterkaitan antarsektor Pure Linkage Method menggunakan versi revisi Pure Linkage Method yang dikembangkan oleh Cai dan Leung (2005). Sementara, kelebihan dari penelitian ini adalah hasil analisis sektor kunci perekonomian Provinsi Riau
131
tahun 2010 menggunakan tiga metoda keterkaitan antarsektor terbukti lebih baik karena dapat mengeliminasi kesalahan underestimasi nilai keterkaitan antarsektor tertentu sehingga hasil analisis diharapkan lebih optimal. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi mengidentifikasi sektor kunci suatu perekonomian apalagi mengingat identifikasi sektor kunci menggunakan kombinasi tiga metoda analisis keterkaitan masih belum dipakai secara luas dalam penelitian di Indonesia. 4. Berdasarkan dari hasil penelitian ini, disarankan bahwa Dietzenbacher Method merupakan pilihan metoda analisis keterkaitan antarsektor yang lebih baik dibandingkan Pure Linkage Method. Hal ini karena, indikator Pure Linkage hanya menghitung efek sektor yang dihilangkan pada output sektor lain (tidak termasuk efek pada output sektor itu sendiri). Sementara, Dietzenbacher Method menganalisis dampak dari menghilangkan sebuah sektor terhadap output total jika permintaan akhir meningkat sebesar satu unit moneter di semua sektor serta menggunakan kriteria yang jelas dalam mengidentifikasi sektor kunci suatu perekonomian.