BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Total Factor Productivity (TFP) Provinsi Jawa Barat tahun 1987-2012 yang telah dibahas di bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Dari analisis regresi dan perhitungan pertumbuhan dengan metoda Growth Accounting, diperoleh hasil bahwa pertumbuhan TFP selama kurun waktu 1987-2012 adalah sebesar 0,64 persen, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,83 persen. Sementara itu, pertumbuhan kapital dan tenaga kerja pada periode yang sama berturut-turut sebesar 3,95 persen dan 0,24 persen. Jika dilihat dari periode perekonomian, maka pertumbuhan TFP tertinggi terjadi pada periode nonoil boom (1990-1996) yang mencapai 2,22 persen, dengan pertumbuhan ekonomi diperiode yang sama sebesar 8,02 persen. Pada periode selanjutnya yaitu periode krisis ekonomi (1997-1999), pertumbuhan TFP Provinsi Jawa Barat menurun tajam menjadi sebesar -7,37 persen dengan pertumbuhan ekonomi sebesar -3,71 persen. Pertumbuhan TFP terendah terjadi di tahun 1998 yang mencapai angka -20,76 persen. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan TFP Indonesia pada tahun 1998 yang mencapai -16,86 persen (Prihawantoro, et al., 2012), namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan TFP Provinsi DKI Jakarta pada tahun yang sama sebesar -21,48 (Askinatin, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, berdampak lebih besar terhadap 77
78
pertumbuhan TFP di Provinsi DKI Jakarta dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat 2. Dari hasil perhitungan pertumbuhan TFP dengan metoda Growth Accounting, maka dengan menganggap pertumbuhan ekonomi sebesar seratus persen, dapat diketahui bahwa pertumbuhan TFP berkontribusi sebesar 13,26 persen. Kontribusi pertumbuhan TFP yang cukup besar tersebut salah satunya dikarenakan adanya transfer teknologi dalam pengolahan sumber daya alam sebagai dampak dari tingginya investasi baik yang berupa PMA maupun PMDN. Dari data-data yang ada menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Barat banyak terdapat potensi sumber daya alam pertambangan, minyak dan gas, yang dalam pengolahannya banyak menggunakan mesin-mesin canggih serta berteknologi tinggi. Selain itu salah satu indikator Bank Dunia untuk melihat tingkat kemajuan teknologi suatu wilayah, adalah dari jumlah pengguna telepon dan komputer. Berdasarkan Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2005 menyebutkan bahwa Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah rumah tangga pengguna telepon rumah dan handphone terbesar di Indonesia. masing-masing mencapai 1,653 juta rumah tangga dan 2,76 juta rumah tangga. Pertumbuhan kapital selama periode penelitian berkontribusi sebesar 81,86 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Kontribusi pertumbuhan kapital yang mendominasi pertumbuhan ekonomi, didukung oleh data realisasi investasi PMA dan PMDN berdasarkan laporan Kegiatan Penanaman Modal Tahun 2010-2013 yang menempatkan Provinsi Jawa Barat sebagai Provinsi dengan realisasi Investasi PMDN terbesar selama tahun 2010 dan 2011 serta
79
realisasi investasi PMA terbesar di Indonesia selama tahun 2012 dan 2013. Jika potret perekonomian Provinsi Jawa Barat bisa diasumsikan mewakili atau searah dengan perekonomian Indonesia, maka hasil penelitian ini nampaknya sejalan dengan penelitian Krugman (2004), yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Timur (salah satunya Indonesia) yang tinggi, dikarenakan berhasil dalam mengakumulasi kapital, dibandingkan dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Sementara itu, Kontribusi terendah berasal dari pertumbuhan tenaga kerja yang mencapai angka 4,89 persen. Kontribusi pertumbuhan tenaga kerja yang rendah tersebut, dimungkinkan karena nilai IPM Provinsi Jawa Barat tahun 2004-2012 yang berada diperingkat ke 15 dari total 33 provinsi yang ada di Indonesia. 3. Dari analisis regresi data panel dan perhitungan pertumbuhan TFP sektoral dengan metoda Growth Accounting, diperoleh hasil bahwa pertumbuhan TFP sektor pertanian dan pertambangan adalah sebesar -2,38 persen, sektor industri pengolahan sebesar -2,93 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar -4,87 persen. Pertumbuhan sektor lainnya (yang terdiri dari sektor listrik gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan) adalah sebesar -3,03 persen. Dari seluruh sektor perekonomian, hanya Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) yang mencapai pertumbuhan TFP positif, yaitu sebesar 0,09 persen. Pertumbuhan TFP yang negatif menunjukkan bahwa terjadi inefisiensi dalam pertumbuhan ekonomi sektoral untuk semua sektor kecuali sektor PHR. Sementara itu pertumbuhan sektor PHR yang positif, salah satunya dikarenakan
80
jumlah hotel dan restoran yang terus bertambah sejak tahun 2009 sampai 2011. Seperti diketahui bahwa pada pengelolaan usaha dibidang perhotelan, terutama hotel berbintang sangat memperhatikan kualitas dari bangunan, tenaga kerja, perlengkapan dan peralalatan yang menunjang, serta jumlah kamar yang tersedia, sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan TFP yang positif di Provinsi Jawa Barat. 4.2 Saran 1.
Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh pertumbuhan faktor input seperti pertumbuhan kapital tanpa dibarengi dengan pertumbuhan produktivitas, akan sulit untuk bisa mencapai pertumbuhan yang tinggi secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Apalagi jika investasi yang diperoleh didominasi oleh penanaman modal asing yang tidak digunakan secara efisien. Oleh karena itu disarankan kepada pemerintah untuk bisa memanfaatkan investasi dari PMA pada sektor-sektor ekonomi yang bersifat kapital intensif dan berteknologi tinggi. Memanfaatkan di sini berarti bisa membuat regulasi seefektif mungkin, tidak memihak pada kepentingan asing, dan lebih memperhatikan keberlangsungan sumber daya alam yang tersedia untuk di masa mendatang.
2.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat disarankan untuk lebih fokus dalam meningkatkan kualitas manusia dan tenaga kerja, mengingat populasi penduduknya yang sangat besar. Hal tersebut bisa dilakukan dengan meningkatkan keahlian/keterampilan tenaga kerja melalui pemagangan dan pelatihan, pengembangan manajemen teknologi, pengembangan pendidikan
81
berbasis teknologi, serta memperbanyak dana untuk riset dan pengembangan. Selain itu, dengan meningkatkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia menjadi lebih baik lagi. 3.
Disarankan agar pemerintah bisa meningkatkan peran teknologi dalam pertumbuhan sektor-sektor perekonomian, terutama sektor pertanian yang menjadi penyumbang terbesar ketiga terhadap total PDRB Provinsi Jawa Barat.
4.
Keterbatasan penelitian ini adalah tidak menyertakan variabel independent selain Kapital dan Tenaga Kerja. Untuk itu disarankan bagi penelitian selanjutnya agar memasukkan variabel lain, seperti variabel kelembagaan, Government Size, Years of Scholing dan lain sebagainya. Selain itu disarankan untuk menganalisis pertumbuhan TFP dengan pendekatan nonkonvensional
melalui
metoda
parametrik
seperti
menggunakan
pendekatan Stochastic Frontier Analysis, sehingga bisa dilihat pendorong utama
pertumbuhan TFP Provinsi Jawa Barat, apakah karena kemajuan
teknologi, penggunaan sumber daya yang efisien atau karena skala ekonomi.