BAB IV HASIL RANCANGAN PRODUKSI
4.1 Tahapan Produksi Dalam proses produksi iklan layanan masyarakat “Jadilah Pemuda Pecinta Kebudayaan Bangsa”, terdapat lima tahap yang perlu dilakukan, diantaranya : 1. Pemilihan film director (Sutradara) dan film crews (kru film) 2. Pre-Production Pre-pro meeting untuk membahas storyboard dan konsep kreatif iklan tersebut, serta membahas kebutuhan apa saja yang akan mendukung jalannya produksi nanti, seperti perlengkapan teknis, model, kostum, artistik, koreografi dan lain sebagainya. 3. Production Pada tahap inilah keseluruhan konsep kreatif akan dituangkan dalam bentuk gambar nyata. Pengambilan gambar setiap adegan akan disesuaikan dengan kepentingan storyboard dan teknis kamera. 4. Post-Production Pada tahap ini, hasil produksi akan disusun (editing) menjadi iklan layanan masyarakat yang nyata, dimana perlu melalui tahap off line dan on line editing terlebih dahulu.
68
69
5. Finishing Pada tahap ini, iklan layanan masyarakat yang telah selesai disunting atau melalui proses editing akan dibuatkan master nya, baik dalam format VHS, VCD, DVD, dan lain sebagainya.
4.2 Pemilihan Film Director dan film Crews Dalam setiap produksi film ataupun iklan, film director (sutradara) sangat dibutuhkan untuk menuangkan segala bentuk konsep kreatif yang dimiliki oleh penulis ke dalam sebuah gambar bergerak yang menarik, maka penulis memilih Dio Mairizky, mahasiswa Broadcasting 2010 untuk menjadi sutradara sekaligus Director of Photography. Dio sudah seringkali memenangkan lomba film pendek, documenter ataupun feature video. Untuk itu, Dio sudah cukup kredibel dalam proses syuting iklan layanan masyarakat ini nantinya. Tahap berikutnya adalah pemilihan film crews, saya membutuhkan orang-orang kreatif dalam bidang yang berbeda-beda agar dapat mendukung jalannya syuting. Juru kamera yang akan mendampingi Dio adalah Frins Aritonang, untuk lighting atau pencahayaan dipegang oleh Mirza, artistik dan perlengkapan dipegang oleh Mikael, kostum dan make up dipegang oleh Ratna Sartika, pengarah koreografi dipegang oleh Ari Mukti (ketua Traditional Dance Club di UMB), dan pemeran pendukung akan diperankan oleh Amillio Fahlevi.
70
4.3 Pre-Production Pada tahap pre-production ini, penulis bersama dengan seluruh kru mengadakan pre-pro meeting untuk mendiskusikan keseluruhan konsep kreatif iklan, serta berbagai aspek yang diperlukan untuk produksi nantinya. Iklan Layanan Masyarakat
Jadilah Pemuda Pecinta Kebudayaan Bangsa
ini
menceritakan tentang rasa nasionalisme dan kecintaan seorang pemudi terhadap kebudayaan yang dimiliki oleh bangsanya yang telah dilestarikan secara turun temurun dari nenek moyang hingga saat ini. Kebudayaan yang dimaksud adalah Tari pendet. Keseluruhan adegan dilakukan dengan dramatisasi dan diakhiri dengan pernyataan yang mengejutkan, yakni bahwa pemudi tersebut adalah orang Malaysia. Ini merupakan gambaran fenomena pengklaiman yang terjadi pada kebudayaan di Indonesia, sehingga keseluruhan konsep ikan layanan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai sebuah sindiran kepada masyarakat Indonesia. Untuk itu, dalam pre-produksi iklan layanan masyarakat ini, kru harus mencari sosok penari pendet yang mampu berakting dengan bagus untuk memerankan seorang pemudi enerjik, nasionalis, berkarakter dan penuh keyakinan. Cukup mengalami kesulitan dalam pemilihan karakter tersebut, hingga akhirnya penulis memilih Putri Listiyanti, mahasiswa Universitas Mercu Buana yang juga kordinator koreografi tim paduan suara UMB. Putri Listiyanti (Puput) sudah sering belajar tari pendet untuk penampilan paduan suara, khususnya saat menyanyikan lagu-lagu daerah Bali. Puput juga sudah beberapa kali berakting pada film karya mahasiswa Universitas Mercu Buana. Maka dari itu, akting
71
sekaligus penguasaan tari pendet relatif cukup untuk produksi iklan layanan masyarakat ini. Setelah model terpilih, kami membicarakan mengenai hal teknis. Kami menggunakan kamera Canon D600 dengan sebuah Tripod, lighting menggunakan tiga buah lampu panggung. Wardrobe yang digunakan adalah satu buah kostum tari pendet, duabuah kostum latihan, satu buah kostum jogging, dan satu buah kostum casual. Yang cukup kesulitan adalah dalam pemilihan artistik, akhirnya kami menggunakan beberapa foto atau gambar yang mengasosiasikan bahwa setting tersebut adalah di Malaysia. Sehingga ketika khlayak jeli dalam melihat iklan tersebut, mereka akan menyadari bahwa keseluruhan adegan adalah di Malaysia, bukan di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menyinkronisasikan ending cerita yang eksplisit dengan perjalanan cerita yang implisit.
Gambar 4.1 Menara Petronas (merupakan ikon pencakar langit terkenal di Malaysia)
72
Gambar 4.2 Yang Dipertuan Agong Malaysia. (Foto tersebut biasa diletakan pada tempat-tempat tertentu, sama seperti foto Presiden di berbagai Negara.)
Gambar 4.3 Peta Malaysia (Sama dengan Negara lainnya, peta Negara pun menjadi hal penting untuk diletakan di berbagai tempat.)
73
Gambar 4.4 Poster tentang event kebudayaan Malaysia.
Gambar 4.5 Bendera Malaysia (Foto bendera sekaligus gambaran perjuangan Negara Malaysia untuk menggambarkan secara jelas bahwa setting iklan tersebut adalah di Malaysia)
74
Gambar 4.6 Bendera Malaysia dan Tiangnya Berikutnya adalah pemilihan lokasi syuting. Ada beberapa lokasi yang menjadi setting adegan dalam iklan layanan masyarakat ini, diantaranya ruang make-up, ruang latihan indoor dan outdoor, taman untuk jogging, dan jalan ramai. Untuk ruang make-up dan ruang latihan indoor akan dilakukan di ruang latihan UKM Paduan Suara Universitas Mercu Buana Jakarta, ruang latihan tersebut dipenuhi oleh kaca dan beralaskan kayu, sehingga sesuai dengan ruang latihan tari pada umumnya. Untuk ruang make-up dan backstage nantinya akan dibuatkan setting khusus di lokasi tersebut juga. Kemudian untuk lokasi latihan tari outdoor, kami memilih rooftop tower Universitas Mercu Buana. Karena rooftop tersebut memiliki suasana perkotaan yang sesuai dengan konsep. Untuk lokasi jalan ramai, kami memilih
75
beberapa sudut area Universitas Mercu Buana. Dan terakhir untuk lokasi jogging, kami memilih Perumahan Puri Botanical di daerah Joglo, Meruya Selatan. Lokasi tersebut sangat cocok untuk jogging karena dipenuhi oleh pepohonan yang rindang. Setelah pemilihan lokasi sudah selesai, tibalah waktunya kami mempersiapkan jadwal untuk syuting atau produksi. Setelah berdiskusi panjang, kami memilih dua hari syuting, hari pertama pada tanggal 26 September 2013 dan hari kedua pada tanggal 2 Oktober 2013.
4.4 Production Untuk proses produksi, kami putuskan untuk melakukan syuting adegan indoor pada hari pertama. Seperti adegan make-up, adegan latihan indoor, dan adegan berjalan di backstage. Semua adegan tersebut dilakukan di ruang latihan UKM Paduan Suara Universitas Mercu Buana. Setelah mengumpulkan seluruh crew dan pemeran iklan, perlengkapan dan artistik, hingga perizinan lokasi, kami pun siap syuting. Seluruh kaca kami tutup dengan kain hitam agar cahaya yang masuk tidak berlebih atau over. Adegan yang kami kerjakan dahulu adalah adegan latihan indoor agar memudahkan penggunaan kostum talent kami. Namun, ada kendala dengan cahaya lampu yang masih terlalu kuning, akhirnya kami menggunakan plastik mika berwarna biru untuk menutupi lighting agar warna lebih terlihat netral.
76
Gambar 4.7 Persiapan artistik dan perlengkapan syuting
Gambar 4.8 Syuting adegan latihan tari dengan 2 buah lighting utama
Gambar 4.9 Ketika mengambil close up penari yang kelelahan
77
Untuk lebih menjiwai tarian, adegan latihan diiringi oleh musik Bali. Setiap adegan latihan yang ada pada story board diambil dari angel yang berbedabeda agar tidak monoton. Setelah semua adegan latihan indoor dirasa cukup, selanjutnya kami mengambil adegan merias wajah (make-up). Pada adegan ini, kami harus membuat setting khusus terlebih dahulu yang menggambarkan kalau penari tersebut benar-benar sedang berada pada meja rias. Kami buat sebuah meja dengan berisi alat make up yang lengkap, kemudian bangku tempat penari duduk untuk merias diri, dan kami tambahkan beberapa artistik pada bagian belakang penari, agar in frame pada kamera. Artistik tersebut adalah foto Yang Dipertuan Agong Malaysia dan foto Menara Petronas.
Gambar 4.10 Pengambilan gambar close up untuk adegan merias wajah
Untuk pengambilan gambar pada adegan merias wajah ini terbilang cukup mudah sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Dio yang
78
bertanggung jawab atas pengambilan gambar tersebut mencoba menngumpulkan stock gambar yang menarik dan dramatis. Terakhir, kami mengambil adegan backstage, dimana Puput yang berperan sebagai penari tersebut harus berjalan menuju panggung dan melewati stage manager yang pada saat itu diperankan oleh Amillio Fahlevi. Maka, untuk memberikan suasana belakang panggung yang nyata, kami harus membuat setting khusus. Kami menutup salah satu bagian ruangan paduan suara itu dengan kain hitam dan dibuat seolah-olah meyerupai lorong untuk menuju panggung. Lorong tersebut memiliki luas 2x4 meterdan tinggi kurang lebih 4 meter. Kemudian kami letakan dua buah lighting pada ujung lorong menghadap penari yang sedang berjalan.
Gambar 4.11 Persiapan setting backstage (dengan ditutupi kain hitam) Setelah pembuatan setting selesai, kami segera mengambil adegan berjalan menuju stage. Ini merupakan adegan terakhir dari agenda syuting di hari
79
pertama. Setelah mengambil beberapa stock yang dianggap baik, syutingpun selesai.
Gambar 4.11 Pengambilan gambar adegan terakhir (berjalan menuju stage)
Pada tanggal 2 Oktober 2013, kami melakukan syuting kembali untuk adegan-adegan outdoor. Dikarenakan keseluruhan syuting hari kedua dilakukan di luar ruangan, maka kami memutuskan untuk tidak mengenakan lighting. Pertama, kami mengambil adegan dimana penari sedang melihat sebuah poster Festival Kebudayaan Malaysia 2013, adegan ini cukup mudah dan tidak membutuhkan stock gambar yang banyak. Kemudian kami mengambil adegan berjalan di tengah keramaian sambil membawa kostum tari pendet, berhubung syuting dilakukan di sudut-sudut kampus Universitas Mercu Buana, maka kami tidak kesulitan untuk mencari keramaiannya. Berikutnya, kami mengambil adegan jogging. Kami menuju ke lokasi Perumahan Puri Botanical di daerah Joglo-Meruya Selatan. Di sana kami meminta ijin dengan petugas security setempat dan segera mengambil
80
beberapa adegan jogging dengan cepat. Tidak ada kesulitan pada pengambilan adegan ini karena stock yang dibutuhkanpun tidak banyak.
4.12 Penulis sedang memberikan arahan kepada Puput (talent)
4.13 Pengambilan adegan latihan dan merenung outdoor (di rooftop Tower Universitas Mercu Buana Terakhir, kami mengambil adegan latihan tari outdoor. Untuk memaksimalkan suasana emosional pada video nantinya, kami memutuskan untuk
81
syuting pada petang hari, dimana matahari baru saja terbenam. Hal ini untuk menambah artistik gambar dan menghindari adanya suasana gambar yang monoton. Dengan lighting LED berbatere, kamipun mulai syuting dengan waktu yang cukup singkat. Setelah semua adegan yang diperlukan sudah terpenuhi, maka rangkaian proses syuting kamipun berakhir.
4.5
Post Production Setelah proses produksi selesai, tibalah saatnya tahap post-produksi
atau editing. Dengan dibantu oleh Dio Marizky, penulis melakukan off line editing dengan memilah-milah gambar mana saja yang dianggap baik dan dapat digunakan, dan mana yang tidak. Setelah semuanya terpilih, kami mencoba menyuntingnya dan menyusunnya menjadi sebuah urutan gambar yang sesuai dengan storyboard berdurasi 60 detik tersebut. Pada tahap off line ini pula, kami mencoba mengubah nuansa warna pada video. Untuk adegan pembuka dan merias wajah menggunakan warna original. Namun untuk adegan latihan tari dan latihn fisik baik indoor maupun outdoor, kami mengubah warnanya menjadi agak biru dan gelap (dikarenakan adegan latihan tersebut adalah cerita flashback si penari). Selanjutnya, kami memberikan beberapa tulisan seperti yang ada pada story board. Setelah hasil off line editing terlihat cukup baik, kami masuk ke tahap on line editing. Pada tahap ini, kami memberikan voice over yang diisi oleh suara Putri Listyanti. Rekaman suara menggunakan kamera DSLR Canon D600. Pada saat merekam suara, suasana ruangan harus sunyi dan tenang, perlu diperhatikan
82
juga untuk intonasi berceritanya, agar cerita pada voice over sesuai dengan video yang ada. Langkah selanjutnya adalah pemilihan backsound atau suara latar, kami mencari musik yang dramatis dan epic yang juga memiliki dinamika sesuai adegan, yakni dari musik awal yang sendu, kemudian klimaks, hingga diakhiri dengan musik yang antiklimaks. Maka kami pilih lagu Emotional Music – Dawn of Love yang merupakan komposisi The Secession dari Amerika Serikat. Karena pengambilan music score tersebut gratis dan telah mendapatkan ijin dari yang empunya, maka kami pun menggunakannya. Setelah keseluruhan editing telah selesai, ternyata kami merasa bahwa dari adegan meja rias menuju adegan belakang panggung seperti jumping atau tidak in-line dikarenakan perubahan suasana yang terlalu ekstrem. Maka, kami mencoba menambahkan establish panorama kota Kuala Lumpur pada malam hari. Karena tidak memungkinkan bagi kami jika harus pergi ke Kuala Lumpur, kami mencari panorama tersebut melalui Youtube. Setelah memilah-milah gambar mana yang sesuai, didapatlah establish panorama kota Kuala Lumpur pada malam hari yang sesuai dengan gambar video yang kami miliki.
4.6 Finishing Setelah keseluruhan tahap editing sudah kami selesaikan, kami render video berdurasi 60 detik tersebut. Dan terakhir kami export ke dalam format .MP4 kemudian kami simpan master nya pada sebuah Compact Disc.