BAB IV HASIL PENGUJIAN
IV.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif berdasarkan data empiris.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk membuktikan adanya korelasi antara variabel independen, variabel intervensi, dan variabel dependen. Unit observasi dalam penelitian ini adalah persentase managerial ownership dan institutional ownership, kinerja keuangan perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q, indeks pengungkapan CSR secara self assessment, corporate secretary yang diukur dengan menggunakan skala nominal, komite nominasi dan remunerasi yang diukur dengan menggunakan skala nominal, dan CEO Tenure yang diukur dengan jangka waktu yang sudah dijalankan oleh seorang CEO mulai dari penunjukkannya sampai dengan akhir tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010. Sampel penelitian ditentukan dengan cara purposive sampling pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2007-2010. Alasan pemilihan metode pengambilan sampel secara purposive sampling karena tidak semua perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan laporan tahunan (annual report) pada periode 2007-2010 dan mengungkapkan kegiatan CSR-nya. Sampel penelitian yang digunakan dapat dijabarkan sebagai berikut:
53
Table IV.1 Sampel Penelitian Periode 2007-2010 No. 1. 2. 3.
Kriteria Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2010 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan periode 31 Desember 2007-2010 dan mengungkapkan kegiatan CSR Perusahaan yang tidak memiliki data harga saham dari tahun 2007-2010
Total Sumber: Bursa Efek Indonesia
Jumlah 31 (13) (1) 17
Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dijelaskan di atas, maka terpilih sampel penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Daftar nama-nama bank yang akan diteliti untuk periode 2007-2010 terdapat dalam tabel berikut ini: Table IV.2 Bank yang Menjadi Sampel Penelitian Periode 2007-2010 No. Kode Nama 1 BABP PT Bank ICB Bumiputera Indonesia, Tbk 2 BBCA PT Bank Central Asia, Tbk 3 BBKP PT Bank Bukopin, Tbk 4 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk 5 BDMN PT Bank Danamon, Tbk 6 BEKS PT Bank Eksekutif Internasional, Tbk 7 BKSW PT Bank Kesawan, Tbk 8 BMRI PT Bank Mandiri (Persero), Tbk 9 BNBA PT Bank Bumi Arta, Tbk 10 BNGA PT Bank CIMB Niaga, Tbk 11 BNLI PT Bank Permata, Tbk 12 BSWD PT Bank Swadesi, Tbk 13 BVIC PT Bank Victoria Internasional, Tbk 14 MAYA PT Bank Mayapada, Tbk 15 MCOR PT Bank Windhu Kentjana Internasional, Tbk 16 MEGA PT Bank Mega, Tbk 17 PNBN PT Bank Pan Indonesia, Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia 54
IV.2
Analisis dan Pembahasan
IV.2.1 Analisis Variabel IV.2.1.1 Analisis CSR Setiap perusahaan mengungkapkan kegiatan CSRnya dalam jumlah yang bervariasi tergantung dari kebutuhan perusahaan. Tabel di bawah ini menggambarkan komposisi banyaknya pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan 6 pengungkapan utama, yaitu economic performance indicator, environment performance indicator, society performamce indicator, labor practice and decent work indicator, human right performance indicator, dan product responsibility performance indicator.
Gambar IV.1 Grafik Jumlah Pengungkapan CSR Keterangan: EC : Economic performance indicator EN : Environment performance indicator LA : Labor practice and decent work indicator SO : Society performamce indicator 55
PR
: Product responsibility performance indicator Berdasarkan gambar IV.1 dapat dilihat untuk tahun 2007 jumlah pengungkapan
paling banyak ditujukan oleh labor practice and decent work indicator sebanyak 121 pengungkapan dari total 17 perusahaan sampel. Tahun 2008 pengungkapan paling tinggi ditunjukkan oleh labor practice and decent work indicator sebanyak 129 pengungkapan dari total 17 perusahaan sampel. Tahun 2009 pengungkapan paling tinggi ditunjukkan oleh labor practice and decent work indicator sebanyak 129 pengungkapan dari total 17 perusahaan sampel. Tahun 2010 pengungkapan paling tinggi juga ditunjukkan oleh labor practice and decent work indicator sebanyak 129 pengungkapan dari total 17 perusahaan sampel. Environment performance indicator menunjukkan jumlah pengungkapan yang relatif sedikit di tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010 dari 17 sampel perusahaan. IV.2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Gambar IV.2 Grafik Nilai Kinerja Perusahaan Perbankan
56
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap nilai kinerja perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q yang dipaparkan pada gambar IV.2 dapat diketahui bahwa nilai kinerja perusahaan yang berada di industri perbankan beraneka ragam. Tahun 2007 nilai kinerja perusahaan yang paling tinggi dimiliki oleh PT Bank Central Asia, Tbk sebesar 0,72 dan nilai kinerja perusahaan yang paling kecil dimiliki oleh PT Bank CIMB Niaga, Tbk sebesar 0,20. Tahun 2008 nilai kinerja perusahaan yang paling tinggi dimiliki oleh PT Bank Mayapada, Tbk sebesar 0,82 dan nilai kinerja perusahaan yang paling kecil dimiliki oleh PT Bank Bumi Arta, Tbk sebesar 0,11. Tahun 2009 nilai kinerja perusahaan yang paling tinggi dimiliki oleh PT Bank ICB Bumiputera Indonesia, Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk sebesar 0,63 dan nilai kinerja perusahaan yang paling kecil dimiliki oleh PT Bank Victoria Internasional, Tbk sebesar 0,15. Tahun 2010 nilai kinerja perusahaan yang paling tinggi dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero), Tbk sebesar 0,68 dan nilai kinerja perusahaan yang paling kecil dimiliki oleh PT Bank Victoria Internasional, Tbk sebesar 0,25. IV.2.1.3 Managerial Ownership dan Institutional Ownership Managerial ownership dan institutional ownership dapat dilihat dari besarnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen dan institusi. Managerial ownership dan institutional ownership yang dimiliki oleh manajemen dan institusi beraneka ragam jumlahnya. Hal ini memperlihatkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam industri perbankan memiliki jumlah kepemilikan saham yang berbeda-beda. IV.2.1.4 Corporate Secretary Corporate secretary dapat dilihat dari dicantumkannya profil corporate secretary pada laporan tahunan perusahaan. Tidak semua perusahaan memiliki corporate 57
secretary dalam divisi perusahaannya. Hal ini memperlihatkan bahwa perusahaanperusahaan yang terdapat dalam industri perbankan tidak semuanya memiliki corporate secretary. IV.2.1.5 CEO Tenure CEO adalah seorang individu yang bertanggung jawab mengelola kegiatan operasional perusahaan. Di Indonesia, penunjukkan CEO dilakukan setiap 5 tahun sekali. Dalam penelitian ini, CEO tenure menunjukkan masa jabatan CEO yang telah dilaluinya, mulai dari pengangkatan hingga akhir tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010. IV.2.1.6 Komite Nominasi dan Remunerasi Komite nominasi dan remunerasi dapat dilihat dari dicantumkannya profil anggota komite nominasi dan remunerasi pada laporan tahunan perusahaan. Semua perusahaan memiliki komite nominasi dan remunerasi dalam divisi perusahaannya. Hal ini memperlihatkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam industri perbankan memiliki komite nominasi dan remunerasi sehingga variabel komite nominasi dan remunerasi ditiadakan. Alasan ditiadakannya variabel komite nominasi dan remunerasi karena setiap perusahaan perbankan memiliki nilai yang sama, sehingga tidak dapat ditarik korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen. IV.2.2 Analisis dan Pembahasan data Seluruh pengujian dan analisis statistik pada tahun 2007-2010 menggunakan 17 sampel perusahaan, tetapi dalam pengujiannya dilakukan secara simultan sehingga variabel yang menjadi sampel penelitian berjumlah 68 sampel. Oleh karena itu, transformasi data tidak perlu dilakukan karena jumlah sampel telah mencukupi syarat jumlah sampel yang ditentukan dalam penelitian EViews. Statistik deskritif dalam 58
penelitian ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai variabel-variabel penelitian seperti persentase managerial ownership dan institutional ownership, kinerja keuangan perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q, indeks pengungkapan CSR secara self assessment, corporate secretary yang diukur dengan menggunakan skala nominal, dan CEO Tenure yang diukur dengan jangka waktu yang sudah dijalankan oleh seorang CEO mulai dari penunjukkannya sampai dengan akhir tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010. Tabel analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah: Table IV.3 Deskriptif Variabel Penelitian 2007-2010 TOBIN’S Q
CSR
MGROWN
INST
CS
CEO
Mean
0.454713
0.296538
0.029707
0.731545
0.970588
4.970588
Median
0.458180
0.303797
0.000349
0.764100
1.000000
4.000000
Maximum
0.821396
0.329114
0.629626
0.987431
1.000000
16.00000
Minimum
0.110771
0.202532
0.000000
0.000000
0.000000
1.000000
Std. Dev.
0.157291
0.033262
0.125700
0.236753
0.170214
3.996157
Skewness
-0.02974
-1.529933
4.434938
-1.41042
-5.57049
1.076414
Kurtosis
2.580366
4.852531
20.71076
5.001846
32.03030
3.291369
Jarque-Bera
0.508952
36.25153
1111.646
33.89954
2739.493
13.37211
Probability
0.775323
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
0.001248
Sum
30.92050
20.16456
2.020090
49.74507
66.00000
338.0000
Sum Sq. Dev.
1.657601
0.074128
1.058625
3.755491
1.941176
1069.941
Observations
68
68
68
68
68
68
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Tabel di atas menggambarkan deskripsi variabel-variabel secara statistik dalam penelitian ini. Minimum adalah nilai terkecil dari suatu rangkaian pengamatan, sedangkan maksimum adalah nilai terbesar dari suatu rangkaian pengamatan. Mean 59
(rata-rata) adalah hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi dengan banyaknya data, sedangkan standard deviation (standar deviasi) adalah akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata-rata dibagi banyaknya data. Tabel IV.3 menunjukkan deskriptif variabel penelitian dengan jumlah data setiap variabel yang valid sebanyak 68. Kinerja keuangan perusahaan (Tobin’s Q) mempunyai nilai minimum sebesar 0,110771 dan nilai maksimum sebesar 0,821396. nilai mean dan standard deviation untuk kinerja keuangan perusahaan adalah 0,454713 dan 0,157291 artinya nilai maksimum mempunyai perbedaan yang cukup besar dengan nilai minimum karena standard deviation lebih besar dari 30% mean. CSR mempunyai nilai minimum sebesar 0,202532 dan nilai maksimum sebesar 0,329114. nilai mean dan standard deviation untuk CSR adalah 0,296538 dan 0,033262 artinya nilai maksimum tidak mempunyai perbedaan yang besar dengan nilai minimum karena standard deviation tidak lebih besar dari 30% mean. Managerial ownership (MGROWN) mempunyai nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 0,629626. nilai mean dan standard deviation untuk managerial ownership adalah 0,029707 dan 0,125700 artinya nilai maksimum mempunyai perbedaan yang besar dengan nilai minimum karena standard deviation lebih besar dari 30% mean. Institutional ownership (INST) mempunyai nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 0,987431. nilai mean dan standard deviation untuk institutional ownership adalah 0,731545 dan 0,236753 artinya nilai maksimum mempunyai perbedaan yang cukup besar dengan nilai minimum karena standard deviation lebih besar dari 30% mean. 60
Corporate secretary (CS) mempunyai nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. nilai mean dan standard deviation untuk corporate secretary adalah 0,970588 dan 0,170214 artinya nilai maksimum tidak mempunyai perbedaan yang besar dengan nilai minimum karena standard deviation tidak lebih besar dari 30% mean. CEO tenure (CEO) mempunyai nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum sebesar 16. nilai mean dan standard deviation untuk CEO tenure adalah 4,970588 dan 3,996157 artinya nilai maksimum mempunyai perbedaan yang besar dengan nilai minimum karena standard deviation lebih besar dari 30% mean. IV.2.2.1 Persamaan 1 Seluruh pengujian dan analisis statistik pada tahun 2007-2010 menggunakan persamaan simultan. Persamaan simultan digunakan apabila model regresi (OLS) satu per satu akan mendapatkan koefisien estimasi yang bias. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan regresi simultan untuk menghindari bias tersebut. Salah satu estimator untuk persamaan simultan adalah two stage least square. Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linier terpenuhi. Uji asumsi klasik umumnya terdiri dari 4 pengujian yaitu: uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokolerasi. Uji asumsi klasik dilakukan sebelum dilakukan uji regresi. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
61
normal. Untuk menguji normal data ini bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Hipotesis normalitas Ha
: data residual tidak berdistribusi normal
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05, maka H0 ditolak Gambar IV.3 Grafik Histogram Uji Normalitas 7
Series: Residuals Sample 1 68 Observations 68
6 5 4 3 2 1
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-5.10e-17 -4.47e-15 0.348681 -0.358436 0.154900 -0.009667 2.594663
Jarque-Bera Probability
0.466570 0.791928
0 -0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan terhadap data penelitian yang dipaparkan pada gambar IV.3 dapat diketahui nilai sig yang diperoleh sebesar 0,791928. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Uji
62
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson, besaran Durbin-Watson secara umum bisa diambil patokan 4-du (batas atas) dan 4-dl (batas bawah). Table IV.4 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
1.182523
Prob. Chi-Square(2)
0.5536
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:38 Sample: 1 68 Included observations: 68 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CS RESID(-1) RESID(-2)
0.015790 -0.023695 -0.027476 0.005142 -0.123779 0.042462
0.219510 0.309756 0.114358 0.198956 0.129409 0.132107
0.071935 -0.076494 -0.240265 0.025847 -0.956496 0.321419
0.9429 0.9393 0.8109 0.9795 0.3425 0.7490
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.017390 -0.061853 0.159619 1.579640 31.43074 0.219453 0.952884
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-5.10E-17 0.154900 -0.747963 -0.552124 -0.670365 2.010931
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test yang dipaparkan pada tabel IV.4 terlihat bahwa nilai probabilitas Obs*R-square sebesar 0,5536 lebih besar dari tingkat α = 5%. Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. 63
Heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Pengujian ini dapat dilakukan dengan berbagai uji yang dilakukan. Hipotesis heteroskedastisitas Ha
: terjadi heteroskedastisitas
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05, maka H0 ditolak Table IV.5 Heteroskedasticity Test: Glejser Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
2.093623 6.077032 5.438246
Prob. F(3,64) Prob. Chi-Square(3) Prob. Chi-Square(3)
0.1098 0.1079 0.1424
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:38 Sample: 1 68 Included observations: 68 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CS
0.114714 -0.185301 0.025957 -0.003923
0.120975 0.168099 0.061321 0.110495
0.948242 -1.102332 0.423295 -0.035504
0.3466 0.2744 0.6735 0.9718
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.089368 0.046682 0.088899 0.505798 70.15042 2.093623 0.109795
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.124390 0.091050 -1.945601 -1.815041 -1.893869 1.774561
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7
64
Gambar IV.4 Grafik Residual 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2
.4
0.0 .2 .0 -.2 -.4 5
10
15
20
25
30
Residual
35
40
Actual
45
50
55
60
65
Fitted
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji Heteroskedasticity Test: Glejser yang dipaparkan pada tabel IV.5 terlihat bahwa nilai probabilitas MGROWN, INST, dan CS masingmasing 0,2744, 0,6735, dan 0,9718 di mana ketiganya memiliki nilai probabilitas > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang akan digunakan. Tidak adanya gejala heteroskedastisitas dapat juga dilihat dari pola residual yang cenderung konstan dan tidak membentuk pola tertentu, hal ini dapat dilihat pada gambar IV.4. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Terdapat atau tidak terdapatnya multikolinieritas dapat dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi
65
antara variabel bebas lebih besar dari 0,8, maka model regresi tersebut terjadi multikolinieritas. Table IV.6 Uji Multikolinieritas MGROWN
INST
CS
MGROWN
1.000000
-0.663598
-0.81642
INST
-0.6636
1.000000
0.541883
CS
-0.81642
0.541883
1.000000
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji multikolinieritas yang dipaparkan pada tabel IV.6 terlihat bahwa nilai korelasi MGROWN dan CS sebesar -0,816417 di mana nilai mutlaknya lebih besar dari 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa variabel MGROWN dan CS terjadi multikolinieritas, sedangkan pada variabel lainnya tidak terjadi multikolinieritas. Goodness-Of-Fit Model Test digunakan untuk memeriksa apakah model regresi linear yang terestimasi sudah cukup baik atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang diestimasi terhadap data yang sebenarnya, maka biasanya digunakan ukuran Goodness of Fit R-square (R2). R2 juga disebut sebagai koefisien determinasi dan nilainya berkisar antara 0 – 1.
66
Table IV.7 Goodness-Of-Fit Model Test Dependent Variable: TOBIN Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:33 Sample: 1 68 Included observations: 68 Instrument specification: MGROWN INST CS CEO Constant added to instrument list Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CS
0.346041 0.287378 0.128698 0.006168
0.215674 0.299685 0.109323 0.196989
1.604466 0.958934 1.177230 0.031312
0.1135 0.3412 0.2435 0.9751
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) J-statistic Prob(J-statistic)
0.030167 -0.015294 0.158489 0.663580 0.577490 0.046553 0.829174
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR Instrument rank
0.454713 0.157291 1.607597 2.235998 1.607597 5
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan Goodness-Of-Fit Model Test yang dipaparkan pada tabel IV.7 terlihat bahwa nilai R2 sebesar 0,030167 yang menunjukkan bahwa 3,02% dari varians Tobin’s Q dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel-variabel independen. Uji signifikansi simultan (uji statistik f) bertujuan untuk menguji apakah variabelvariabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis uji statistik f Ha
: variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
67
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05 atau F hitung < F tabel, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05 atau F hitung > F tabel, maka H0 ditolak Table IV.8 Hasil Uji Statistik f Dependent Variable: TOBIN Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:33 Sample: 1 68 Included observations: 68 Instrument specification: MGROWN INST CS CEO Constant added to instrument list Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CS
0.346041 0.287378 0.128698 0.006168
0.215674 0.299685 0.109323 0.196989
1.604466 0.958934 1.177230 0.031312
0.1135 0.3412 0.2435 0.9751
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) J-statistic Prob(J-statistic)
0.030167 -0.015294 0.158489 0.663580 0.577490 0.046553 0.829174
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR Instrument rank
0.454713 0.157291 1.607597 2.235998 1.607597 5
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik f yang dipaparkan pada tabel IV.8 terlihat bahwa nilai signya sebesar 0,663580. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig (0,663580) yang diperoleh > 0,05, sehingga H0 diterima, yang berarti variabel-variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji t adalah pengujian koefisien regresi variabel independen dan variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen dengan tingkat nyata sebesar 0,05.
68
Hipotesis uji t Ha
: variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05 atau – t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05 atau t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak Table IV.9 Hasil Uji t Dependent Variable: TOBIN Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:33 Sample: 1 68 Included observations: 68 Instrument specification: MGROWN INST CS CEO Constant added to instrument list Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CS
0.346041 0.287378 0.128698 0.006168
0.215674 0.299685 0.109323 0.196989
1.604466 0.958934 1.177230 0.031312
0.1135 0.3412 0.2435 0.9751
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) J-statistic Prob(J-statistic)
0.030167 -0.015294 0.158489 0.663580 0.577490 0.046553 0.829174
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR Instrument rank
0.454713 0.157291 1.607597 2.235998 1.607597 5
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil regresi linear sederhana dengan menggunakan program EViews version 7 dapat disusun persamaan regresi untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan (Tobin’s Q) sebagai berikut: Y = 0,346041 + 0,287378*X1 + 0,128698*X2 + 0,006168*X3. 69
Di mana, Y : Kinerja keuangan perusahaan (Tobin’s Q) X1 : Managerial ownership X2 : Institutional ownership X3 : Corporate secretary Berdasarkan hasil model regresi linear sederhana di atas menunjukkan prediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut; (a) nilai konstanta sebesar 0,346041 menyatakan bahwa apabila managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary masing-masing bernilai 0, maka besarnya kinerja keuangan perusahaan adalah sebesar 0,346041; (b) koefisien regresi X1 sebesar 0,287378 menyatakan apabila managerial ownership meningkat sebesar 1, maka akan menyebabkan kenaikan nilai Tobin’s Q sebesar 0,287378 sedangkan untuk penurunan managerial ownership sebesar 1, maka akan menyebabkan penurunan nilai Tobin’s Q sebesar -0,287378; (c) koefisien regresi X2 sebesar 0,128698 menyatakan apabila institutional ownership meningkat sebesar 1, maka akan menyebabkan kenaikan nilai Tobin’s Q sebesar 0,128698 sedangkan untuk penurunan institutional ownership sebesar 1, maka akan menyebabkan penurunan nilai Tobin’s Q sebesar -0,128698; (d) koefisien regresi X3 sebesar 0,006168 menyatakan apabila corporate secretary meningkat sebesar 1, maka akan menyebabkan kenaikan nilai Tobin’s Q sebesar 0,006168 sedangkan untuk penurunan corporate secretary sebesar 1, maka akan menyebabkan penurunan nilai Tobin’s Q sebesar -0,006168. Berdasarkan tabel IV.9 dapat dilihat nilai probabilitas semua variabel independen bernilai > 0,05 yang berarti semua variabel independen secara parsial tidak berpengaruh 70
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini berarti koefisien regresi tersebut tidak dapat digunakan sebagai penduga. IV.2.2.2 Persamaan 2 Seluruh pengujian dan analisis statistik pada tahun 2007-2010 menggunakan persamaan simultan. Persamaan simultan digunakan apabila model regresi (OLS) satu per satu akan mendapatkan koefisien estimasi yang bias. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan regresi simultan untuk menghindari bias tersebut. Salah satu estimator untuk persamaan simultan adalah two stage least square. Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linier terpenuhi. Uji asumsi klasik umumnya terdiri dari 4 pengujian yaitu: uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokolerasi. Uji asumsi klasik dilakukan sebelum dilakukan uji regresi. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normal data ini bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Hipotesis normalitas Ha
: data residual tidak berdistribusi normal
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05, maka H0 ditolak 71
Gambar IV.5 Grafik Histogram Uji Normalitas 12 Series: Residuals Sample 1 68 Observations 68
10 8
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6 4 2
-4.69e-17 0.011266 0.045245 -0.087609 0.031025 -1.117653 3.568011
Jarque-Bera Probability
0 -0.075
-0.050
-0.025
0.000
0.025
15.07116 0.000534
0.050
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan terhadap data penelitian yang dipaparkan pada gambar IV.5 dapat diketahui nilai sig yang diperoleh sebesar 0,000534. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig < 0,05, maka H0 ditolak yang berarti data residual tidak berdistribusi normal. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson, besaran Durbin-Watson secara umum bisa diambil patokan 4-du (batas atas) dan 4-dl (batas bawah).
72
Table IV.10 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
1.491643
0.4743
Probability
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:43 Sample: 1 68 Included observations: 68 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CEO RESID(-1) RESID(-2)
-0.005750 0.012020 0.004501 0.000427 -0.152630 0.043007
0.019509 0.043146 0.023004 0.001097 0.136174 0.140097
-0.294740 0.278581 0.195652 0.388959 -1.120843 0.306981
0.7692 0.7815 0.8455 0.6986 0.2667 0.7599
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.021936 -0.056940 0.031896 0.063075 140.9320 0.278106 0.923429
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion
-4.69E-17 0.031025 -3.968587 -3.772748
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test yang dipaparkan pada tabel IV.10 terlihat bahwa nilai probabilitas Obs*R-square sebesar 0,4743 lebih besar dari tingkat α = 5%. Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Pengujian ini dapat dilakukan dengan berbagai uji yang dilakukan. 73
Hipotesis heteroskedastisitas Ha
: terjadi heteroskedastisitas
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05, maka H0 ditolak Table IV.11 Heteroskedasticity Test: Glejser Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared
1.489091 8.687397
Probability Probability
0.197028 0.191937
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:43 Sample: 1 68 Included observations: 68 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CEO
0.005660 -0.028301 -0.009939 -8.64E-05
0.002719 0.042222 0.007882 0.000170
2.081995 -0.670297 -1.261033 -0.509409
0.0415 0.5052 0.2121 0.6123
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.127756 0.041961 0.001499 0.000137 349.4243 1.489091 0.197028
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
0.000948 0.001531 -10.07130 -9.842825 2.149711
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7
74
Gambar IV.6 Grafik Residual .36 .32 .28 .24 .20
.05 .00 -.05 -.10 5
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 Residual
Actual
Fitted
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji Heteroskedasticity Test: Glejser yang dipaparkan pada tabel IV.11 terlihat bahwa nilai probabilitas MGROWN, INST, dan CEO masingmasing 0,5052, 0,2121, dan 0,6123 di mana ketiganya memiliki nilai probabilitas > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang akan digunakan. Tidak adanya gejala atau adanya gejala heteroskedastisitas dapat juga dilihat dari pola residual yang cenderung konstan dan tidak membentuk pola tertentu, hal ini dapat dilihat pada gambar IV.6. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Terdapat atau tidak terdapatnya multikolinieritas dapat dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi
75
antara variabel bebas lebih besar dari 0,8, maka model regresi tersebut terjadi multikolinieritas. Table IV.12 Uji Multikolinieritas MGROWN
INST
CEO
MGROWN
1
-0.6636
0.222831
INST
-0.6636
-0.16716
CEO
0.222831
1 0.16716
1
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji multikolinieritas yang dipaparkan pada tabel IV.12 terlihat bahwa nilai korelasi ketiga variable independen < 0,8. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas di antara variabel independen. Goodness-Of-Fit Model Test digunakan untuk memeriksa apakah model regresi linear yang terestimasi sudah cukup baik atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang diestimasi terhadap data yang sebenarnya, maka biasanya digunakan ukuran Goodness of Fit R-square (R2). R2 juga disebut sebagai koefisien determinasi dan nilainya berkisar antara 0 – 1.
76
Table IV.13 Goodness-Of-Fit Model Test Dependent Variable: CSR Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:40 Sample: 1 68 Included observations: 68 Instrument specification: MGROWN INST CS CEO Constant added to instrument list Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CEO
0.244181 0.072727 0.067321 0.000191
0.018051 0.041724 0.021904 0.000996
13.52735 1.743046 3.073471 0.191503
0.0000 0.0861 0.0031 0.8487
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) J-statistic Prob(J-statistic)
0.130019 0.089238 0.031744 3.188267 0.029524 0.002353 0.961313
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.296538 0.033262 0.064490 2.262527
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan Goodness-Of-Fit Model Test yang dipaparkan pada tabel IV.13 terlihat bahwa nilai R2 sebesar 0,130019 yang menunjukkan bahwa 13% dari varians Tobin’s Q dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel-variabel independen. Uji signifikansi simultan (uji statistik f) bertujuan untuk menguji apakah variabelvariabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis uji statistik f Ha
: variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05 atau F hitung < F tabel, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05 atau F hitung > F tabel, maka H0 ditolak 77
Table IV.14 Hasil Uji Statistik f Dependent Variable: CSR Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:40 Sample: 1 68 Included observations: 68 Instrument specification: MGROWN INST CS CEO Constant added to instrument list Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CEO
0.244181 0.072727 0.067321 0.000191
0.018051 0.041724 0.021904 0.000996
13.52735 1.743046 3.073471 0.191503
0.0000 0.0861 0.0031 0.8487
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) J-statistic Prob(J-statistic)
0.130019 0.089238 0.031744 3.188267 0.029524 0.002353 0.961313
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.296538 0.033262 0.064490 2.262527
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik f yang dipaparkan pada tabel IV.14 terlihat bahwa nilai signya sebesar 3,188267. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig (3,188267) yang diperoleh > 0,05, sehingga H0 diterima, yang berarti variabel-variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji t adalah pengujian koefisien regresi variabel independen dan variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen dengan tingkat nyata sebesar 0,05. Hipotesis uji t Ha
: variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen 78
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05 atau – t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05 atau t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak Table IV.15 Hasil Uji t Dependent Variable: CSR Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:40 Sample: 1 68 Included observations: 68 Instrument specification: MGROWN INST CS CEO Constant added to instrument list Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MGROWN INST CEO
0.244181 0.072727 0.067321 0.000191
0.018051 0.041724 0.021904 0.000996
13.52735 1.743046 3.073471 0.191503
0.0000 0.0861 0.0031 0.8487
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) J-statistic Prob(J-statistic)
0.130019 0.089238 0.031744 3.188267 0.029524 0.002353 0.961313
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.296538 0.033262 0.064490 2.262527
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil regresi linear sederhana dengan menggunakan program EViews version 7 dapat disusun persamaan regresi untuk variabel dependen corporate social responsibility (CSR) sebagai berikut: Y = 0,244181 + 0,072727*X1 + 0,067321*X2 + 0,0000191*X3. Di mana, Y : Corporate Social Responsibility (CSR) X1 : Managerial ownership 79
X2 : Institutional ownership X3 : CEO tenure Berdasarkan hasil model regresi linear sederhana di atas menunjukkan prediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut; (a) nilai konstanta sebesar 0,244181 menyatakan bahwa apabila managerial ownership, institutional ownership, dan CEO tenure masing-masing bernilai 0, maka besarnya kinerja keuangan perusahaan adalah sebesar 0,244181; (b) koefisien regresi X1 sebesar 0,072727 menyatakan apabila managerial ownership meningkat sebesar 1, maka akan menyebabkan kenaikan nilai Tobin’s Q sebesar 0,072727 sedangkan untuk penurunan managerial ownership sebesar 1, maka akan menyebabkan penurunan nilai Tobin’s Q sebesar -0,072727; (c) koefisien regresi X2 sebesar 0,067321 menyatakan apabila institutional ownership meningkat sebesar 1, maka akan menyebabkan kenaikan nilai Tobin’s Q sebesar 0,067321 sedangkan untuk penurunan institutional ownership sebesar 1, maka akan menyebabkan penurunan nilai Tobin’s Q sebesar -0,067321; (d) koefisien regresi X3 sebesar 0,0000191 menyatakan apabila CEO tenure meningkat sebesar 1, maka akan menyebabkan kenaikan nilai Tobin’s Q sebesar 0,0000191 sedangkan untuk penurunan CEO tenure sebesar 1, maka akan menyebabkan penurunan nilai Tobin’s Q sebesar -0,0000191. Berdasarkan tabel IV.15 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas CEO tenure bernilai 0,8487 > 0,05 yang berarti variabel CEO tenure secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel CSR. Nilai probabilitas managerial ownership bernilai 0,0861 > 0,05 yang berarti variabel managerial ownership secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel CSR, tetapi bila nilai α = 10% maka nilai 80
probabilitas managerial ownership bernilai 0,0861 < 0,1 yang berarti variabel managerial ownership secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel CSR. Nilai probabilitas institutional ownership bernilai 0,0031 < 0,05 yang berarti variabel institutional ownership secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel CSR. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa CEO tenure tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, institutional ownership memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan managerial ownership memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. IV.2.2.3 Persamaan 3 Seluruh pengujian dan analisis statistik pada tahun 2007-2010 menggunakan persamaan simultan. Persamaan simultan digunakan apabila model regresi (OLS) satu per satu akan mendapatkan koefisien estimasi yang bias. Oleh karena itu, perlu dilakukan dengan regresi simultan untuk menghindari bias tersebut. Salah satu estimator untuk persamaan simultan adalah two stage least square. Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linier terpenuhi. Uji asumsi klasik umumnya terdiri dari 4 pengujian yaitu: uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokolerasi. Uji asumsi klasik dilakukan sebelum dilakukan uji regresi. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
81
normal. Untuk menguji normal data ini bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Hipotesis normalitas Ha
: data residual tidak berdistribusi normal
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05, maka H0 ditolak Gambar IV.7 Grafik Histogram Uji Normalitas 8
Series: Residuals Sample 1 68 Observations 68
7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
5.14e-17 0.010597 0.308871 -0.314440 0.146934 -0.130214 2.429334
Jarque-Bera Probability
1.114867 0.572677
2 1 0 -0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan terhadap data penelitian yang dipaparkan pada gambar IV.7 dapat diketahui nilai sig yang diperoleh sebesar 0,572677. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson, besaran Durbin-Watson secara umum bisa diambil patokan 4-du (batas atas) dan 4-dl (batas bawah). 82
Table IV.16 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
1.157429
Prob. Chi-Square(2)
0.5606
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:45 Sample: 1 68 Included observations: 68 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CSR RESID(-1) RESID(-2)
0.181201 -0.007736 -0.113092 0.070637
0.491540 0.020968 0.127158 0.132857
0.368639 -0.368955 -0.889387 0.531673
0.7136 0.7134 0.3771 0.5968
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.017021 -0.029056 0.149054 1.421885 35.00801 0.369403 0.775327
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
5.14E-17 0.146934 -0.912000 -0.781441 -0.860269 2.000518
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test yang dipaparkan pada tabel IV.16 terlihat bahwa nilai probabilitas Obs*R-square sebesar 0,5606 lebih besar dari tingkat α = 5%. Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi tersebut sudah bebas dari masalah autokorelasi. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Pengujian ini dapat dilakukan dengan berbagai uji yang dilakukan.
83
Hipotesis heteroskedastisitas Ha
: terjadi heteroskedastisitas
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05, maka H0 ditolak Table IV.17 Heteroskedasticity Test: Glejser Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.660432 0.673704 0.593853
Prob. F(1,66) Prob. Chi-Square(1) Prob. Chi-Square(1)
0.4193 0.4118 0.4409
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:45 Sample: 1 68 Included observations: 68 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CSR
0.044479 0.003197
0.092738 0.003934
0.479619 0.812670
0.6331 0.4193
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.009907 -0.005094 0.084624 0.472642 72.45563 0.660432 0.419329
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.119382 0.084409 -2.072225 -2.006945 -2.046359 1.956034
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7
84
Gambar IV.8 Grafik Residual 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2
.4
0.0
.2 .0 -.2 -.4 5
10
15
20
25
30
Residual
35
40
Actual
45
50
55
60
65
Fitted
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan uji Heteroskedasticity Test: Glejser yang dipaparkan pada tabel IV.17 terlihat bahwa nilai probabilitas CSR sebesar 0,4193 di mana nilai probabilitas variabel CSR > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada
data
yang
akan
digunakan.
Tidak
adanya
gejala
heteroskedastisitas dapat juga dilihat dari pola residual yang cenderung konstan dan tidak membentuk pola tertentu, hal ini dapat dilihat pada gambar IV.8. Goodness-Of-Fit Model Test digunakan untuk memeriksa apakah model regresi linear yang terestimasi sudah cukup baik atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang diestimasi terhadap data yang sebenarnya, maka biasanya digunakan ukuran Goodness of Fit R-square (R2). R2 juga disebut sebagai koefisien determinasi dan nilainya berkisar antara 0 – 1.
85
Table IV.18 Goodness-Of-Fit Model Test Dependent Variable: TOBIN Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:44 Sample: 1 68 Included observations: 68 Instrument specification: MGROWN INST CS CEO Constant added to instrument list Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CSR
-0.071532 0.022464
0.447477 0.019086
-0.159857 1.176976
0.8735 0.2434
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) J-statistic Prob(J-statistic)
0.127350 0.114128 0.148043 1.385273 0.243432 0.949659 0.813430
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR Instrument rank
0.454713 0.157291 1.446506 2.212477 1.627241 5
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil perhitungan Goodness-Of-Fit Model Test yang dipaparkan pada tabel IV.18 terlihat bahwa nilai R2 sebesar 0,127350 yang menunjukkan bahwa 12,74% dari varians Tobin’s Q dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel-variabel independen. Uji t adalah pengujian koefisien regresi variabel independen dan variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen dengan tingkat nyata sebesar 0,05. Hipotesis uji t Ha
: variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
86
Jika nilai probalitasnya (nilai sig) > 0,05 atau – t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima Jika nilai probalitasnya (nilai sig) < 0,05 atau t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak Table IV.19 Hasil Uji t Dependent Variable: TOBIN Method: Two-Stage Least Squares Date: 06/11/11 Time: 22:44 Sample: 1 68 Included observations: 68 Instrument specification: MGROWN INST CS CEO Constant added to instrument list Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CSR
-0.071532 0.022464
0.447477 0.019086
-0.159857 1.176976
0.8735 0.2434
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) J-statistic Prob(J-statistic)
0.127350 0.114128 0.148043 1.385273 0.243432 0.949659 0.813430
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR Instrument rank
0.454713 0.157291 1.446506 2.212477 1.627241 5
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil regresi linear sederhana dengan menggunakan program EViews version 7 dapat disusun persamaan regresi untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan (Tobin’s Q) sebagai berikut: Y = -0,071532 + 0,022464*X Di mana, Y : Kinerja keuangan perusahaan (Tobin’s Q) X : Corporate Social Responsibility (CSR) 87
Berdasarkan hasil model regresi linear sederhana di atas menunjukkan prediksi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut; (a) nilai konstanta sebesar -0,071532 menyatakan bahwa apabila corporate social responsibility bernilai 0, maka besarnya kinerja keuangan perusahaan adalah sebesar -0,071532; (b) koefisien regresi X sebesar 0,022464 menyatakan apabila corporate social responsibility meningkat sebesar 1, maka akan menyebabkan kenaikan nilai Tobin’s Q sebesar 0,022464 sedangkan untuk penurunan corporate social responsibility sebesar 1, maka akan menyebabkan penurunan nilai Tobin’s Q sebesar -0,022464. Berdasarkan tabel IV.19 dapat dilihat nilai probabilitas variabel independen bernilai > 0,05 yang berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa corporate social responsibility tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini berarti koefisien regresi tersebut tidak dapat digunakan sebagai penduga. IV.2.3 Analisis Hasil Pengujian IV.2.3.1 Persamaan 1 dan Persamaan 3 Table IV.20 Rangkuman Hasil Penelitian Variabel Dependen (Kinerja Keuangan Perusahaan) Persamaan 1 Dependent Variable: TOBIN Method: Two-Stage Least Squares Variable Coefficient C 0.346041 MGROWN 0.287378 INST 0.128698 CS 0.006168 F-statistic 0.66358
Std. Error 0.215674 0.299685 0.109323 0.196989
t-Statistic 1.604466 0.958934 1.17723 0.031312
Prob. 0.1135 0.3412 0.2435 0.9751
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 88
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi untuk variabel dependen (Tobin’s Q) untuk tahun 2007-2010 sebesar 0,346041. Apabila nilai managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary adalah 0 maka besarnya nilai kinerja keuangan perusahaan untuk tahun 2007-2010 adalah sebesar 0,346041. Hasil uji statistik f tahun 2007-2010 untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,663580. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji t tahun 2007-2010 untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai signifikan managerial ownership sebesar 0,3412, institutional ownership sebesar 0,2435, dan corporate secretary sebesar 0,9751. Hasil ini menunjukkan bahwa managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan. Kesimpulan penelitian ini berlawanan dengan teori-teori dan hasil-hasil penelitian pendahulu yang telah dikemukakan sebelumnya di antaranya oleh Wening (2009), Aryanto (2009), dan Murwaningsari (2009).
89
Table IV.21 Rangkuman Hasil Penelitian Variabel Dependen (Kinerja Keuangan Perusahaan) Persamaan 3 Method: Two-Stage Least Squares Dependent Variable: TOBIN Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
-0.07153
0.447477
-0.15986
0.8735
CSR
0.022464
0.019086
1.176976
0.2434
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi untuk variabel dependen (Tobin’s Q) untuk tahun 2007-2010 sebesar -0,07153. Apabila nilai managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary adalah 0 maka besarnya nilai kinerja keuangan perusahaan untuk tahun 2007-2010 adalah sebesar -0,07153. Hasil uji t tahun 2007-2010 untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai signifikan CSR sebesar 0,2434. Hasil ini menunjukkan bahwa CSR tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan. Kesimpulan penelitian ini berlawanan dengan teori-teori dan hasil-hasil penelitian pendahulu yang telah dikemukakan sebelumnya di antaranya oleh Verina (2009) dan Murwaningsari (2009). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi ketidaksignifikanan pengaruh managerial ownership, institutional ownership, CSR, dan corporate secretary terhadap nilai kinerja keuangan perusahaan. Faktor-faktor ini bisa berasal dari makro ekonomi maupun mikro ekonomi. Faktor ekonomi tersebut terdiri dari inflasi, suku bunga, indeks harga saham, tingkat pertumbuhan ekonomi, jasa pelayanan perbankan, produk 90
perbankan, regulasi pemerintah, dan krisis keuangan dunia. Hal-hal ini yang menjadi pertimbangan investor dalam memberikan nilai persepsi terhadap kinerja perusahaan. Dampak inflasi yang cukup tinggi membuat kinerja perusahaan menjadi turun. Inflasi membuat ketidakstabilan dari segi pertumbuhan ekonomi karena kenaikan inflasi belum tentu diikuti kenaikan pendapatan masyarakat. Rata-rata inflasi di tahun 2007 mencapai 6,4%, tahun 2008 sebesar 10,3%, tahun 2009 sebesar 4,9%, dan tahun 2010 sebesar 5,13%. Berdasarkan rata-rata inflasi dapat disimpulkan bahwa meskipun terjadi penurunan inflasi yang cukup signifikan di tahun 2009 tetap saja rata-rata inflasinya cukup tinggi yaitu sebesar 4,9%. Penurunan inflasi ini terjadi karena adanya campur tangan dari Bank Indonesia (BI). BI sebagai bank sentral memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan moneter dengan cara menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi. Kebijakan moneter ini hanya berpengaruh terhadap kondisi makro ekonomi. Indeks harga saham regional, yaitu: indeks Dow Jones (Amerika Serikat), indeks Nikkei (Jepang), dan indeks Hang Seng (Hong Kong) mempunyai pengaruh terhadap harga saham di Indonesia. Investor harus teliti dalam mengamati setiap perilaku ekonomi yang terjadi di tiga negara tersebut karena ketiganya merupakan tujuan ekpor yang potential bagi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang lambat membuat para investor berpikir panjang untuk menginvestasikan modalnya. Investor biasanya akan mencari negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi karena diharapkan mendatangkan returnnya lebih terjamin. Regulasi pemerintah dari segi pajak atas transaksi pasar modal. Calon investor akan berusaha mencari negara dengan pengenaan pajak yang paling rendah. Kinerja 91
perusahaan yang baik tidak akan mampu meyakinkan para investor untuk berinvestasi diakibatkan pajak yang terlalu tinggi. Kualitas produk dan jasa yang buruk akan membuat kinerja perusahaan menjadi buruk seperti yang terjadi pada kasus Bank Century, Tbk di mana bank tersebut menjual sekuritas yang bodong dan kasus City Bank di mana seorang pegawai City Bank menggelapkan uang nasabahnya. Produk dan jasa perbankan yang buruk akan membuat perusahaan perbankan tidak diminati oleh calon investor maupun calon nasabah karena investasi yang dilakukan mungkin akan mengalami masalah ekonomi di masa yang akan datang yang akan mengakibatkan kerugian baik pihak investor maupun perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa pada tahun 2007-2010 managerial ownership, institutional ownership, CSR dan corporate secretary tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan atau Tobin’s Q. Seluruh Ha1a, Ha1b, dan Ha3 untuk penelitian tahun 2007-2010 ditolak. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. IV.2.3.2 Persamaan 2 Table IV.22 Rangkuman Hasil Penelitian Variabel Dependen (Corporate Social Responsibility) Persamaan 2 Dependent Variable: CSR Method: Two-Stage Least Squares Variable Coefficient Std. Error C 0.244181 0.018051 MGROWN 0.072727 0.041724 INST 0.067321 0.021904 CEO 0.000191 0.000996 F-statistic 3.188267
t-Statistic 13.52735 1.743046 3.073471 0.191503
Prob. 0.0000 0.0861 0.0031 0.8487
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7 92
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi untuk variabel dependen (CSR) untuk tahun 2007-2010 sebesar 0,244181. Apabila nilai managerial ownership, institutional ownership, dan CEO tenure adalah 0 maka besarnya nilai kinerja keuangan perusahaan untuk tahun 2007-2010 adalah sebesar 0,244181. Hasil uji statistik f tahun 2007-2010 untuk variabel dependen CSR yang diukur secara self assessment menunjukkan nilai signifikan sebesar 3,188267. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa managerial ownership, institutional ownership, dan CEO tenure secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji t tahun 2007-2010 untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai signifikan managerial ownership sebesar 0,0861, institutional ownership sebesar 0,0031, dan CEO tenure sebesar 0,8487. Hasil ini menunjukkan bahwa managerial ownership dan institutional ownership secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR, dan CEO tenure tidak mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian mengenai CEO tenure berlawanan dengan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya di antaranya oleh Barnea dan Rubin (2006) dan Shen (2003) sedangkan hasil penelitian mengenai managerial ownership dan institutional ownership sesuai dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang memberikan kesimpulan bahwa managerial ownership dan institutional ownership secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR.
93
Terdapat satu faktor utama yang mempengaruhi ketidaksignifikanan pengaruh CEO tenure terhadap pengungkapan CSR dan kesignifikanan pengaruh managerial ownership dan institutional ownership terhadap pengungkapan CSR. Faktor ini adalah berubahnya pola pikir manusia. Hal ini yang menjadi pertimbangan manajemen. Berubahnya pola pikir manusia mengenai kegiatan perusahaan yang hanya menekankan pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan perusahaan menjadi triple bottom line yang terdiri dari aspek finansial, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Perubahan pola pikir ini mungkin terjadi karena semakin berkembangnya masalah global warming dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap masalah tersebut menyebabkan perusahaan meningkatkan pengungkapan informasi mengenai kegiatan CSRnya untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat maupun stakeholder lainnya bahwa dalam menjalankan bisnisnya perusahaan tidak hanya berfokus pada keuntungan semata tetapi juga bertanggung jawab baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa pada tahun 2007-2010 managerial ownership dan institutional ownership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR dan CEO tenure tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR. Seluruh Ha2a dan Ha2b untuk penelitian tahun 2007-2010 diterima.
94