BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Deskripsi data menjelaskan tentang hasil penelitian mulai dari hasil uji coba instrumen penelitian sampai pada hasil analisis data korelasi dan regresi baik sederhana maupun ganda. Hasil data deskriptif
yang berupa median, rerata,
standar deviasi, varian, dan penyajian data dalam bentuk distribusi untuk setiap variabel. 1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian a. Hasil uji normalitas sebaran Dari data-data statistik yang didapat dari hasil manipulasi data menunjukkan bahwa semua data variabel berdistribusi normal karena nilai signikansi lebih dari 0,05, yaitu 0,055 untuk variabel X1,sementara 0,051 untuk variabel X2, dan 0,052 untuk variabel Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal . Hasil perhitungan SPSS 17.0 dapat dilihat pada lampiran. b. Uji validitas Hasil uji validitas instrumen variabel manajemen pelatihan (X1) dari 25 item pertanyaan ada lima pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 1, 16, 17, 22 dan 25 . Hasil penelitian lengkap dapat dilihat pada lampiran.
65
Hasil uji validitas instrumen variabel proses pelatihan (X2) dari 20 (dua puluh) item pertanyaan ada dua pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 1 dan 20 . Untuk mengetahui hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran. Hasil uji validitas instrumen variabel hasil belajar siswa (Y) bahwa semua item soal dari 10 item pertanyaan dinyatakan valid, hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran . c. Uji reliabilitas 1) Hasil uji reliabilitas pertanyaan variabel manajemen pelatihan (X1) Hasil perhitungan tabel analisis reliabilitas yang diperoleh dari pengelompokkan skor item pertanyaan ganjil dan genap variabel manajemen pelatihan (X1), sehingga didapat angka kasar skor korelasi belahan pertama dan kedua adalah 0,62, dan angka reliabilitas instrumen penelitian sebesar 0,76. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat reliabilitas instrumen-instrumen kuisioner variabel (X1) manajemen pelatihan CNC MTU cukup tinggi. 2) Hasil uji reliabilitas variabel proses pelatihan (X2) Hasil perhitungan tabel analisis reliabilitas yang diperoleh dari pengelompokkan skor item pertanyaan ganjil dan genap variabel proses pelatihan
(X2), Sehingga didapat angka kasar skor korelasi belahan
pertama dan kedua adalah 0,87, dan angka reliabilitas instrumen penelitian sebesar 0,93. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
66
reliabilitas instrumen kuesioner variabel proses pelatihan (X2), sangat tinggi. 3) Hasil uji reliabilitas variabel hasil belajar siswa (Y) Uji reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran, hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan tes terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang sama. Hasil perhitungan variabel hasil belajar siswa (Y), dimana untuk membuat kesimpulan dari apakah instrumen tes yang digunakan reliabel atau tidak dilakukan pengujian dengan menghitung nilai alpha π11 =
π ππ2 1β 2 πβ1 ππ‘
π11 =
10 1,40 1β = 0,421 10 β 1 2,25
Dari tabel nilai r Product Moment pada N = 40 dengan taraf signifikansi Ξ± = 0,05 didapat 0,312, dengan demikain r11>rtabel adalah 0,421>0,312, artinya bahwa instrumen tes hasil belajar siswa (Y) dinyatakan reliabel. Hasil lengkap uji reliabilitas variabel X1 , X2 dan Y dapat dilihat pada halaman lampiran. Dari hasil uji coba instrumen penelitan variabel (X1), (X2), dan (Y), untuk uji normalitas sebaran, uji validitas, dan uji reabilitas dapat disimpulkan, bahwa variabel (X1) dari 25 item pertanyaan yang direncanakan hanya digunakan 20 item pertanyaan dengan tingat reliabilitas yang cukup tinggi, variabel (X2) dari 20 item pertanyaan yang direncanakan hanya 18 item
67
pertanyaan yang digunakan dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi, sedangkan untuk variabel (Y) dari 10 item pertanyaan yang direncanakan dapat digunakan semuanya dengan tingat reliabialitas yang cukup tinggi. Secara lengkap hasil pengujian instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran , tabel rekapitulasi hasil uji coba instrumen penelitian. 2. Hasil Uji Persyaratan Analisis a. Menguji normalitas distribusi data Apabila dalam suatu penelitian sampel diambil dari suatu populasi yang diasumsikan berdistribusi normal, maka sebelum pengolahan data terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian normalitas sebaran data yang diperoleh dari sampel tersebut. Hal ini merupakan konsekwensi logis dari metode sampling, karena hasil sampling adalah untuk mengestimasi atau menyimpulkan karakteristik populasi. (Tedjo, 2009:41) 1) Uji normalitas variabel manajemen pelatihan (X1) Data-data yang dikumpulkan dari sampel variabel manajemen pelatihan kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0 seperti dibawah ini: Case Processing Summary Cases Valid N Normalitas
Missing Percent
240
N
100.0%
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 240
100.0%
Descriptives Statistic Normalitas
Mean
.020895
Std. Error .0003071
68
95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound
.020290
5% Trimmed Mean
.020511
Median
.020408
.021500
Variance
.000
Std. Deviation
.0047581
Minimum
.0099
Maximum
.0476
Range
.0377
Interquartile Range
.0051
Skewness
1.624
.157
Kurtosis
4.985
.313
Tabel 4.1 Uji normalitas variabel X1 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Normalitas
df
.140
Shapiro-Wilk Sig.
240
Statistic .055
.891
df
Sig. 240
.421
a. Lilliefors Significance Correction
Dari data-data pengujian normalitas yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% atau ο‘= 0,05 dan data statistik untuk variabel manajemen pelatihan (X1) dimana hasil nilai signifikansinya = 0.055 > 0.05 maka disimpulkan sebaran frekwensi manajemen pelatihan mengikuti pola kurva normal. 2) Uji normalitas variabel proses pelatihan (X2) Data-data yang dikumpulkan dari sampel variabel proses pelatihan kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0 seperti dibawah ini: Case Processing Summary Cases Valid
Missing
Total
69
N
Percent
Normalitas
240
N
Percent
100.0%
0
N
Percent
.0%
240
100.0%
Descriptives Statistic Normalitas Mean
.020916
95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound
.020299
5% Trimmed Mean
.020505
Median
.020000
Std. Error .0003130
.021533
Variance
.000
Std. Deviation
.0048492
Minimum
.0145
Maximum
.0476
Range
.0331
Interquartile Range
.0063
Skewness
1.515
.157
Kurtosis
4.204
.313
Tabel 4.2 Uji normalitas Variabel X2 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Normalitas
.107
df
Shapiro-Wilk Sig.
240
Statistic .051
.894
df
Sig. 240
.142
a. Lilliefors Significance Correction
Dari data-data pengujian normalitas yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% atau ο‘= 0,05 dan data statistik untuk variabel proses pelatihan (X2) dimana hasil nilai signifikansinya = 0.051 > 0.05 maka disimpulkan sebaran frekwensi proses pelatihan mengikuti pola kurva normal. 3) Uji normalitas variabel hasil belajar siswa (Y)
70
Data-data yang dikumpulkan dari sampel variabel hasil belajar siswa(Y) kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0 seperti dibawah ini: Case Processing Summary Cases Valid N Normalitas
Missing Percent
240
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 240
100.0%
Descriptives Statistic Normalitas
Mean
.0206
95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound
.0201
5% Trimmed Mean
.0203
Median
.0185
Variance
.000
Std. Error .00025
.0211
Std. Deviation
.00380
Minimum
.02
Maximum
.03
Range
.02
Interquartile Range
.00
Skewness
1.174
.157
Kurtosis
1.231
.313
Tabel 4.3 Uji normalitas variabel Y Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Normalitas
.232
df
Shapiro-Wilk Sig.
240
Statistic .052
.849
df
Sig. 240
.423
a. Lilliefors Significance Correction
Dari data-data pengujian normalitas yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% atau ο‘= 0,05 dan data statistik untuk variabel hasil belajar siswa (Y) dimana hasil nilai signifikansinya = 0.052 > 0.05 maka
71
disimpulkan sebaran frekwensi hasil belajar siswa mengikuti pola kurva normal. Hasil uji normalitas distribusi data hasil penelitian variabel manajemen pelatihan (X1 ), proses pelatihan (X2 ) dan hasil belajar siswa (Y) dapat dilihat pada lampiran 8. b. Hasil uji linieritas regresi 1) Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X1
Gambar 4.4 Persamaan regresi variabel Y atas X1 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) X1
2
(Constant)
B
Std. Error 50.211
2.642
-.004
.052
50.025
.521
Standardized Coefficients Beta
t
-.005
Sig.
19.007
.000
-.072
.943
95.943
.000
72
Dari out put data seperti tersebut di atas maka dapat dibentuk persamaan regresi untuk variabel Y terhadap X1 adalah: Y = 50,21 β 0,04 X1 2) Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X2 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant) X2
Std. Error 45.036
2.646
.100
.052
Standardized Coefficients Beta
t
.124
Sig.
17.023
.000
1.923
.056
a. Dependent Variable: Y
Tabel 4.5 Persamaan regresi variabel Y atas X2 Dari out put data seperti tersebut di atas maka dapat dibentuk persamaan regresi untuk variabel Y terhadap X2 adalah: Y = 45,04 + 0,10 X2
73
3) Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X1 dan X2 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 46.836
3.000
X2
.140
.061
X1
-.076
.060
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
15.611
.000
.174
2.304
.022
-.095
-1.267
.206
a. Dependent Variable: Y
Tabel 4.6 Persamaan regresi variabel Y atas X1 dan X2
Dari out put data seperti tersebut di atas maka dapat dibentuk persamaan regresi untuk variabel Y terhadap X1 dan X2 adalah: Y = 46,84 β 0,76 X1 + 0,14 X2 3. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
74
a. Hasil analisis korelasi sederhana 1) Analisis korelasi variabel manajemen pelatihan (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) Dari penghitungan koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y dengan menggunakan persamaam korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut: Tabel 4.7 Koefisien korelasi variabel X1 terhadap Y Descriptive Statistics Mean X1 Y
Std. Deviation
50.0000 50.0250
N
10.10944 8.07751
240 240
Correlations X1 X1
Pearson Correlation
Y 1
Sig. (2-tailed) N Y
Pearson Correlation
.520 .243
240
240
-.005
1
Sig. (2-tailed)
.943
N
240
240
Dari tabel diatas diperoleh nilai ππ₯ 1 π¦ = 0,520 pada taraf signifikansi adalah 0,243, sehingga dari hasil analisis data penelitian diperoleh pengaruh variabel manajemen pelatihan (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) tergolong pada katagori sedang, sedangkan untuk menyatakan besarnya kontribusi (sumbangan) variabel X1 terhadap Y atau koefisien determinannya adalah: r2 x 100% atau 0,5202 x 100% = 27,04% sedangkan sisanya 72,96% dipengaruhi oleh variabel lain. 2) Analisis variabel X2 terhadap Y
75
Dari hasil pengolahan data statistik didapat data-data sebagai berikut: Tabel 4.8 Koefisien korelasi variabel X2 terhadap Y Descriptive Statistics Mean Y X2
Std. Deviation
50.0250 50.0167
N
8.07751 10.01671
240 240
Correlations Y Y
X2
Pearson Correlation
1
.624
Sig. (2-tailed)
X2
.256
N
240
240
Pearson Correlation
.124
1
Sig. (2-tailed)
.056
N
240
240
Dari tabel diatas diperoleh nilai ππ₯ 2 π¦ = 0,624 pada taraf signifikansi adalah 0,256, sehingga dari hasil analisis data penelitian diperoleh pengaruh variabel proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) tergolong pada katagori tinggi, sedangkan untuk menyatakan besarnya kontribusi (sumbangan) variabel X2 terhadap Y atau koefisien determinannya adalah: r2 x 100% atau 0,6242 x 100% = 38,94% sedangkan sisanya 61,06% dipengaruhi oleh variabel lain. 3) Analisis korelasi variabel X1 dan X2 Tabel 4.9 Koefisien korelasi variabel X1 dan X2 Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
X1
50.0000
10.10944
240
X2
50.0167
10.01671
240
Correlations X1 X1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
X2 1
.523** .000
76
N X2
Pearson Correlation
240
240
.523**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
240
240
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel diatas diperoleh nilai ππ₯ 12 = 0,523 pada taraf signifikansi adalah 0, sehingga dari hasil analisis data penelitian diperoleh pengaruh variabel manajemen pelatihan (X1) terhadap proses pelatihan (X2) tergolong pada katagori sedang, sedangkan untuk menyatakan besarnya kontribusi (sumbangan) variabel X1 terhadap X2 atau koefisien determinannya adalah: r2 x 100% atau 0,5232 x 100% = 27,35% sedangkan sisanya 72,65% dipengaruhi oleh variabel lain. b. Hasil analisis korelasi ganda X1 dan X2 terhadap Y Dari hasil pengolahan data statistik didapat data-data sebagai berikut: Descriptive Statistics Mean X2 X1 Y
Std. Deviation
50.0167 50.0000 50.0250
10.01671 10.10944 8.07751
N 240 240 240
Tabel 4.10 Koefisien korelasi variabel X1 dan X2 terhadap Y Correlations Control Variables Y
X2
X2 Correlation Significance (2-tailed) df
X1
X1
1.000
.528
.
.000
0
237
Correlation
.528
1.000
Significance (2-tailed)
.000
.
df
237
0
77
Dari tabel diatas diperoleh nilai ππ₯ 12 π¦ = 0,528 pada taraf signifikansi adalah 0, sehingga dari hasil analisis data penelitian diperoleh pengaruh variabel manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) tergolong pada katagori sedang. c. Hasil perhitungan koefisien korelasi parsial Koefisien korelasi parsial diguakan untuk mengetahui apakah dalam bentuk regresi yang nyata dalam uji regresi linier ganda, terdapat kontribusi kedua variabel bebas yaitu manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) secara nyata, atau hanya salah satu di antaranya saja yang memberikan kontribusi pada prediksi variabel hasil belajar siswa (Y) secara nyata. Koefisien korelasi parsial adalah merupakan koefisien korelasi antara sebagian dari sejumlah variabel apabila hubungan dengan sebagian variabel lainnya dianggap tetap, dari ketetapan tersebut untuk menghitung koefisien korelasi parsial anatara variabel hasil belajar siswa (Y) dan variabel manajemen pelatihan (X1) dan variabel proses pelatihan (X2) tetap, dinyatakan dengan notasi ry1.2, dan korelasi parsial anatara variabel hasil belajar siswa (Y) dan proses pelatihan (X2) dengan menganggap variabel manajemen pelatihan (X1) tetap yang dinyatakan dengan notasi ry2.1. Untuk nilai-nilai koefisien korelasi antara Y dan X1, Y dan X2, serta antara X1 dan X2 telah dihitung pada analisis korelasi sederhana dengan nilai : ry1= 0,520, ry2 = 0,624, dan r12 = 0,523,
78
Tabel 4.11 Koefisien korelasi parsial Correlations Control Variables -none-
a
X1
X2
Y
Y
X1
X2
X1 Correlation
X2
Y
1.000
.523
-.005
Significance (2-tailed)
.
.000
.943
df
0
238
238
Correlation
.523
1.000
.124
Significance (2-tailed)
.000
.
.056
df
238
0
238
-.005
.124
1.000
Significance (2-tailed)
.943
.056
.
df
238
238
0
1.000
.528
Significance (2-tailed)
.
.000
df
0
237
Correlation
.528
1.000
Significance (2-tailed)
.000
.
df
237
0
Correlation
Correlation
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas didapat nilai-nilai sebagai berikut: ry1.2 = 0,523 ry2.1 = 0,528 Dari data hasil pengolahan di atas, dapat disimpukan bahwa koefisien untuk variabel Manajemen Pelatihan (X1) dan Proses Pelatihan (X2), sehingga dapat diprediksi bahwa Manajemen Pelatihan
(X1) Proses
Pelatihan (X2) memberikan kontribusi yang berarti terhadap Hasil Belajar Siswa (Y). Perhitungan lengkap secara SPSS 17.0 dapat dilihat pada lampiran 10. B. Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis
79
Melakukan interpretasi hasil analilis penelitian yaitu melakukan penafsiran terhadap pengujian hipotesis. 1. Ada pengaruh yang signifikan antara manajemen pelatihan terhadap hasil belajar siswa Berdasarkan Tabel 4.7
besarnya pengaruh antara variabel manajemen
pelatihan (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) yang dihitung dengan keofisien korelasi adalah 0,528 atau ππ₯ 12 π¦ = 0,528 pada taraf signifikansi 0 tergolong pada katagori sedang. Sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0.00 atau 0, karena probabiltas jauh di bawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara manajemen pelatihan terhadap hasil belajar siswa signifikan. Berdasarkan tabel 4.2 menggambarkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut: Y = 50,21 β 0,04 X1 Dimana: (X1)= Manajemen pelatihan (Y) = Hasil belajar siswa Konstanta sebesar 50,21 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel manajemen pelatihan (X1), maka nilai hasil belajar siswa (Y) adalah 50.21. Koefisien regresi sebesar 0,04 menyatakan bahwa setiap pengurangan (karena tanda -) satu skor manajemen pelatihan akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,04. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara proses belajar dengan hasil belajar siswa Berdasarkan Tabel 4.7 besarnya pengaruh antara variabel proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) yang dihitung dengan keofisien korelasi
80
adalah 1,000 atau ππ₯ 12 π¦ = 1,000 pada taraf signifikansi 0 tergolong pada katagori kuat. Sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0.00 atau 0, karena probabilitas jauh di bawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara manajemen pelatihan terhadap hasil belajar siswa signifikan. Berdasarkan tabel 4.2 menggambarkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut: Y = 45,04 + 0,10 X 2 Dimana: (X2)= Proses pelatihan (Y) = Hasil belajar siswa Konstanta sebesar 45,04 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel proses pelatihan (X2), maka nilai hasil belajar siswa (Y) adalah 45,04. Koefisien regresi sebesar 0,10 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor manajemen pelatihan akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,10. 3. Ada hubungan yang signifikan antara manajemen pelatihan dengan proses pelatihan Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa besarnya hubungan antara variabel manajemen pelatihan (X1) dengan proses belajar (X2) yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,523 atau (rx1x2 = 0,523). Hal ini menunjukkan pengaruh yang kuat antara variabel manajemen pelatihan dengan proses belajar siswa. Sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi dua sisi (2-tiled) dari output menghasilkan angka 0,01 jauh di bawah 0,05 maka korelasi antara variabel manajemen pelatihan dengan proses pelatihan adalah signifikan.
81
4. Ada pengaruh yang signifikan antara manajemen pelatihan dan proses pelatihan secara simultan terhadap hasil belajar siswa Model Summaryb Model 1
R
R Square .148a
Adjusted R Square
.022
.014
Std. Error of the Estimate 8.02211
a. Predictors: (Constant), X1, X2 b. Dependent Variable: Y
Tabel 4.12 Analisis regresi ganda Berdasarkan analisis pada Tabel 4.12 di atas terdapat R Square adalah 0,022 (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi 0,148Β²). R square dapat disebut koefisien diterminasi yang dalam hal ini berarti 22% kontribusi variabel manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y), sedangkan sisanya 78% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Dapat disimpulkan bahwa manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) secara simultan terhadap hasil belajar siswa (Y) kontribusinya sebesar 22%. Persamaan regresi ganda: Y = 46,84 β 0,76 X1+0,14 X2 C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengujian yang diuraikan di atas, terbukti bahwa manajemen pelatihan dan proses pelatihan berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Uraian lebih lengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Manajemen pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK binaan BPPTKPK Pembahasan mengenai manajemen pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa binaan BPPTKPK Dinas Pendidikan Jawa Barat, secara teoritis dapat dijelaskan bahwa tolak ukur dari sebuah kegiatan pelatihan dikatakan
82
berhasil apabila pelatihan yang dilaksanakan menghasilkan peningkatan terhadap hasil belajar peserta pelatihan. Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang dilatih tentunya tidak terlepas dari kontribusi manajemen pelatihan yang dirancang/didisain sedemikian rupa secara efektif dengan melalui kaidah-kaidah teori manajemen yang terarah dan tersusun secara baik. Dalam konteks perannya manajemen pelatihan sangat menentukan tingkat keberhasilan dari sebuah kegiatan pelatihan yang dilaksanakan, menurut
Mujiman .H (2009:16)
mengatakan bahwa: βPeran manajemen pelatihan sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah program kerja pelatihan, secara sempit dapat diartikan bahwa manajemen pelatihan adalah pengelolaan program pelatihan, yang menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan disain pelatihan, penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan penetapan tindak lanjut pelatihan.β Secara teoritis dalam konteks yang lebih luas manajemen pelatihan memiliki dimensi tentang bagaimana pengelolaan pelatihan, supaya pelatihan bisa berjalan dengan baik dan berhasil secara efektif dan efisien. Dalam konteks yang lain manajemen pelatihan atau pengelolaan pelatihan identik dengan manajemen proyek atau pada istilah lain sama dengan mengelola proyek. Oleh karena itu daur Managing training dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1 : Siklus Manajemen Pelatihan 83
Gambar di atas menjelaskan bahwa proses manajemen pelatihan dimulai dengan analisis, yaitu analisis kebutuhan (need analysis) terhadap hal-hal yang akan menjadi objek pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan desain program pelatihan. Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan dan penerapan, yaitu proses pelaksanaan dan penerapan program-program pelatihan. Kemudian diakhiri dengan evaluasi yaitu tahap untuk memberikan penilaian dan analisa pengembangan. Pada setiap tahapan tersebut akan ada proses umpan balik, yang bertujuan untuk mengontrol efektivitas pelaksanaan dan proses pelatihan. Efektivitas sebuah kegiatan pelatihan harus memiliki beberapa dimensidimensi penting, sejalan itu Kusriyanto (1991:68-69) mengatakan: βProgram pelatihan yang efektif meliputi: a) Mempunyai sasaran yang jelas, sebagai tolak ukur; b) Diberikan oleh tenaga pengajar (pelatih) yang profesional dan mampu memotivasi; c) Isinya (materi pelatihan) harus mampu mengubah sikap dan meningkatkan potensi peserta; d) Dapat memperhatikan latar belakang teknis, permasalahan daya tangkap peserta; e) Menggunakan metode yang tepat guna; f) Meningkatkan keterlibatan aktif para peserta sehingga mereka bukan hanya pendengar atau pencatat belaka; g) Disertai dengan desain penelitian, sejauh mana sasaran program tercapai demi prestasi dan produktifitas organisasi.β
Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis terhadap manajemen pelatihan bahwa manajemen pelatihan yang dilaksanakan oleh BPPTKPK dalam kenyataannya dilapangan rancangannya dimulai dari tahap persiapan, meliputi: a) Perencanaan design program; b) Koordinasi dengan instalasi terkait; c) Koordinasi internal; d) Koordinasi/sosialisasi dengan Disdik Kab/Kota; e) Koordinasi dengan sekolah binaan; f) Koordinasi dengan tim ahli; g) Pembuatan SK/Surat Tugas personil; h) Menyediakan kelengkapan pelaksanaan seperti modul, mesin, alat dan bahan serta
fasilitas penunjang lainnya. Dari pandangan peneliti bahwa 84
manajemen pelatihan BPPTKPK secara global sudah memenuhi unsur-unsur manajemen dengan baik, namun pada beberapa aspek masih terdapat kekurangan diantaranya; a) Dari sisi administrasi, pemberitahuan kegiatan pelatihan ke SMK sasaran sering terlambat sehingga pihak SMK kesulitan menyiapkan fasilitas pelatihan; b) Dari sisi tata laksana program, evaluasi program kegiatan masih belum dilakukan secara mendalam terhadap SMK sasaran, akibatnya program studi SMK sasaran tidak sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan. Berkaitan dengan manajemen pelatihan memiliki kontribusi terhadap hasil belajar siswa, bahwa sasaran akhir dari sebuah manajemen pelatihan adalah terjadinya peningkatan hasil belajar siswa atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang setelah mereka melaksanakan aktivitas pelatihan mesin CNC, dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh dimana manajemen pelatihan mampu mendongkrak hasil rata-rata nilai praktek CNC siswa maka dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa manajemen pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa. 2. Proses pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK Proses pelatihan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai serta dilatih oleh guru/pelatih yang profesional dan memiliki tingkat kompetensi yang handal dibidangnya. Keberadaan guru/pelatih sebagai ujung tombak yang berperan penting dalam mentransferkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa yang dilatihnya, dikatakan profesional apabila memiliki kemampuan pedagogik dan kemampuan profesional. Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,
85
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain
saling
berhubungan
dan
saling
mendukung.
Kompetensi
pedagogik yang dimaksud dalam tulisan ini yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak. Sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Secara teoritis tentang konsep belajar adalah terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku dari peserta didik, seperti yang disampaikan oleh M. Ngalim Purwanto (2003:85) dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa belajar adalah βTingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan
dalam
pengertian, pemecahan suatu
masalah
atau
berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikapβ. Selanjutnya konsep pelatihan tercermin pada peningkatan terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap.
86
Penguasaan atas pengetahuan konseptual sebagai acuan berpikir seorang pelatih, merupakan modal dasar untuk mendisain program pelatihan. Harapan manajemen institusi (terhadap pelatih) bertumpu pada keterampilan pelatih dalam mendisain program pelatihan, berkomunikasi dan mengajar serta kepekaan pelatih akan hal-hal yang menonjol dari tiap peserta agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Program pelatihan dirancang dengan cara yang praktis dan partisipatif melibatkan seluruh peserta dengan studi kasus, kuliah, diskusi kelompok sehingga mampu berkontribusi terhadap hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap kegiatan pelatihan mesin CNC yang dilaksanakan oleh BPPTKPK terhadap siswa binaannya menyediakan fasilitas sarana dan prasarana pratik yang lengkap dan memadai yang digunakan pada saat pelatihan berlangsung, seperti: 2 unit mesin bubut CNC, 2 unit mesin frais CNC, alat dan bahan praktik, modul bahan ajar, media alat bantu pembelajaran dan dilatih oleh guru-guru yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi dari dalam dan luar negeri hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kelengkapan fasilitas pembelajaran yang dimiliki akan mempermudah guru/pelatih dalam menyampaikan dan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang diajarkan. Disamping itu, bagi siswa-siswa yang dilatih akan lebih mudah menyerap dan mendemontrasikan ilmu dan keterampilan yang disampaikan oleh guru/pelatih. Berdasarkan paparan di atas, menurut pandangan peneliti dan juga data empiris penelitian bahwa pelatihan yang dilaksanakan pihak BPPTKPK dengan menggunakan kelengkapan sarana/prasarana praktek yang memadai, dibantu alat
87
bantu pembelajaran/pelatihan yang lengkap serta dengan didukung oleh tenaga pengajar yang profesional diasumsikan secara umum sudah memenuhi konsepkonsep belajar yang baik, namun pada beberapa aspek masih ditemukan kekurangan diantaranya; a) Belum meratanya skill yang dimiliki oleh pelatih, b) Belum semua pelatih mampu menggunakan alat bantu belajar. Berkaitan dengan proses pelatihan memiliki kontribusi terhadap hasil belajar siswa, bahwa sasaran akhir dari sebuah proses belajar adalah terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku yang terukur dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap, dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa proses pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa. 3. Hubungan manajemen pelatihan dengan proses pelatihan Manajemen pelatihan dibutuhkan dikegiatan pelatihan dengan tujuan agar pelatihan yang diselenggarakan dapat berjalan secara efektif, sementara proses pelatihan dapat terselenggara dengan efektif bila didukung oleh seperangkat manajemen pelatihan
yang baik dan terarah. Sebelum kegiatan pelatihan
diselenggarakan, pihak penyelenggara kegiatan sudah menyiapkan bahan-bahan serta materi pelatihan yang akan diselenggarakan, termasuk modul, benda kerja, job
sheet,
serta
mesin
dan
peralatannya.
Selanjutnya
guru/instruktur
menginventarisir seluruh bahan-bahan serta perlengkapan lainnya yang sudah disiapkan oleh pihak manajemen untuk dipakai ketika proses belajar mengajar berlangsung. Kelengkapan fasilitas yang digunakan sangat menentukan terhadap proses pelatihan. Guru/instruktur akan mengalami kesulitan dalam penyampaian materi pelatihan ketika salah satu dari fasilitas tersebut tidak tersedia.
88
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, keberadaan manajemen pelatihan mesin CNC memiliki hubungan dengan proses pelatihan mesin CNC yang diselenggarakan. 4. Manajemen pelatihan dan proses pelatihan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa Untuk mencapai tujuan sebuah kegiatan pelatihan tidak terlepas dari beberapa
aspek
penting,
diantaranya:
tindakan
perencanaan,
tindakan
pengorganisasian, tindakan penggerakkan dan tindakan pengawasan. Mengingat proses pelatihan merupakan bagian penting dari tindakan penggerakkan maka signifikansinya sangat erat satu sama lain. Prestasi belajar dapat dikatakan sama dengan hasil akhir dari suatu kegiatan pelatihan. Hasil belajar siswa adalah hasil maksimal kompetensi pemesinan CNC yang dicapai oleh siswa setelah mereka selesai mengikuti pelatihan mesin CNC. Beberapa hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: peralatan dan mesin, lingkungan belajar seperti keadaan kondisi kelas, minat dan motivasi, nara sumber (guru pengajar), keadaan psikis misalnya kondisi siswa sewaktu mengikuti kegiatan pembelajaran, fasilitas belajar seperti kelengkapan alat dan bahan serta peralatan-peralatan penunjang utama seperti mesin dan peralatannya. Semua kebutuhan praktek yang akan digunakan untuk kegiatan pelatihan tersebut sudah disediakan oleh pihak manajemen kegiatan dan untuk meningkatkan motivasi siswa belajar, pihak manajemen sudah memberikan/ menyiapkan seluruh fasilitas pelatihan termasuk makan siang dan uang saku bagi setiap siswa.
89
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen pelatihan dan proses pelatihan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Di bawah ini dapat dilihat gambar diagram siklus pelatihan yang saling berhubungan satu sama lain:
1.Analisis Kebutuhan Pelatihan 2.Perencanaan Program pelatihan
5.Penilaian Pelatihan
4.Pelaksanaan Pelatihan
3.Penyusunan Bahan Pelatihan
Gambar 4.2 Siklus Pelatihan
90
Tabel 4.13 Matrik penelitian Landasan Teori
Temuan Lapangan
Pembahasan
Kesimpulan
Rekomendasi
Tindak Lanjut
1. βPeran manajemen 1. Pelaksanaan analisis 1. Manajemen pelatihan 1. Manajemen pelatihan 1. Pimpinan BPTPKPK 1. Upayakan untuk berupaya mengadakan pelatihan sangat kebutuhan pelatihan berkontribusi terhadap hasil mesin CNC berkontribusi senantiasa pelatihan, kursus menentukan dalam CNC Mobile Training belajar siswa secara signifikan terhadap meningkatkan kemampuan staf dan seminar bagi keberhasilan sebuah Unit (MTU), belum Secara teoritis dapat hasil belajar siswa kegiatan dibidang staf dan guru. program kerja pelatihan, dilakukan berdasarkan dijelaskan bahwa tolak ukur Besarnya pengaruh manajemen pelatihan secara sempit dapat pemetaan wilayah sebuah kegiatan pelatihan variabel manajemen dan juga tenaga diartikan bahwa secara optimal. dikatakan berhasil apabila pelatihan (X1) terhadap hasil pengajar/guru dengan manajemen pelatihan Adapun yang dimaksud menghasilkan dampak yang belajar siswa (Y) adalah cara memberikan adalah pengelolaan analisis kebutuhan, positif terhadap peserta 0,520 dan besarnya kesempatan untuk program pelatihan, yang mencakup; pelatihan, hal tersebut dapat kontribusi (sumbangan) mengikuti pelatihankursus, menyangkut aspek a.Pemetaan SMK diukur dari peningkatan variabel (X1) terhadap (Y) pelatihan, seminar dan pembuatan pengidentifikasian binaan;b.Penetapan hasil belajar siswa. atau koefisien determinan kebutuhan pelatihan, jumlah siswa peserta adalah r2 x 100% atau 0,5202 modul bahan ajar. perencanaan disain pelatihan; c. Penetapan 2. Proses pelatihan x 100% = 27,04% 2. Guru/instruktur 2. Upayakan pelatihan, penetapan guru yang terlibat di berkontribusi secara sedangkan sisanya 72,96% berupaya untuk menggunakan metodologi pelatihan, SMK; d. Penetapan signifikan terhadap hasil dipengaruhi oleh variabel menggunakan media penyusunan bahan guru/instruktur dari belajar siswa lain. alat/media pembelajaran. pelatihan, pelaksanaan BPPTKPK; e. Proses pelatihan dapat pembelajaran seperti: pelatihan dan penetapan Penetapan waktu berjalan dengan baik apabila 2. Proses pelatihan komputer/laptop, slide tindak lanjut pelatihan.β pelatihan. didukung oleh sarana dan berpengaruh secara LCD/infocus, berikut dengan materi Haris Mujiman prasarana yang lengkap dan signifikan terhadap hasil bahan ajarnya ketika (2009:16) Masih ada SMK memadai serta dilatih oleh belajar siswa penyampaian materi Pelatihan merupakan program studi teknik guru/pelatih yang Besarnya pengaruh pelatihan berlangsung. pendidikan formal. pemesinan di Jawa profesional pelatihan variabel proses pelatihan Pelatihan adalah bentuk Barat yang belum berlangsung, seperti: 2 unit (X2) terhadap hasil belajar 3. Pelatihan CNC model 3. Upayakan agar pendidikan memberikan materi mesin bubut CNC, 2 unit siswa (Y) adalah 0,624 dan Mobile Training Unit pelatihan mesin berkelanjutan untuk CNC di sekolahnya mesin frais CNC, alat dan besarnya kontribusi (MTU) ini masih tetap CNC MTU tetap mengembangkan karena belum memiliki bahan praktik, modul bahan (sumbangan) variabel (X2) dibutuhkan bagi siswa dilanjutkan kemampuan peserta mesin CNC, dari 112 ajar, media alat bantu terhadap (Y) atau koefisien SMK yang belum dimasa yang akan
91
didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan. serta pengembangan kepribadian profesional.
SMK yang baru memiliki mesin CNC adalah sekitar 30%.
pembelajaran dan dilatih oleh guru-guru yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi dari dalam dan luar negeri hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
datang. determinannya adalah r2 x memiliki mesin CNC. 100% atau 0,6242 x 100% = 38,94% sedangkan sisanya Segera 61,06% dipengaruhi oleh 4. Pihak penyelenggara 4. kegiatan berupaya sampaikan surat variabel lain. Informasi ini menyampaikan surat kesiapan dapat memberikan kesiapan sekolah untuk mengikuti keterangan bahwa variabel mengikuti kegiatan pelatihan CNC. proses pelatihan pelatihan mesin CNCmemberikan pengaruh kuat MTU jauh hari sebelum terhadap hasil belajar siswa. kegiatan dilaksanakan.
3. Manajemen pelatihan 2. Proses pelatihan bila 2. Pelaksanaan pelatihan mempunyai hubungan merujuk kepada tuntutan CNC Mobile Training dengan proses pelatihan kebutuhan kurikulum Unit (MTU), belum Manajemen pelatihan 3. Manajemen pelatihan 5. Kepala SMK bidang 5. Masukkan mata teknik pelajaran CNC ke SMK saat ini yang dilakukan berdasarkan dibutuhkan dikegiatan mesin CNC berhubungan keahlian pemesinan berupaya dalam struktur dikenal dengan estimasi kebutuhan pelatihan dengan tujuan dengan proses pelatihan agar memasukkan kurikulum. Kurikulum Berbasis jumlah peserta secara agar pelatihan yang Besarnya hubungan mata pelajaran CNC Kompetensi (KBK), optimal. Adapun yang diselenggarakan dapat manajemen pelatihan didalam struktur bahwa pelatihan dimaksud dengan berjalan secara efektif, dengan proses pelatihan kurikulum sekolahnya. berdasarkan kompetensi estimasi kebutuhan, sementara proses pelatihan adalah sebesar 0,523. Hal Upayakan adalah pelatihan yang mencakup; dapat terselenggara dengan ini menunjukkan adanya 6. Kepala SMK berupaya 6. jumlah jumlah peserta memperhatikan efektif bila didukung oleh keterkaitan/hubungan antara menyertakan a. Silabus pelatihan; peserta pelatihan yang sesuai dengan pengetahuan, manajemen variabel manajemen b. Bahan ajar yang seperangkat keterampilan dan sikap (X1) dengan sesuai dengan jumlah kuota. dipersiapkan bagi pelatihan yang baik dan pelatihan kuota yang telah yang diperlukan ditempat terarah proses pelatihan (X2), ditentukan peserta pelatihan; agar kerja agar dapat c. Jumlah alat yang dimana kontribusi keefektifan melakukan pekerjaan 4. Manajemen pelatihan dan (sumbangan) variabel X1 pembelajaran digunakan. dapat dengan kompeten. proses pelatihan secara terhadap X2 atau koefisien terpenuhi. Untuk menuju kearah berpengaruh determinannya adalah r2 x Estimasi waktu simultan Upayakan yang dimaksud , maka pelatihan dan evaluasi signifikan terhadap hasil 100% atau 0,5232 x 100% = 7. Pemerintah daerah 7. Dinas pengadaan mesin proses pelatihan harus pelatihan CNC Mobile belajar siswa 27,35% sedangkan sisanya melalui didukung oleh fasilitas Training Unit (MTU), Untuk mencapai tujuan 72,65% dipengaruhi oleh Pendidikan berupaya CNC bagi semua untuk pengadaan mesin SMK. sarana/prasarana, tenaga belum sebuah kegiatan pelatihan variabel lain. dilakukan CNC bagi SMK yang pengajar (SDM) dan berdasarkan tidak terlepas dari beberapa belum memiliki kurikulum. pencapaian kompetensi aspek penting, diantaranya: 4. Besarnya pengaruh secara fasilitas tersebut di tindakan perencanaan, simultan antara variabel wilayahnya secara optimal masing-
92
3. Hasil belajar yang 3. Beberapa sekolah dimaksud disini adalah SMK yang berada di hasil (outcome) yang Propinsi Jawa Barat dicapai dari sebuah masih ada yang belum proses belajar mengajar / memberikan pelajaran pelatihan yang secara teori maupun praktek garis besar dapat kepada siswanya. menggambarkan mutu / Jumlah peserta kualitas dari peserta pelatihan tidak sesuai didik, baik itu dengan dengan jumlah kuota prediket rendah maupun yang ditentukan. tinggi. Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (a) domain kognitif (pengetahuan) (b) domain afektif (sikap) (c) domain psikomotor (keterampilan) .
tindakan pengorganisasian, tindakan penggerakkan dan tindakan pengawasan. Mengingat proses pelatihan merupakan bagian penting dari tindakan penggerakkan maka signifikansinya sangat erat satu sama lain.
manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) tergolong kepada kategori cukup kuat. Berdasarkan analisis pada Tabel 4.12 terdapat R Square adalah 0,022 (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi 0,148Β²). R square dapat disebut koefisien diterminasi yang dalam hal ini berarti 22% kontribusi variabel manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y), sedangkan sisanya 78% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Dapat disimpulkan bahwa manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) secara simultan terhadap hasil belajar siswa (Y) kontribusinya sebesar 22%. . Sementara itu besar kecilnya hasil belajar siswa dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y= 46,84 β 0,76 X1 + 0,14 X2
masing, hal ini bertujuan agar kesenjangan mutu tamatan dapat teratasi.
93