BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna terletak kurang lebih 100 M2 dari jalan trans sulawesi. Wilayah Puskesmas Bintauna terdiri dari 14 desa, 1 Kelurahan. Secara geografis Kecamatan Bintauna sebagian besar merupakan dataran rendah dengan banyak persawahan sedangkan sisanya terdiri dari pegunungan. Puskesmas Bintauna terletak di desa Talaga Kecamatan Bintauna dengan batas-batas wilayah sebagai berikut. 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sangkub. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bolangitang Timur. Dari 14 desa dan 1 kelurahan yang ada, seluruhnya dapat di jangkau dengan kenderaan roda dua dan roda empat. 4.1.2 Luas Wilayah Luas wilayah Puskesmas Bintauna adalah 349,07 KM2 terdiri dari 14 Desa 1 Kelurahan. Desa-desa yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Bintauna antara lain : Desa Bintauna Pantai, Desa Minanga, Desa Kopi, Desa Bunia, Desa Batulintik, Kelurahan Bintauna, Desa Pimpi, Desa Talaga, Desa Voa’a, Desa Padang, Desa Padang Barat, Desa Kuhanga, Desa Bunong, Desa Mome, Desa Huntuk.
31
4.1.3 Iklim Iklim di Kecamatan Bintauna terdiri dari dua yaitu musim hujan dan musim kemarau, musim hujan terjadi pada sekitar bulan Mei-Juni dan musim kemarau terjadi sekitar bulan September dan Oktober. Perubahan iklim ini adakalanya bervariasi kadang terjadi curah hujan yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan banjir. Dari perubahan iklim ini dapat memberikan dampak pada angka morbiditas atau kesakitan seperti tingginya penyakit diare, ispa, dan malaria. Pada musim kemarau yang panjang biasa berdampak pada daerah pertanian yang terkadang tidak memberikan hasil yang baik bagi para petani, sehinga banyak para petani yang pendapatannya rendah. hal ini dapat berimbas terhadap status kesehatan masyarakat itu sendiri. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan berupa analisis univariate, maka hasil penelitian tentang Gambaran Sanitasi Lingkungan Rumah pada Penderita Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
32
4.2.1.1 Distribusi Responden Menurut Umur Penderita Kusta Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah Umur (Tahun) n % 5-14
8
28
15-24
3
10
25-34
4
14
35-44
4
14
45-54
9
31
55-64
1
3
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa distribusi responden menurut kelompok umur yang terbanyak adalah umur 45-54 tahun yaitu sebanyak 9 atau (31%), sedangkan kelompok umur yang jumlahnya sedikit yaitu >55 tahun sebesar 1 atau 3%. Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi sampel menurut jenis kelamin yang terendah adalah laki-laki sebesar 13 atau 45% dan perempuan sebesar 16 atau 55%.
33
4.2.1.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Penderita Kusta Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah Jenis Kelamin n
%
Laki-laki
13
45
Perempuan
16
55
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer 4.2.1.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Penderita Kusta Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah Jenis Pekerjaan n
%
Siswa
9
31
IRT
7
25
Petani
2
6
Tidak Bekerja
11
38
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer
34
Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden menurut pekerjaan yang paling banyak adalah Tidak bekerja sebanyak 11 orang atau 38% dan yang paling sedikit adalah Petani sebanyak 2 orang atau 6%. Berdasarkan distribusi tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa sampel terbanyak terdapat di desa Bunia yaitu sebanyak 8 sampel atau 28 %, dan yang terendah berasal dari desa Kopi dan Talaga yaitu sebanyak 1 orang atau 3%. 4.2.1.4 Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal Penderita Kusta Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tempat Tinggal Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah
Menurut tempat tinggal (Desa)
n
%
Bintauna Pantai
2
7
Minanga
3
10
Kopi
1
3
Bunia
8
28
Huntuk
3
10
Mome
4
15
Talaga
1
3
Voa’a
2
7
Padang Barat
3
10
35
Kuhanga
2
7
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer 4.2.1.5 Distribusi Responden Menurut Type Rumah Penderita Kusta Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Type Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah Type Rumah n % Permanen
7
24
Semi Permanen
5
17
Non Permanen
17
59
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi sampel menurut type rumah yang terbanyak adalah non permanen sebesar 17 atau 59% dan yang terendah adalah semi permanen sebesar 5 atau 17%. 4.2.1.6 Distribusi Variabel Berdasarkan Kepadatan Hunian Tabel 4.6 Distribusi Variabel Berdasarkan Kepadatan Penghuni Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah Kepadatan hunian
36
Rumah
n
%
Tidak Padat
0
0
Padat
29
100
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer Berdasarkan distribusi tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa kepadatan hunian semua rumah penderita terbilang padat yaitu sebesar 100%. 4.2.1.7 Distribusi Variabel Berdasarkan Pencahayaan Alami Tabel 4.7 Distribusi Variabel Berdasarkan pencahayaan Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah Pencahayaan Rumah n
%
Cahaya Masuk
10
34
Cahaya Tidak Masuk
19
66
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa dari hasil analisis didapatkan pencahayaan yang memenuhi syarat sebanyak 10 atau 34 %, dan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 19 atau 66%.
37
Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa dari hasil analisis didapatkan Ventilasi yang memenuhi syarat sebanyak 5 atau 17 %, dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 24 atau 83%.
4.2.1.8 Distribusi Variabel Berdasarkan Ventilasi Tabel 4.8 Distribusi Variabel Berdasarkan Ventilasi Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah Ventilasi Rumah n
%
Memenuhi Syarat
5
17
Tidak Memenuhi Syarat
24
83
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.9 bahwa dari hasil analisis didapatkan Suhu yang memenuhi syarat sebanyak 2 atau 7 %, dan Suhu yang tidak memenuhi syarat sebanyak 27 atau 93%. 4.2.1.9 Distribusi Variabel Berdasarkan Suhu Tabel 4.9 Distribusi Variabel Berdasarkan Suhu Kamar Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
38
Tahun 2012 Jumlah Suhu n
%
Memenuhi Syarat
2
7
Tidak Memenuhi Syarat
27
93
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer 4.2.1.10 Distribusi Variabel Berdasarkan Kelembaban Tabel 4.10 Distribusi Variabel Berdasarkan Kelembaban Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Jumlah Kelembaban n
%
Memenuhi Syarat
0
0
Tidak Memenuhi Syarat
29
100
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer Dari hasil analisis didapatkan bahwa Kelembaban yang
memenuhi syarat
sebanyak 0 atau 0 %, dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 29 atau 100%. 4.2.1.11 Distribusi Variabel Kepadatan Hunian Berdasarkan Pada Penderita Kusta
39
Jumlah Penderita Kusta n
%
Kusta Type PB
17
59
Kusta Type MB
12
41
Jumlah
29
100
Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel 4.11 bahwa dari hasil analisis didapatkan Penderita Kusta yang lebih banyak Penderita Kusta Type PB sebesar 17 atau 59 %, dan Penderita Kusta Type MB sebesar 12 atau 41%. Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta baik Type PB maupun Type MB pada kepadatan hunian yang tidak padat (0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada kepadatan hunian yang padat sebesar 58,6% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada kepadatan hunian yang padat sebesar 41.4%. 4.2.1.12 Distribusi Variabel Berdasarkan Kepadatan Hunian Pada Penderita Kusta Tabel 4.12 Distribusi Variabel Berdasarkan Kepadatan Hunian Penderita Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Penderita Kusta Kepadatan
Type PB
Type MB
40
Jumlah
Hunian
N
%
n
%
n
%
Tidak Padat
0
0
0
0
0
0
Padat
17
58,6
12
41,4
29
100
Jumlah
17
58,6
12
41,4
29
100
Sumber : Data Primer
4.2.1.13 Distribusi Variabel Berdasarkan Pencahayaan Pada Penderita Kusta Tabel 4.13 Distribusi Variabel Berdasarkan Pencahayaan Penderita Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Penderita Kusta Pencahayaan
Type PB
Type MB
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Cahaya Masuk
6
60,0
4
40,0
10
34,5
Cahaya Tidak Masuk
11
57,9
8
42,1
19
65,5
Jumlah
17
58,6
12
41,4
29
100
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta Type PB pada pencahayaan yang memenuhi syarat sebesar (60,0%) lebih banyak dari Type MB pada pencahayaan yang memenuhi syarat sebesar (40,0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada pencahayaan yang tidak memenuhi syarat
41
sebesar 57,9% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada pencahayaan yang tidak memenuhi syarat sebesar 42.1%. Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta Type PB pada ventilasi yang memenuhi syarat sebesar (40,0%) lebih sedikit dari Type MB pada ventilasi yang memenuhi syarat sebesar (60,0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebesar 62,5% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebesar 37,5%. 4.2.1.14 Distribusi Variabel Berdasarkan Ventilasi Pada Penderita Kusta Tabel 4.14 Distribusi Variabel Berdasarkan Ventilasi Penderita Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Penderita Kusta Ventilasi
Type PB
Type MB
Jumlah
n
%
n
%
N
%
Memenuhi Syarat
2
40,0
3
60.0
5
17
Tidak Memenuhi Syarat
15
62,5
9
37,5
24
83
Jumlah
17
58,6
12
41,4
29
100
Sumber : Data Primer 4.2.1.15 Distribusi Variabel Berdasarkan Suhu Pada Penderita Kusta Tabel 4.15 Distribusi Variabel Berdasarkan Suhu Penderita Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Penderita Kusta
42
Suhu
Type PB
Type MB
Jumlah
n
%
n
%
N
%
Memenuhi Syarat
2
100
0
0
2
7
Tidak Memenuhi Syarat
15
55,6
12
44,4
27
93
Jumlah
17
58,6
12
41,4
29
100
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta Type PB pada suhu yang memenuhi syarat sebesar (100%) lebih sedikit dari Type MB pada suhu yang memenuhi syarat sebesar (0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada suhu yang tidak memenuhi syarat sebesar 55,6% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada suhu yang tidak memenuhi syarat sebesar 44,4%. 4.2.1.16 Distribusi Variabel Berdasarkan Kelembaban Pada Penderita Kusta Tabel 4.16 Distribusi Variabel Berdasarkan Kelembaban Penderita Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2012 Penderita Kusta Type PB
Type MB
Jumlah
Kelembaban n
%
n
%
N
%
Memenuhi Syarat
0
0
0
0
0
0
Tidak Memenuhi Syarat
17
58,6
12
41,4
29
100
Jumlah
17
58,6
12
41,4
29
100
Sumber : Data Primer
43
Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa jumlah Penderita Kusta Type PB pada kelembaban yang memenuhi syarat sebesar (0%) dan Type MB pada kelembaban yang memenuhi syarat sebesar (0%). Sedangkan jumlah penderita kusta Type PB Pada kelembaban yang tidak memenuhi syarat sebesar 58,6% lebih banyak dibandingkan jumlah penderita kusta Type MB pada kelembaban yang tidak memenuhi syarat sebesar 41,4%. 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran sanitasi lingkungan rumah pada Penderita penyakit kusta di wilayah kerja puskesmas Bintauna, selanjutnya akan dibahas sesuai dengan variabel yang diteliti. 4.3.1 Kepadatan Hunian Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa untuk ketetapan luas rumah, jumlah, dan ukuran ruangan harus disesuaikan dengan jumlah orang yang akan menempati rumah tersebut agar tidak terjadi kelebihan jumlah penghuni rumah. Luas lantai bangunan rumah sehatharus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan penghuninya akan menyebabkan padat (over crowded). Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.6 bahwa kepadatan hunian pada rumah penderita kusta yaitu sebesar 100%, dan ratarata tempat tinggal penderita kusta rumahnya terbilang cukup sederhana dan penghuni di dalam rumah melebihi kententuan yang ada. Apabila kondisi rumah penderita padat maka Kuman Mycrobacterium leprae mudah menyebar pada keluarga yang tidak menderita kusta. Karena kepadatan hunian yang memenuhi syarat kesehatan yaitu
44
Apabila luas bangunan < 9 m2 perorang. Hal ini menyebabkan pengaruh kepadatan hunian pada penderita kusta, sehingga pederita kusta mengalami kesulitan dalam melakukan proses pengobatan yang di anjurkan dari Puskesmas Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. 4.3.2 Pencahayaan Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya Kusta, TBC, ISPA. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.7 bahwa pencahayaan yang masuk di dalam rumah penderita sebagian besar (66%) tidak memenuhi syarat, karena rata-rata rumah penderita non permanen dan ventilasinya sebagian besar tidak memenuhi syarat, sehingga cahaya matahari susah masuk di dalam rumah. Hal ini menyebabkan pengaruh pada rumah penderita kusta, apabila cahaya matahari susah masuk di dalam rumah penderita maka tidak mudah untuk membunuh kuman Mycrobacterium leprae yang menyebar di dalam rumah penderita karena cahaya matahari merupakan salah satu cara yang dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dan kuman Mycrobacterium leprae. (Notoatmodjo, 2007). Sehingga proses pengobatan yang dilakukan oleh penderita cukup sulit sesuai yang di anjurkan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Bintauna. 4.3.3 Ventilasi Udara yang bersih merupakan komponen utama di dalam rumah dan sangat diperlukan oleh manusia untuk hidup secara sehat. Sirkulasi udara berkaitan dengan masalah keberadaan ventilasi. Ventilasi adalah suatu usaha untuk memelihara kondisi 45
atmosfir yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia (Harun, 2011). Untuk itu ventilasinya harus mencapai 10% dari luas lantai sesuai dengan syarat kesehatan. Ventilasi aliran udara diusahakan cross ventilation dengan
menempatkan lubang
ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain‐lain. Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.8 bahwa sebagian besar ventilasi rumah penderita tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar (83%). Dan ventilasi rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebesar (17%) akan tetapi ventilasinya ditutupi dengan koran bekas dan plastik. Apabila ventilasi rumah penderita kusta ditutupi dengan plastik ataupun koran bekas maka aliran udara dalam rumah tersebut tidak lancar sehingga mengakibatkan udara tidak dapat membawa kuman Mycrobacterium leprae keluar. Dan ada juga rumah penderita tidak memiliki ventilasi dan ukuruan jendelanya sangat kecil menyebabkan kuarangnya masuk cahaya matahari di rumah penderita sehingga menyebabkan terjadinya kelembaban udara di dalam rumah penderita. Hal ini menyebabkan ventilasi berpengaruh pada kondisi kesehatan penderita kusta. 4.3.4 Suhu Suhu adalah panas atau dinginnya udara yang dinyatakan dengan satuan derajat tertentu. Secara umum, penilaian suhu kamar dengan menggunakan termometer ruangan. Berdasarkan indikator pengawasan perumahan, suhu kamar yang memenuhi syarat kesehatan adalah antara 25-30 ºC, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 25ºC atau > 30 ºC. (Walton, 1991) Sesuai observasi pada saat melakukan penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.9 bahwa sebagian besar rumah penderita kusta suhu kamarnya
46
tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar (93%). Apabila suhu kamar rumah penderita kusta naik turun dan tidak memenuhi syarat kesehatan maka tidak mudah untuk membunuh kuman Mycrobacterium leprae di dalam rumah penderita kusta. Hal ini menyebabkan suhu kamar berpengaruh terhadap kondisi kesehatan penderita kusta. 4.3.5 Kelembaban Kuman Mycobacterium leprae seperti halnya kuman lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80 % volume sel kuman dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel kuman (Gould & Brooker, 2003). Selain itu menurut Notoatmodjo (2003), kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk kuman Mycobacterium leprae. Berdasarkan oservasi pada saat melakukan penelitian di Puskesmas Bintauna yang tercantum pada tabel 4.10 bahwa kelembaban udara pada rumah penderita sebesar 100%. Apabila rumah penderita kelembaban udaranya tinggi karena air membentuk lebih dari 80% volume, maka kuman
Mycobacterium leprae akan tumbuh subur.
Sehingga tidak mudah untuk memebunuh kuman Mycobacterium leprae karena kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman Mycobacterium leprae. Hal ini menyebabkan kelembaban berpengaruh pada kondisi kesehatan penderita kusta.
47