BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Balai Latihan Kerja (BLK) Yogyakarta terletak di Jl. Kyai Mojo No.5 Yogyakarta. Gedung BLK Yogyakarta terletak di atas tanah pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seluas 12.000 m2. Gedung BLK Yogyakarta terdiri dari beberapa bangunan antara lain : kantor administrasi, ruang pelatihan, bengkel, laboratorioum, aula, asrama, musholla, dan rumah dinas. BLK Yogyakarta didirikan pada tahun 1948 sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk melatih para pencari kerja, mantan pejuang (veteran), dan pegawai dari instansi lain agar memiliki ketrampilan yang memadai. Program pelatihan yang dilaksanakan BLK sampai dengan dekade 1960-an dititik beratkan pada bidang industri terutama untuk jenis ketrampilan bangunan, radio, dan listrik. Perkembangan BLK Yogyakarta pada periode 1970-an ditandai dengan penambahan jenis ketrampilan seperti otomotif, teknologi mekanik, tata niaga, dan aneka kerajinan tangan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Kep/181/Men/1984 tanggal 26 Juli 1984 tentang organisasi, tata kerja Balai Latihan Kerja (BLK) dan Kursus Latihan Kerja (KLK), BLK Yogyakarta termasuk dalam kategori BLK Tipe A, yaitu BLK yang berkedudukan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
69
70
Pada tahun 1997 BLK Yogyakarta berubah menjadi Balai Latihan Kerja Khusus Pariwisata (BLKKP) Yogyakarta. Hal ini terkait dengan dijadikannya Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata. Sehingga program pelatihan yang diselenggarakanpun diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada sektor pariwisata. Dalam rangka itulah maka kejuruan pariwisata dan perhotelan dijadikan sebagai program latihan unggulan. Seiring dengan digulirkannya era otonomi daerah maka berdasarkan Perda Nomor 7 tahun 2002 BLKKP Yogyakarta berubah kembali namanya menjadi BLK Yogyakarta. Selain itu BLK Yogyakarta juga secara resmi menjadi lembaga yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BLK Yogyakarta sebagai institusi penyelenggara latihan kerja mempunyai visi: terciptanya tenaga kerja yang terampil, ahli produktif dan kompetitif yang mampu memasuki pasar kerja nasional dan internasional. Serta mempunyai misi yaitu: 1) Meningkatkan kualitas aparatur melalui pendidikan dan latihan, 2) Meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja melelui pelatihan diberbagai jenis keterampilan dan keahlian dengan memenfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia, 3) Meningkatkan relevansi dan efisiensi program pelatihan sesuai kebutuhan yang dinamis. BLK Yogyakarta mempunyai fungsi sebagai pelaksana teknis operasional
dibidang
pelatihan
tenaga
kerja,
dengan
tugas:
1)
Menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja tingkat ahli, 2) Menyelenggarakan pelatihan dibidang tertentu sesuai job order dari pengguna tenaga kerja, 3)
71
Menyelenggarakan pelatihan institusional dan perekayasaan perkembangan teknologi, 4) Menyelenggarakan kerjasama peletihan, 5) Mendayagunakan fasilitas pelatihan, 6) Menyelenggarakan ketatausahaan. Program pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK Yogyakarta meliputi : 1) Program pelatihan institusional, 2) Program pemagangan, 3) Program pelatihan
pesanan (Tailor Made Training).
Program pelatihan
institusional bertujuan untuk melatih para pencari kerja untuk mendapatkan ketrampilan tunggal (single skill). Kandungan materi yang disajikan mencakup 70% praktik dan 30% teori dengan lama pelatihan antara 480 – 1000 jam pelatihan, tergantung dari jenis ketrampilannya. Peserta pelatihan diwajibkan melakukan on the job training (OJT) di dunia usaha/industri selama sekurangkurangnya 25% dari jumlah jam latihan. Program pemagangan bertujuan untuk melatih para pencari kerja dalam beberapa bidang ketrampilan (multy skill) di lingkungan kerja nyata pada perusahaan. Lama program magang maksimum 3 tahun. Pada tahun pertama peserta memperoleh materi dasar dan teori di BLK selama 4 bulan. Setelah itu selama 7 bulan peserta bekerja di perusahaan, dan kembali ke BLK selama 1 bulan untuk mengikuti uji ketrampilan lokal. Pada tahun kedua peserta mendapatkan materi lanjutan di BLK selama 3 bulan, dilanjutkan dengan 8 bulan bekerja di perusahaan, dan kembali ke BLK selama 1 bulan untuk mengikuti uji ketrampilan nasional tingkat II. Pada tahun ketiga peserta mendapatkan materi lanjutan atas di BLK selama 2 bulan, dilanjutkan dengan
72
9 bulan bekerja di perusahaan, dan kembali ke BLK selama 1 bulan untuk mengikuti uji ketrampilan nasional tingkat III. Program pelatihan pesanan merupakan program pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK Yogyakarta berdasarkan permintaan perusahaan atau instansi lain di luar BLK untuk meningkatkan ketrampilan pekerjanya. Jenis kejuruan serta kualifikasi ketrampilan yang dihasilkan disesuaikan dengan permintaan dari pihak pemesan. Sehingga materi pelatihan yang disampaikan juga disesuaikan dengan kualifikasi ketrampilan yang hendak dihasilkan tersebut. Jenis-jenis
kejuruan
yang
dapat
diselenggarakan
oleh
BLK
Yogyakarta sesuai dengan tersedianya sarana prasarana pelatihan maupun tenaga instruktur, antara lain : 1) Tata niaga, yang meliputi ; mengetik, administrasi perkantoran, akuntansi, sekretaris eksekutif, dan operator komputer. 2) Teknologi mekanik, yang meliputi ; mesin logam, las karbit, las listrik, las TIG/MIG, dan pemipaan. 3) Listrik, meliputi ; instalasi penerangan, instalasi tenaga, pendingin, dan peralatan listrik rumah tangga. 4) Elektronika meliputi ; radio, tape & amplifier, televisi hitam putih, televisi warna, dan perakitan perangkat komputer. 5) Bangunan meliputi ; konstruksi batu, konstruksi kayu, operator mesin kayu, mebel dan juru gambar bangunan. 6) Otomotif meliputi ; sepeda motor, mobil bensin, mobil diesel, dan body repair. 7) Perhotelan meliputi ; tata graha dan jasa boga. 8) Bahasa meliputi ; bahasa Inggris untuk pemandu wisata, bahasa Inggris untuk staff hotel, dan bahasa Jepang.
73
B. Kurikulum Perhotelan 1. Kurikulum Pelatihan Pemagangan Perhotelan BLK Yogyakarta Kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK dibuat untuk membekali calon tenaga kerja lulusan SLTA atau sederajat yang belum memperoleh pekerjaan. Kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan pada pelaksanaannya terdiri dari tiga tahun. Pada tahun pertama, peserta pelatihan pemagangan memperoleh materi tentang dasar-dasar materi perhotelan secara umum. Pada tahun kedua, peserta pelatihan pemagangan memperoleh materi yang lebih spesifik yaitu dengan penjurusan pada bidang keahlian perhotelan tertentu. Bidang keahlian perhotelan yang ada yaitu food & beverages, room division. Pada tahun ketiga, peserta pelatihan pemagangan perhotelan mengambil spesialisasi produk. Yang berlangsung selama ini yaitu food & beverages. Peseta pelatihan pemagangan perhotelan BLK konsentrasi food & beverages product dibekali ketrampilan-ketrampilan untuk menjadi cook helper. Tujuan dan sasaran pemagangan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terampil, kompeten dan produktif dengan meningkatkan peran serta dunia usaha dalam pelaksanaan dan pengembangan pelatihan sehingga dicapai peningkatan kualitas angkatan kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja baik di dalam maupun di luar negeri serta memanfaatkan dunia usaha dalam menyiapkan tenaga kerja terampil dan kompeten.
74
Kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK disusun oleh Direktorat Bina Pemagangan Departemen Tenaga Kerja R.I tahun 2001 yang bekerja sama dengan Republik Federal Jerman dan telah disesuaikan dengan standar kompetensi untuk hotel dan restoran versi september 2000 serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan yang dilakukan oleh tim TAS (Training Advisory Service) di beberapa perusahaan di Yogyakarta. Pelaksanaan program magang kejuruan perhotelan mengajarkan 70% praktik dan 30% teori. Pelatihan dilaksanakan secara berjenjang dari tahun pertama sampai tahun ketiga. Pelatihan pemagangan perhotelan pada tahun pertama, peserta magang melaksanakan pelatihan di BLK selama 4 bulan, dilanjutkan dengan magang di industri selama 7 bulan, dan 1 bulan pelaksanaan evaluasi pemagangan tahun ke-I di BLK. Setelah lulus pelatihan pemagangan tahun pertama peserta mendapatkan sertifikat pemagangan tahun pertama dan
dapat langsung bekerja di hotel atau meneruskan pelatihan
pemagangan perhotelan tahun kedua di BLK. Pelatihan tahun kedua, peserta magang melaksanakan pelatihan di BLK selama 3 bulan, dilanjutkan dengan magang di industri selama 8 bulan, dan 1 bulan pelaksanaan evaluasi pemagangan tahun ke-II di BLK. Setelah lulus pelatihan pemagangan tahun kedua peserta mendapatkan sertifikat pemagangan tahun kedua dan
dapat langsung bekerja di hotel atau
meneruskan pelatihan pemagangan perhotelan tahun ketiga di BLK.
75
Pelatihan tahun ketiga, peserta magang melaksanakan pelatihan di BLK selama 2 bulan, dilanjutkan dengan magang di industri selama 9 bulan, dan 1 bulan pelaksanaan evaluasi pemagangan tahun ke-III di BLK. Setelah lulus pelatihan pemagangan tahun ketiga peserta mendapatkan sertifikat pemagangan tahun ketiga dan dapat langsung bekerja di hotel, atau dapat melanjutkan ke jenjang strata 1 karena lulusan BLK setara dengan diploma 3. Bentuk evaluasi pelatihan pada ujian pemagangan perhotelan berupa eveluai akademis dan kedisiplinan. Evaluasi akademis terdiri dari teori dan praktik. Sedangkan evaluasi kedisiplinan berupa daftar hadir siswa. Materi yang diujikan pada ujian pemagangan perhotelan untuk ujian teori Bahasa Inggris dengan penguji instruktur. Ujian praktik food & beverages product membuat satu rangkaian masakan dan pengujinya dari pihak industri PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia). Dari 10 orang instruktur perhotelan BLK, 8 orang telah bersertifikat asesor oleh LSP (Lembaga Standarisasi Profesi) yang dikeluarkan oleh BNSP (Badan Nasional Standarisasi Profesi) Berikut ini adalah uraian materi food & beverages product yang terdapat dalam kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK dan sebagai pembandingnya adalah kurikulum D3 Perhotelan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, terdiri dari:
76
Tabel 8. Kurikulum Food & Beverages Product Kurikulum food & beverages product di BLK - Teknik dasar memasak - Hygiene Sanitasi - Terminologi hotel - Menyiapkan dan Membuat Bumbu - Menyusun dan Mempersiapkan Makanan - Menerima dan Menyimpan Persediaan - Bahasa Inggris Pehotelan - Sikap Profesi Hotel - Pengetahuan perhotelan - Kesehatan dan Keselamatan Kerja - Melaksanakan Prosedur Keselamatan Makanan - Menerima dan Menyimpan Persediaan - Memonitor Pendapatan dan Biaya Jas Boga - Menyiapkan Sandwiches - Menyiapkan Kaldu dan Saus - Menyiapkan Sup - Menyiapkan Dessert yang Panas dan Dingin - Oriental Food - Menyiapkan dan Membuat Salad - Menyiapkan dan membuat makanan pelengkap - Menyiapkan dan membuat hidangan daging, ayam, sea food, dan kare - Menyiapkan dan memasak hidangan hasil laut - Menyiapkan dan membuat hidangan nasi dan mie - Menyiapkan dan memasak unggas - Menyiapkan dan membuat pastry - Menyiapkan sayuran, telur, dan makanan dari tepung
Kurikulum food & beverages product di D3 Perhotelan Fisip UI - Customer service - Bahasa Inggris - Aspek-aspek kesehatan pariwisata - Pengetahuan mengenai purcahasing, cost control. Pelaporan general inventory, daily report - Fungsi peralatan dapur (kitchen Utensils, kitchen equipment), - Dasar-dasar teknik memasak - Membuat saus - Membuat salad - Komposisi menu makan pagi, siang dan malam. - Persiapan alat dan bahan, jenis-jenis potongan makanan - Membuat makanan appetizer - Membuat soup - Membuat main course - Membuat dessert dingin dan panas - Teknik-teknik menyusun menu
77
2. Kurikulum D3 Perhotelan Fisip UI Tujuan Program D3 Pariwisata konsentrasi perhotelan antara lain: a) Mendidik mahasiswa menjadi terampil di bidang kepariwisataan yang mempunyai
kemampuan
dalam
kegiatan
penyelenggaraan
hotel.
b)
Menghasilkan lulusan yang mampu merencanakan dan melaksanakan prinsipprinsip pengelolaan hotel yang mencakup sistem akuntansi dan pengendalian biaya untuk kepentingan sistem informasi hotel, pengelolaan makanan, tata hidangan, kantor depan, dan tata graha. Dalam rangka mencapai tujuan Program D3 Pariwisata dalam penyusunan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri Pariwisata, sehingga menghasilkan 60% praktik dan 40% teori, yang terdiri dari:
No A. B. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tabel 9. Kurikulum D3 Perhotelan Fisip UI Mata Kuliah Mata Kuluah Umum (MKU) Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) Pengantar Ekonomi Pengantar Pariwiasata Pengantar Antropologi dan Sosiologi Pengantar Manajemen Bahasa Inggris II Bahasa Inggris III Metode Penelitian Customer Service Pengantar Hubungan Masyarakat Pengantar Perhotelan Pengantar MICE(Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions) Pengantar Usaha Jasa Perjalanan Wisata Folklor Indonesia Manifestasi dan Ragam Budaya Indonesia Barat Manifestasi dan Ragam Budaya Indonesia Timur Pemasaran Usaha Pariwisata
SKS 6 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jumlah SKS 6
78
Lanjutan Tabel 9. No 17 18 19 20 21 22 23 C. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Mata Kuliah
Hukum Pariwisata Kapita Selekta Keanekaragaman Seni Indonesia Antropologi dan Sosiologi Pariwisata Pengantar Akuntansi Aspek-aspek Kesehatan Pariwisata Wisata Cagar Budaya Jumlah B Mata Kuliah Keahlian (MKK) Front Office I Front Office II Hotel Accounting I Hotel Accounting II Food Production I Food Production II Food Service I Food Service II Beverage Service Beverage Service II Housekeeping (Tata Graha) I House Keeping II Banquet Service atau Convention Service Praktik Kerja Jumlah C Jumlah A+B+C
SKS
Jumlah SKS
2 3 3 3 3 3 3 67 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 39 112
C. Pendapat Industri tentang Relevansi Kurikulum Kompetensi Food & Beverages Product Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan BLK Dalam penelitian ini responden berasal dari 3 hotel berbintang 5 dan 4 di Yogyakarta berjumlah 8 orang chef. 3 responden berasal dari Hotel Melia Purosani, 3 responden berasal dari Hotel Novotel Yogyakarta dan 2 responden berasal dari Hotel Santika Yogyakarta. Berikut ini uraian deskripsi data hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian.
79
1. Kemampuan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik a. Kemampuan Kognitif Pada kemampuan kognitif butir soal dalam angket berjumlah 10 butir, dari 8 responden diperoleh skor tertinggi
(ST) = 40 dan skor
terendah (SR) = 34. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi data pendapat industri tentang kesesuaian kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK kompetensi keahlian food & beverages product pada kemampuan kognitif, sebagai berikut: Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Interval Frekuensi Jumlah nilai 30,0 – 32,0 0 0 32,5 – 34,5 1 34 35,0 – 37,0 3 109 37,5 – 40,0 4 155 Total 8 298
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 10, diperoleh hasil analisis rerata mean (M) = 37,25, mean ideal (Mi) = 25, standar deviasi ideal (SDi) = 5, skor tertinggi ideal (STi) = 40 dan skor terendah ideal (SRi) = 10 selanjutnya dikelompokkan berdasarkan acuan kurva normal yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 11. Kategori Berdasarkan Acuan Kurva Normal Kemampuan Kognitif Kategori Nilai Kategori > Mi + 1,5 SDi > 32,5 Sangat Relevan Mi s/d Mi+1,5SDi 25 s/d 32,5 Relevan Mi – 1,5 SDi s/d Mi 17,5 s/d 25 Kurang relevan < Mi – 1,5 SDi <17,5 Tidak relevan
80
Dari tabel 11 dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada kategori sangat relevan sebanyak 8 responden yang mempunyai rentang skor >32,5, bila digambarkan dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut: 8 8 7 6 5 Frekuensi 4 3 2 1
Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan Tidak Relevan 0
0
0
0 Kategori Kem am puan Kognitif
Gambar 2. Histogram Kemampuan Kognitif Berdasarkan kategori acuan kurva normal pada tabel 11 dapat diketahui frekuensi 8 responden atau semua responden berada pada rentang skor 34 – 40. Harga rerata Mean 37,25 dan Mean ideal 25 maka M>Mi. dilihat dari distribusi frekuensi dan perolehan nilai rerata kemampuan kognitif berada pada rentang 80% - 100% atau 93% relevan dengan bidang pekerjaan di hotel. Pendapat industri tentang relevansi kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK kompetensi food & beverages product pada kemampuan kognitif masuk kategori sangat relevan. Rincian hasil analisis data dapat dilihat pada lampiran. b. Kemampuan Afektif Pada kemampuan afektif butir soal dalam angket berjumlah 24 butir, dari 8 responden diperoleh skor tertinggi (ST) = 93 dan skor terendah
81
(SR) = 83. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi data pendapat industri tentang kesesuaian kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK kompetensi keahlian food & beverages product pada kemampuan afektif, sebagai berikut: Tabel 12. Distribusi Frekuensi pada Kemampuan Afektif Interval Frekuensi Jumlah nilai 80 – 83 1 83 84 – 87 1 85 88 – 91 4 360 92 – 96 2 185 Total 8 713
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 12, diperoleh hasil analisis rerata mean (M) = 89,125, mean ideal (Mi) = 60, standar deviasi ideal (SDi) = 12, skor tertinggi ideal (STi) = 96 dan skor terendah ideal (SRi) = 24 selanjutnya dikelompokkan berdasarkan acuan kurva normal yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Kategori Berdasarkan Acuan Kurva Normal Kemampuan Afektif Kategori Nilai Kategori > Mi + 1,5 SDi > 78 Sangat Relevan Mi s/d Mi+1,5SDi 60 s/d 78 Relevan Mi – 1,5 SDi s/d Mi 42 s/d 60 Kurang relevan < Mi – 1,5 SDi <42 Tidak relevan
Dari tabel 13 dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada kategori sangat relevan sebanyak 8 responden yang mempunyai rentang skor >78, bila digambarkan dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut:
82
8 8 7 6 5 Frekuensi 4 3 2 1 0
Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan Tidak Relevan 0
0
0
Kategori Kem am puan Afektif
Gambar 3. Histogram Kemampuan Afektif Berdasarkan kategori acuan kurva normal pada tabel 13 dapat diketahui frekuensi 8 responden atau semua responden berada pada rentang skor 83 – 93. Harga rerata Mean 89,125 maka M>Mi. dilihat dari distribusi frekuensi dan perolehan nilai rerata kemampuan afektif berada pada rentang 80% - 100 % atau 92% relevan dengan bidang pekerjaan di hotel. Pendapat industri tentang relevansi kurikulum
pelatihan
pemagangan perhotelan BLK kompetensi food & beverages product pada kemampuan afektif masuk kategori sangat relevan. Rincian hasil analisis data dapat dilihat pada lampiran.. c. Kemampuan Psikomotorik Pada kemampuan psikomotorik butir soal dalam angket berjumlah 32 butir, dari 8 responden diperoleh skor tertinggi (ST) = 128 dan skor terendah (SR) = 101. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi data pendapat industri tentang kesesuaian kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK kompetensi keahlian food & beverages product pada kemampuan psikomotorik, sebagai berikut:
83
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kemampuan Psikomotorik Interval Frekuensi Jumlah nilai 100 – 107 1 101 108 – 115 1 114 116 – 123 0 0 124 – 130 6 760 Total 8 975
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 14, diperoleh hasil analisis rerata mean (M) = 121,875, mean ideal (Mi) = 80, standar deviasi ideal (SDi) = 16, skor tertinggi ideal (STi) = 128 dan skor terendah ideal (SRi) = 32 selanjutnya dikelompokkan berdasarkan acuan kurva normal yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 15. Kategori Berdasarkan Acuan Kurva Normal Kemampuan Psikomotorik Kategori Nilai Kategori > Mi + 1,5 SDi > 104 Sangat Relevan Mi s/d Mi+1,5SDi 80 s/d 104 Relevan Mi – 1,5 SDi s/d Mi 56 s/d 80 Kurang relevan < Mi – 1,5 SDi <56 Tidak relevan
Dari tabel 15 dapat diperoleh hasil frekuensi tertinggi terdapat pada kategori sangat relevan sebanyak 7 responden yang mempunyai rentang skor >104, bila digambarkan dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut:
84
7 7 6
Frekuensi
5
Sangat Relevan
4
Relevan Kurang Relevan
3 2
1
1
Tidak Relevan 0
0
0 Kategori Kem am puan Psikom otorik
Gambar 4. Histogram Kemampuan Psikomotorik Berdasarkan kategori acuan kurva normal pada tabel 15 dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada rentang skor >104 sebanyak 7 responden berada pada rentang skor 114 – 128 dan 1 responden berada pada rentang skor 80 s/d 104 dengan skor 101. Harga rerata Mean 121,875 maka M>Mi. Dilihat dari distribusi frekuensi dan perolehan nilai rerata kemampuan psikomotorik 7 responden berada pada rentang 80%-100% dan 1 responden berada pada rentang skor 60%-80% atau 93% relevan dengan bidang pekerjaan di hotel. Pendapat industri tentang relevansi kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK kompetensi food & beverages product pada kemampuan psikomotorik masuk kategori sangat relevan. Rincian hasil analisis data dapat dilihat pada lampiran. 2. Pendapat Industri tentang Kesesuaian Kurikulum BLK Secara keseluruhan butir soal kesesuaian kurikulum dalam angket berjumlah 66 butir, dari 8 responden diperoleh skor tertinggi (ST) = 258 dan skor terendah (SR) = 229. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi data
pendapat
industri
tentang
kesesuaian
kurikulum
pelatihan
85
pemagangan perhotelan BLK kompetensi keahlian food & beverages product, sebagai berikut: Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kesesuaian kurikulum Interval Frekuensi Jumlah nilai 229 – 237 1 229 238 – 246 2 488 247 – 255 4 1011 256 – 264 1 258 Total 8 1986
Berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 16, diperoleh hasil analisis rerata mean (M) = 248,25, mean ideal (Mi) = 165, standar deviasi ideal (SDi) = 33, skor tertinggi ideal (STi) = 264 dan skor terendah ideal (SRi) = 66 selanjutnya dikelompokkan berdasarkan acuan kurva normal yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 17. Kategori Berdasarkan Acuan Kurva Normal Kesesuaian kurikulum Kategori Nilai Kategori > Mi + 1,5 SDi > 214,5 Sangat Relevan Mi s/d Mi+1,5SDi 165 s/d 214,5 Relevan Mi – 1,5 SDi s/d Mi 115,5 s/d 165 Kurang relevan < Mi – 1,5 SDi <115,5 Tidak relevan
Dari tabel 17 dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada kategori sangat relevan sebanyak 8 responden yang mempunyai rentang skor >214,5, bila digambarkan dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut:
86
8 8 7 6 5 Frekuensi 4 3 2 1 0
Sangat Relevan Relevan Kurang Relevan Tidak Relevan 0
0
0
Kategori Kesesuaian Kurikulum
Gambar 5. Histogram Kesesuaian Kurikulum Berdasarkan kategori acuan kurva normal pada tabel 17 dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada rentang skor >214,5 sebanyak 8. Harga rerata Mean 248,25 maka M>Mi. dilihat dari distribusi frekuensi dan perolehan nilai rerata kesesuaian kurikulum berada pada rentang 80% - 100% atau 93% relevan dengan bidang pekerjaan di hotel. Secara keseluruhan pendapat industri tentang relevansi kurikulum
pelatihan
pemagangan perhotelan BLK kompetensi food & beverages product masuk kategori sangat relevan. Rincian hasil analisis data dapat dilihat pada lampiran.. D. Data Hasil Wawancara. 1. Visi dan Misi yang Melatarbelakangi Penyelenggaraan Pelatihan Pemagangan di BLK Yogyakarta Visi dan misi yang melatarbelakangi penyelenggaraan pelatihan pemagangan khususnya kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta. Visi: terciptanya tenaga kerja yang terampil, ahli produktif dan kompetitif yang mampu memasuki pasar kerja nasional dan internasional. Serta mempunyai
87
misi yaitu: 1) Meningkatkan kualitas aparatur melalui pendidikan dan latihan, 2) Meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja melelui pelatihan diberbagai jenis keterampilan dan keahlian dengan memenfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia, 3) Meningkatkan relevansi dan efisiensi program pelatihan sesuai kebutuhan yang dinamis 2. Kurikulum yang Digunakan pada Program Pelatihan Pemagangan Kejuruan Perhotelan di BLK Yogyakarta Kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta merupakan kurikulum yang disusun oleh Direktorat Bina Pemagangan Departemen Tenaga Kerja R.I tahun 2001 bekerja sama dengan Republik Federal Jerman yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi untuk hotel dan restoran versi september 2000 serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan yang dilakukan oleh tim TAS (Training Advisory Service) di beberapa perusahaan di Yogyakarta. 3. Proses Pembelajaran Pelatihan Pemagangan Perhotelan di BLK Proses
pembelajaran untuk pemagangan tahun pertama 4 bulan
pelatihan di BLK diajarkan 30% teori dan 70% praktik, kemudian 7 bulan magang di industri dan 1 bulan untuk ujian pemagangan di BLK. Tahun ke dua 3 bulan pelatihan di BLK 8 bulan magang di industri, 1 bulan ujian pemagangan di BLK. Untuk tahun ke tiga, 2 bulan pelatihan di BLK, 9 bulan pemagangan di hotel, 1 bulan ujian pemagangan di BLK. Untuk proses pelatihan di BLK diadakan setiap hari dari Senin sampai Sabtu di mulai dari
88
jam 07.30 WIB sampai 13.15 WIB kecuali hari Jum’at hanya sampai jam 11.30 WIB. 4. Dasar pertimbangan Penentuan Materi Pelatihan Food & Beverages Product di BLK Dasar pertimbangan penentukan materi pelatihan food & beverages product berdasarkan identifikasi tim TAS (Training Advisory Service) ke perusahaan-perusahaan, dalam pemagangan perhotelan yang digunakan untuk identifikasi minimal hotel bintang 3 dan restoran yang ada di Yogyakarta. Tim TAS yang melakukan identifikasi terdiri dari 3 orang, 1 orang instruktur perhotelan, 1 orang dari bagian administrasi, dan Bapak Parjito, S. Pd. Beliau adalah koordinator tim TAS. 5. Alokasi waktu untuk setiap materi pelatihan yang diajarkan di BLK Alokasi waktu untuk setiap mata latihan dalam kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan pada tahun pertama terdiri dari; kelompok umum 73 jam latihan, kelompok inti 855 jam latihan, kelompok penunjang 8 jam latihan, rotasi kerja 896 jam latihan, uji ketrampilan 88 jam latihan, jumlah keseluruhan jam latihan pada mata latihan tahun pertama 1920 jam latihan. Mata latihan tahun kedua terdiri dari; kelompok inti 808 jam latihan, rotasi kerja 1088 jam latihan, uji ketrampilan 24 jam latihan, jumlah keseluruhan jam latihan pada mata latihan tahun kedua 1920 jam latihan. Mata latihan tahun ketiga terdiri dari; kelompok inti 584 jam latihan, rotasi kerja 1240 jam latihan, uji ketrampilan 96, jumlah keseluruhan jam latihan pada mata latihan tahun ketiga 1920 jam latihan.
89
6. Kerjasama BLK dengan Instansi Lain yang Terlibat Secara Langsung Terhadap Penyelenggaraan Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan Pihak-pihak yang terlibat secara langsung terhadap penyelenggaraan program pelatihan pemagangan perhotelan adalah PHRI sebagai penguji dalam ujian pemagangan, kemudian pihak hotel sebagai sarana praktik. Kadin sebagai penaung hotel dan untuk legalisasi sertifikat kemudian tim TAS sebagai jembatan antara BLK dengan Hotel serta mencarikan tempat untuk magang di hotel. 7. Kriteria
Calon
Instruktur
Pelatihan
Pelatihan
Pemagangan
Perhotelan di BLK Kriteria yang harus dimiliki oleh calon instruktur pelatihan food & beverages product, minimal berpendidikan Diploma 3 Perhotelan, menempuh diklat khusus, menempuh diklat teknis di BLK Bali tentang keahlian bidang perhotelan dan bahasa asing selama 6 bulan. Jumlah instruktur pemagangan perhotelan ada 10 orang, 8 orang telah bersertifikat asesor oleh LSP (Lembaga Standarisasi Profesi) yang dikeluarkan oleh BNSP (Badan Nasional Standarisasi Profesi) 8. Proses Seleksi Peserta Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan di BLK Proses seleksi peserta program pelatihan pemagangan perhotelan di BLK. Di mulai dari bagian pemasaran dan pelatihan mengumumkan kepada masyarakat melalui media, kemudian melalui pemerintah desa, kelurahan dan
90
kecamatan. Kemudian diadakan pendaftaran, setelah ditentukan waktu tertentu calon peserta dipanggil untuk diadakan seleksi. Seleksi terdiri dari seleksi tertulis dan wawancara. Untuk seleksi tulis berupa pengetahuan umum dan bahasa Inggris sedangkan seleksi wawancara dengan bahasa Inggris, yang kemudian dibuat berita acara hasil seleksi. Calon peserta yang diterima adalah dari mereka calon peserta rangking 1 sampai 16 dengan cadangan nomor 17 sampai 20. Persyaratan peserta minimal lulusan SLTA usia maksimal 27 tahun, tinggi badan laki-laki 160 cm dan wanita 155 cm serta berat badan ideal 9. Kondisi Peralatan dan Ruang Kelas serta Ruang Praktikum Tempat Pelaksanaan Pelatihan Pemagangan Perhotelan di BLK Kondisi ruang praktik yang ada di BLK sudah sesuai dan representatif untuk kegiatan pembelajaran. Ruang praktik yang dimiliki BLK terdiri dari: dapur 1, ruang laundry 1, restoran 1, bar 1, Front Office 1, Kamar untuk praktik House Keeping 3, dan ruang teori 2. Peralatan diklat perhotelan khususnya food & beverages product sejauh ini cukup dan sudah mendukung untuk pelatihan pemagangan perhotelan. 10. Bentuk Evaluasi Pelatihan pada Ujian Pemagangan Perhotelan di BLK Bentuk evaluasi pelatihan khususnya pada ujian pemagangan perhotelan berupa evaluasi akademis dan kedisiplinan. Evaluasi akademis terdiri dari teori dan praktik. Sedangkan evaluasi kedisiplinan berupa daftar hadir siswa. Materi yang diujikan pada ujian pemagangan perhotelan untuk ujian teori Bahasa Inggris instruktur yang menguji. Untuk praktik food &
91
beverages product membuat satu rangkaian masakan dan pengujinya dari pihak industri yaitu PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia). E. Pembahasan 1. Kurilulum Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan BLK Kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja dengan posisi jabatan cook helper. Seperti pendapat Flippo (1976) bahwa salah satu tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan produktivitas. Artinya setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan memiliki ketrampilan dan keahlian dalam suatu jenis pekerjaan tertentu. Tujuan-tujuan tersebut telah tercantum dalam kurikulum pelatihan, yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk materi-materi pelatihan. Materi-materi pelatihan yang disusun merupakan materi dasar yang menunjang kompetensi cook helper. Konsep penentuan materi-materi pelatihan yang akan digunakan dalam pelatihan hendaknya berorientasi pada kebutuhan pasar kerja sebagai calon pemakai jasa tenaga dari para peserta pasca pelatihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Manulang (1981) bahwa salah satu tujuan pelatihan adalah agar pengikut latihan dapat melakukan pekerjaannya kelak lebih efesien. Sehingga materi-materi pelatihan yang dipilih benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kurikulum
pemagangan
perhotelan
BLK
disusun
berdasarkan
identifikasi di industri yang dilakukan oleh tim TAS. Dalam proses pembelajaran di BLK muatan praktik lebih banyak, yaitu 70% praktik dan 30% teori. Proses pembelajaran seperti ini membuat siswa BLK memiliki
92
kemampuan psikomotorik yang lebih tinggi daripada kemampuan kognitif dan afektif. Program D3 Perhotelan Fisip UI mengajarkan muatan praktik 60% dan teori 40%. Muatan pembelajaran praktik di BLK lebih banyak jika dibandingkan dengan D3 Perhotelan UI, namun disisi lain penguasaan teori di D3 Perhotelan UI lebih banyak jika dibandingkan dengan muatan teori yang diajarkan oleh BLK. Hal ini karena BLK bertujuan mencetak tenaga kerja dengan membekali siswanya untuk langsung bekerja, jadi muatan praktik lebih diutamakan oleh BLK daripada muatan teori. Walaupun penguasaan teori di BLK sedikit, lulusan BLK diakui setara dengan lulusan diploma 3 dan lulusan BLK dapat melanjutkan ke jenjang strata 1 2. Pendapat Industri tentang Relevansi Kurikulum Kompetensi Food & Beverages Product Program Pelatihan Pemagangan Perhotelan BLK Materi pelatihan pada kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta kompetensi food & beverages product pada kemampuan kognitif memiliki tingkat relevansi sebesar 93% dengan bidang pekerjaan di hotel. Materi pelatihan kemampuan afektif tingkat relevansi sebesar 92% dengan bidang pekerjaan di hotel. Materi pelatihan kemampuan psikomotorik tingkat relevansi sebesar 93%. Secara keseluruhan kesesuaian kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan BLK
kompetensi
keahlian food & beverages Product dengan bidang pekerjaan di hotel memiliki tingkat relevansi 93%. Angka tersebut menunjukkan bahwa materi yang disusun dalam kurikulum program pelatihan pemagangan kejuruan perhotelan di BLK Yogyakarta sangat relevan dengan bidang pekerjaan cook
93
helper di hotel. Hal ini dikarenakan pada saat penyusunan kurikulum telah disesuaikan dengan standar kompetensi untuk hotel dan restoran versi september 2000 serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan yang dilakukan oleh tim TAS (Training Advisory Service) ke perusahaan-perusahaan, dalam pemagangan perhotelan yang digunakan untuk identifikasi minimal hotel bintang 3 dan restoran yang ada di Yogyakarta. Tim TAS yang melakukan identifikasi terdiri dari 3 orang dengan rincian: 1 orang instruktur perhotelan, 1 orang dari bagian administrasi, dan Bapak Parjito, S. Pd. selaku koordinator tim TAS. Dengan kriteri sangat relevan kurikulum BLK perlu diimbangi dengan kualitas instruktur, peralatan dan sarana supaya kurikulum tersebut tidak hanya seperti apa yang tertulis dalam buku kurikulum tetapi bisa diimplementasikan
dengan
baik.
Keberhasilan
pelatihan
pemagangan
perhotelan juga tidak lepas dari peranan instruktur yang mengajarkan ketrampilan-ketrampilan bidang perhotelan. Kriteria yang dimiliki oleh instruktur pelatihan perhotelan di BLK antara lain: berpendidikan minimal Diploma 3 Perhotelan, menempuh diklat khusus, menempuh diklat teknis di BLK Bali tentang keahlian bidang perhotelan dan bahasa asing selama 6 bulan. instruktur pelatihan pemagangan perhotelan berjumlah 10 orang, 8 orang telah bersertifikat asesor oleh LSP (Lembaga Standarisasi Profesi) yang dikeluarkan oleh BNSP (Badan Nasional Standarisasi Profesi) Kondisi peralatan dan ruang praktik yang ada di BLK sudah sesuai dan representatif untuk kegiatan pembelajaran. Ruang praktik yang dimiliki BLK
94
terdiri dari: dapur 1, ruang laundry 1, restoran 1, bar 1, Front Office 1, Kamar untuk praktik House Keeping 3, ruang teori 2. Peralatan diklat perhotelan khususnya food & beverages product. Sejauh ini fasilitas cukup dan sudah mendukung untuk pelatihan pemagangan perhotelan. Kriteria sangat relevan untuk jangka panjang materi yang diajarkan harus tetap disesuaikan dengan kebutuhan hotel. Hal ini terkait dengan perkembangan kurikulum yang belum bisa mengimbangi perkembangan teknologi di perusahaan yang berubah sangat cepat. Karena perkembangan teknologi di perusahaan merupakan tuntutan permintaan konsumen yang perkembangannya dari hari ke hari selalu menginginkan yang lebih baik. Tentu saja hal ini sangat sulit diikuti oleh lembaga pendidikan termasuk BLK Yogyakarta, karena kurikulum di BLK Yogyakarta dirancang untuk masa pelatihan yaitu 3 tahun. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengadakan kerjasama yang baik dengan pihak hotel. Artinya materi yang disampaikan di BLK Yogyakarta saat pelatihan dengan
materi kerja saat peserta magang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga apa yang belum bisa didapatkan peserta pelatihan di BLK Yogyakarta dapat mereka dapatkan pada saat magang di hotel. Pihak-pihak yang terlibat secara langsung terhadap penyelenggaraan program pelatihan pemagangan perhotelan adalah PHRI sebagai penguji dalam ujian pemagangan, kemudian pihak hotel sebagai sarana praktik. Kadin sebagai penaung hotel dan untuk legalisasi sertifikat kemudian tim TAS
95
sebagai jembatan antara BLK dengan Hotel serta mencarikan tempat untuk magang di hotel. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murajiono (1998) tentang kualifikasi profil tenaga pengajar BLK Yogyakarta menyimpulkan bahwa kualitas dan profil tenaga pengajar pada BLK Yogyakarta menunjukkan adanya indikator baik, dengan demikian permasalahan lain yang menyebabkan kurang relevannya adalah faktor kurikulum, fasilitas praktik dan proses pembelajaran. Pada penelitian ini kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan 93% relevan dengan bidang pekerjaan di hotel, jadi pendapat dari Murajiono tentang kurang relevannya kurikulum BLK tidak terbukti. Relevansi kurikulum pelatihan pemagangan perhotelan 93% relevan dengan bidang pekerjaan di hotel, hasil penelitian pada kejuruan pemagangan perhotelan ini lebih tinggi dari penelitian dari kejuruan lain yang pernah di teliti oleh Ruswid (2000) pada kejuruan otomotif 89.9% relevan dengan bidang pekerjaan di industri. Pada kejuruan teknik listrik di BLK
Yogyakarta yang diteliti oleh Tri Cahyono (2004), menunjukkan tingkat relevansi kurikulum 80,80% relevan dengan bidang pekerjaan kelistrikan di perusahaan. Tingginya relevansi pelatihan pemagangan perhotelan karena kejuruan perhotelan pernah dijadikan sedagai kejuruan utama pada tahun 1997 BLK Yogyakarta berubah menjadi Balai Latihan Kerja Khusus Pariwisata (BLKKP) Yogyakarta. Hal ini terkait dengan dijadikannya Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata nomor dua setelah Bali. Sehingga program pelatihan yang diselenggarakanpun diarahkan untuk memenuhi
96
kebutuhan tenaga kerja pada sektor pariwisata. Dalam rangka itulah maka kejuruan pariwisata dan perhotelan dijadikan sebagai program latihan unggulan dan kejuruan lain seperti otomotif dan listrik sebagai kejuruan pendukung.