BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Koran Kompas Ide awal penerbitan harian ini datang dari Menteri/Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani, untuk mengadang dominasi pemberitaan pers komunis. Gagasan diutarakan kepada Menteri Perkebunan saat itu Drs. Frans Seda, yang kemudian menggandeng Drs. Jakob Oetama dan Mr. Auwjong Peng Koen, dua tokoh yang memiliki pengalaman menerbitkan media cetak.
Untuk mewujudkan gagasan tersebut, dibentuklah Yayasan Bentara Rakyat pada 16 Januari 1965. Nama semula diusulkan Bentara Rakyat. Atas usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas, yang berarti pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan rimba. Kompas terbit pertama kali pada 28 Juni 1965 dengan tiras sebanyak 4.828 eksemplar.
Kompas sempat dua kali dilarang terbit. Pertama, pada 2 Oktober 1965 ketika Penguasa Pelaksana Perang Daerah Jakarta Raya mengeluarkan larangan terbit untuk semua surat kabar, termasuk Kompas, sebagai upaya agar pemberitaan tidak menambah rasa bingung masyarakat terkait peristiwa Gerakan 30 September yang tengah berkecamuk. Kompas terbit kembali pada 6 Oktober 1965.
46
47
Pada 21 Januari 1978, Kompas untuk kedua kalinya dilarang terbit bersama enam surat kabar lainnya. Pelarangan terkait pemberitaan seputar aksi mahasiswa menentang kepemimpinan Presiden Soeharto menjelang pelaksanaan Sidang Umum MPR 1978. Pelarangan bersifat sementara dan pada 5 Februari 1978, Kompas terbit kembali.
Pada edisi perdana, Kompas terbit empat halaman dengan 11 berita pada halaman pertama. Terdapat enam buah Iklan yang mengisi kurang dari separuh halaman. Pada masa-masa awal berdirinya, Kompas terbit sebagai surat kabar mingguan dengan delapan halaman, lalu terbit empat kali seminggu, dan dalam waktu dua tahun berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan tiras 30.650 eksemplar.
Sejak 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada 2004, tiras harian mencapai 530.000 eksemplar, sedangkan edisi Minggu mencapai 610.000 eksemplar. Kompas diperkirakan dibaca 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Dengan tiras sebesar itu, Kompas menjadi surat kabar terbesar di Indonesia. Untuk memastikan akuntabilitas jumlah tiras, sejak 1976, Kompas menggunakan jasa ABC (Audit Bureau of Circulations) untuk melakukan audit.
48
Saat ini, Kompas Cetak (bukan versi digital) memiliki tiras rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang per hari yang terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia.58
4.1.2 Visi Koran Kompas “Berpartisipasi dalam membangun masyarakat Indonesia baru. Yaitu masyarakat dengan kemanusiaan yang transcendental, persatuan dalam perbedaan, menghormati individu, dan masyarakat yang adil dan makmur.”59
4.1.3 Misi Koran Kompas “Menjadi nomor satu dalam semua aspek usaha, diantara usahausaha yang sejenis dan dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai dengan melakukan etika usaha bersih dan melaksanakan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain.”60
58
http://print.kompas.com/about/sejarahkompas.html Santoso, F.A. Sejarah, Organisasi dan Visi-Misi Kompas. Arsip. Jakarta, 2011 :4 60 Ibid 59
49
4.1.4 Logo Koran Kompas Gambar 4.1.4 Logo Koran Kompas
4.1.5 Target Audience Pembaca adalah bagian penting dalam industri media cetak, tanpa adanya pembaca, tentu sebuah media cetak tidak ada artinya. Demikian juga dengan Kompas yang merupakan salah satu koran nasional yang terdepan dan terpercaya berkat tulisan-tulisannya yang komprehensif. Target pembaca yang ingin dicapai koran kompas adalah pembaca yang berusia 20 tahun keatas. Hal ini dapat dilihat berdasarkan survey yang dilakukan lembaga intern koran kompas yang dilakukan pada tahun 2010 dimana sekitar 60% pembaca kompas adalah pembaca dengan usia lebih dari 20 tahun.61
61
Angket Pembaca Kompas, 2010
50
4.1.6 Data Perusahaan Koran Kompas 1. Nama Perusahaan : PT. Kompas Media Nusantara 2. Alamat
: Jl. Palmerah Selatan, No. 22-28, Jakarta 10270
3. Phone
: (021) 5347710
4. Homepage
: http://print.kompas.com/
4.1.7 Susunan Organisasi Kompas 1. Pemimpin Redaksi : Rikard Bagun 2. WaPemRed
: Trias Kuncahyono & Budiman Tanuredjo
3. RedPel
: James Luhulima
4. SekRed
: M. Nasir
5. Staf Redaksi
: Taufik Mihardja
6. Direktur Bisnis
: Hardanto Subagyo
51
4.1.8 Profil Joko Widodo
Gambar 4.1.8 Joko Widodo Tanggal lahir : 21 Juni 1961 Tempat lahir : Surakarta Karier
:
- Wali Kota Solo, 28 Juli 2005 - 1 Oktober 2012 - Gubernur DKI Jakarta, 15 Oktober 2012 Joko Widodo atau Jokowi populer setelah dia menolak rencana Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo yang ingin membangun mal di atas lahan bekas pabrik es Saripetojo di Kota Solo. Kontroversi yang mencuat pada 2011 itu terjadi ketika Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Namanya semakin sering disebut-sebut media setelah memperkenalkan mobil Esemka, karya siswa SMK Negeri 2 Surakarta pada 2012.
52
Sebelum terjun ke politik bersama PDIP, Jokowi adalah pengusaha meubel. Kepemimpinannya di Solo dianggap cemerlang. Dia pun merambah Ibu Kota untuk bertarung dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakilnya, ia terpilih untuk memimpin DKI Jakarta untuk periode 2012-2017.62 Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memiliki kisah masa kecil yang unik. Jokowi kecil sempat merasakan pahitnya kehidupan saat rumahnya tergusur. Masa kecil Jokowi diwarnai canda dan tawa, dengan sesekali diselingi tangisan. Rumah petak sekaligus tempat usaha kayu ayahnya di daerah Cinderejo Lor, digusur dan dijadikan pusat jasa travel. Sang bunda menuturkan bahwa Jokowi kecil adalah sosok pendiam, namun pandai bergaul. Banyak yang mengenal Jokowi sebagai orang yang selalu mengalah, untuk menghindari pertengkaran. Sikap tersebut diwarisi Jokowi dari kedua orangtuanya yang selalu mengajarkan makna ikhlas dan bertanggung jawab. Berbeda dengan anak-anak kebanyakan, Jokowi selalu berjalan kaki menuju sekolahnya, disaat yang lain memamerkan sepeda ontel terbaru. Menurut Jokowi kala itu, sekolah tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga berjalan kaki pun tidak menjadi masalah. Bakti kepada orangtua ditunjukkan Jokowi tak hanya lewat sikap, namun juga sejumlah prestasi. Saat menjadi Walikota Solo hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta, orang-orang yang mengenalnya tidak pernah menyangka perjalanan hidup Joko kecil. Sosok
62
http://profile.metrotvnews.com
53
jokowi sangat dicintai rakyatnya. Dukungan warga Solo tak pupus, termasuk saat Jokowi maju menjadi Gubernur DKI Jakarta. Anak tukang kayu itu pun, kini menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.63
4.1.9 Profil Basuki Tjahaja Purnama
Gambar 4.1.9 Basuki Tjahaja Purnama Tanggal lahir : 26 Juni 1966 Tempat lahir : Manggar, Belitung Timur
Basuki Tjahaja Purnama menjabat sebagai Bupati Belitung Timur pada 2005--2006. Ia sempat duduk di Komisi II DPR dari Partai Golkar untuk periode 2009-2014. Namun, sebelum masa baktinya selesai ia mencalonkan diri dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 sebagai
63
http://jokowi-widodo.blogspot.com
54
calon wakil gubernur mendampingi calon gubernur Joko Widodo. JokowiAhok menang dalam Pilkada itu.
Sebelum merambah ke dunia politik, Ahok, sapaannya, memulai bisnis pada 1992 sebagai Direktur PT Nurindra Ekapersada kemudian bekerja di PT Simaxindo Primadaya. Setelah itu ia mendirikan pabrik pengolahan pasir kuarsa.
Pada 2004 ia baru masuk ke dunia politik dengan bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru sebagai Ketua DPC Partai PIB Belitung Timur. Melalui partai ini, Ahok terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004--2009. Ia sempat maju di Pilkada Bangka Belitung pada 2007 sebagai kandidat calon gubernur, namun kalah.64
Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dengan nama Ahok adalah politikus asal Belitung. Dia menjadi pasangan Jokowi dalam Pemilu Gubernur DKI Jakarta 2012. Pada pemilu tahun 2012, Jokowi dan Ahok terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur menggantikan Usman Saleh.
Sebagai wakil gubernur DKI, Ahok Ahok juga sudah mempunyai rencana akan membenahi sistem transportasi dengan memperbanyak jumlah 64
http://profile.metrotvnews.com
55
busway sampai seribu unit yang diperuntukkan khusus bagi orang cacat, anak-anak dan perempuan. Bahkan monorel serta kereta gratis yang menghubungkan Blok M sampai Monas juga akan diadakan. Meski menjadi orang nomor dua di ibukota dia tetap tampil sederhana. Ahok mengaku tidak pernah pusing memikirkan pakaian dan sepatu yang dipakainya hanya itu-itu saja setiap waktu.65
4.2
Hasil Penelitian Harian Kompas terbit setiap harinya dan menyajikan informasi dari seluruh Indonesia maupun Internasional. Kompas merupakan salah satu koran yang mempunyai gaya penulisan yang intelek. Namun, topik berita dan isi berita dalam Kompas dibuat untuk berbagai kalangan dan selalu disusun semenarik mungkin. Tidak luput juga dalam penyajian informasi oleh Harian Kompas ialah menyajikan mengenai pemberitaan pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Jokowi-Ahok. Dengan menggunakan metode penelitian analisis framing model William A. Gamson dan Andre Modigliani, peneliti akan menganalisis secara tekstual mengenai framing gaya kepemimpinan Jokowi-Ahok di Harian Kompas edisi November 2013.
65
http://profil.merdeka.com
56
4.2.1 Analisis Framing Jokowi dan Ahok 1 Tabel 4.1 Analisis Framing Jokowi 1 (Harian Kompas, 8 November 2013) Frame Jokowi merupakan penentu kebijakan DKI Framing Devices
Reasoning Devices
Methapors
Roots
"Jika ingin meniru negara tetangga, sebaiknya menjadi lebih baik. Namun, itu tergantung warga juga, mau menjadikan lebih baik atau tidak", kata Jokowi
Jokowi yakin dapat memanfaatkan lebih banyak ruang di Jakarta, namun semuanya akan tergantung dan kembali ke masyarakat.
Catchphrases
Appeals to Principe
Ruang bawah tanah di Kawasan Monumen Nasional Jakarta akan dimanfaatkan untuk kepentingan publik.
Bisa menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Exemplar
Consequences
Jokowi segera menerbitkan peraturan gubernur (pergub) yang mengatur perihal tentang hal tersebut. "Pegangan kita pergub. Jika semua langkah harus menggunakan perda (peraturan daerah), akan memakan waktu lebih lama," kata Jokowi.
Jokowi yang merupakan penentu kebijakan di DKI akan dianggap oleh masyarakat menjadi pahlawan yang ingin segera mengatasi masalah di Jakarta.
Depiction Saat ini, pemanfaatan ruang bawah tanah di DKI Jakarta belum ada dasar hukumnya. Karena itu, Jokowi segera menerbitkan peraturan gubernur (pergub) yang mengatur tentang hal tersebut.
57
Tabel 4.1.1 Analisis Framing Ahok 1 (Harian Kompas, 20 November 2013) Frame Ahok sebagai operasional lapangan, yang memahami persoalan tertulis dan operasional Framing Devices
Reasoning Devices
Methapors
Roots
Dengan membuat jaringan transportasi massal yang menghubungkan Jakarta, Tangerang dan Bekasi, arus kendaraan dari kedua wilayah itu dapat ditekan.
Dengan membangun jaringan transportasi massal tersebut, sebaiknya pemerintah sudah mengantisipasi agar tidak terjadi kemacetan yang semakin parah.
Catchphrases
Appeals to Principe
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah berupaya keras menata sistem transportasi dan penduduk.
Penataan sistem transportasi harus sejalan dengan fasilitas transportasi yang mendukung.
Exemplar
Consequences
Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama salah satu yang tengah digeber di DKI Jakarta adalah pembangunan jaringan transportasi massal berbasis kereta bawah tanah. Menurutnya, pembangunan MRT itu tidak dapat ditunda lagi karena telah molor lebih dari 28 tahun.
Dengan pembingkaian seperti ini, masyarakat menilai Ahok merupakan sosok yang to the point dan tidak suka menunda pekerjaan.
Depiction Kota Jakarta terus menuai masalah, terutama kepadatan penduduk dan kemacetan lalu lintas.
58
4.2.2 Analisis Framing Jokowi dan Ahok 2 Tabel 4.2 Analisis Framing Jokowi dan Ahok 2 (Harian Kompas, 13 November 2013) Frame Jokowi merupakan penentu kebijakan DKI Ahok sebagai operasional lapangan, yang memahami persoalan tertulis dan operasional Framing Devices
Reasoning Devices
Methapors
Roots
DKI Jakarta tidak keberatan menyerahkan kewenangan pengaturan transportasi yang selama ini dipegang Pemprov kepada otoritas pusat. Dan Ahok berharap daerah lain juga siap menyerahkan kewenangan kepada otoritas demi kepentingan bersama.
Penyerahan kewenangan oleh DKI Jakarta bisa saja untuk mempercepat mengatasi masalah transportasi di Jakarta, namun belum tentu pemerintah pusat dapat mengatasinya.
Catchphrases
Appeals to Principe
Pembentukan otoritas Transportasi Jabodetabek yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Seharusnya kebijakan seperti ini sudah sejak dulu dilakukan.
Exemplar
Consequences
59
1. Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menyatakan telah mendapat sinyal posistif dari pemerintah pusat soal pengurangan pajak pembelian angkutan umum, bahkan hingga 0 persen. "Sudah ada jawaban secara lisan. kelihatannya akan dikasih (pajak 0 persen). Namun saya maunya pegang (persetujuan) yang tertulis," kata Jokowi. 2. "Soal otoritas transportasi Jabodetabek, kami ikut saja maunya pusat seperti apa. Yang penting ada integrasi transportasi Jakarta dan daerah sekitarnya. Kalau pembentukannya sulit di bawah Koordinator Menteri Koordinator Perekonomian, mengapa tidak di bawah Menteri Perhubungan saja?" kata Basuki
1. Jokowi tegas dalam menentukan kebijakan dan keputusan, dengan meengandalkan keputusan tertulis. 2. Ahok sangat to the point dalam melakukan sesuatu, dan melakukan secara cepat sesuai dengan prosedur operasional.
Depiction Basuki menegaskan, DKI tak memiliki kepentingan apa pun selain persoalan kemacetan di Jakarta segera teratasi lewat pembentukan otoritas transportasi.
Penjelasan
:
Dari tabel analisa Framing Jokowi-Ahok 1 dan 2, diatas menggambarkan perbedaan yang signifikan antara Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Dimana Framing Jokowi yang ditonjolkan adalah Jokowi sebagai penentu kebijakan dalam Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sedangkan Ahok sebagai operasional lapangan yang memahami persoalan tertulis dan operasional. Pada kenyataannya, dalam menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Jokowi dan Ahok memang membagi tugas masing-masing, dimana Jokowi lebih banyak melakukan aktifitas di luar kantor dengan melakukan “Blusukan”, dan
60
Ahok
lebih
banyak
menyelesaikan
administratif
pemerintahan.
Dengan
pembagian seperti ini diharapkan dapat berjalan efektif dan dapat menyelesaikan permasalahan di Jakarta.
61
4.2.3 Analisis Framing Jokowi dan Ahok 3 Tabel 4.3 Analisis Framing Jokowi dan Ahok 3 (Harian Kompas, 8 November 2013) Frame Jokowi Optimistis Ahok Realistis Framing Devices
Reasoning Devices
Methapors
Roots
Pembersihan saluran penghubung dianggap penting karena proyek besar penanganan banjir belum selesai dikerjakan.
Karena Pemprov DKI belum mampu mengatasi masalah banjir secepatnya, maka solusi awal yang dilakukan dimulai dari warga.
Catchphrases
Appeals to Principe
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mewajibkan lurah menggerakkan warganya menjaga saluran penghubung.
Tanpa diwajibkan, seharusnya pejabat wilayah sudah tahu kewajiban dan tanggung jawabnya.
Exemplar
Consequences
1. Pembersihan saluran penghubung ini merupakan bagian antisipasi banjir di seluruh wilayah DKI Jakarta. "Kondisi saluran penghubung yang telah dibersihkan, 90 persen tergantung peran masyarakat. Jika setelah dibersihkan tidak dijaga bersama, lupakan lingkungan kita bersih dari sampah," kata Jokowi 2. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengakui, tahun ini masih ada hambatan untuk menanggulangi masalah banjir secepatnya. "Kita memang terhambat dengan urusan alat-alat berat. Untuk pengerukan kali, harus ada alat pengeruk yang sesuai dengan kondisi sungai disini. Alat yang dirancang di luar negeri tidak cocok untuk kita. Sungai di sana tidak ada sampahnya, sementara disini isinya sampah semua," kata Ahok.
Dengan framing seperti ini, efek ke masyarakat akan menilai adanya ketidak kompakan antara gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. 1. Jokowi yang optimis dalam penanganan masalah banjir bisa diselesaikan atau dicegah secepatnya. 2. Ahok yang realistis terhadap penanganan banjir yang tidak bisa diatasi secepatnya. Ahok yang secara to the point menjelaskan kendalakendala yang dihadapi dalam penanganan masalah banjir
62
Depiction Jokowi menjanjikan penghargaan bagi lurah yang mampu menggerakkan warga menjaga kebersihan saluran penghubung. Penjelasan
:
Dalam tabel Analisa Framing Jokowi-Ahok 3 di atas, Harian Kompas membingkai sisi lain karakter yang dimiliki oleh gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Jokowi dan Ahok. Dimana Harian Kompas membingkai sosok Jokowi sebagai sosok yang optimis, yang menunjukkan bahwa permasalahan di Jakarta pasti dapat terselesaikan. Sedangkan karakter wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama lebih realistis dengan menunjukkan realita-realita yang terjadi di Jakarta yang tidak mudah untuk diselesaikan. Hal tersebut menghasilkan penilaian yang positif dan negatif. Sifat optimis yang menggambarkan sosok Jokowi, dinilai positif oleh sebagian masyarakat karena dapat memberikan pencerahan dan dorongan kepada masyarakat Jakarta bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Namun, disisi lain bila permasalahan yang terjadi di Jakarta sulit untuk diselesaikan, maka Jokowi bisa dianggap gagal oleh masyarakat Jakarta. Karakter Ahok yang realistis pun menuai penilaian positif dan negatif dari masyarakat. Positifnya, masyarakat menilai Ahok lebih tidak ingin menjanjikan sesuatu yang realitanya memang sulit untuk diselesaikan, dengan begitu masyarakat menjadi ikut berpikir realistis dengan realita permasalahan yang ada di Jakarta. Namun negatifnya, sebagian masyarakat akan menilai Ahok tidak optimis dalam menyelesaikan permasalahan di Jakarta.
63
4.2.4 Analisis Framing Jokowi dan Ahok 4 Tabel 4.4 Analisis Framing Jokowi 4 (Harian Kompas, 8 November 2013)
Frame Jokowi Humanis Framing Devices
Reasoning Devices
Methapors
Roots
Paling tidak ada 200 sampai 300 bangunan yang akan direhabilitasi di kawasan Kota Tua.
Rehabilitasi Kota Tua memang perlu dilakukan untuk memperindah tempat wisata tersebut.
Catchphrases
Appeals to Principe
Pemprov DKI rombak Kota Tua dan menyediakan insentif kepada pemilik bangunan.
Rombak Kota Tua akan menghabiskan biaya yang cukup besar.
Exemplar
Consequences
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengatakan merehabilitasi bangunan bersejarah tidak bisa dilakukan sembarangan, butuh ketelitian dan keahlian khusus. Untuk memperlancar rencana ini, Jokowi menyediakan insentif kepada pemilik bangunanberupa keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Insentif kepada mereka merupakan penghargaan atas jasanya menjaga bangunan bersejarah.
1. Jokowi bisa menjadi sosok yang disukai oleh masyarakat karena menghargai bangunan sejarah dan peduli dengan orang lain. 2. Bisa juga Jokowi jadi dianggap membuang-buang dana yang cukup besar.
Depiction Jika pemilik, baik perorangan, perusahaan, maupun negara (pusat), tidak mampu memeliharanya, Pemprov DKI akan membeli bangunan itu.
64
Tabel 4.4.1 Analisis Framing Ahok 4 (Harian Kompas, 20 November 2013) Frame Ahok Tegas Framing Devices
Reasoning Devices
Methapors
Roots
"Kalau ada izin atau sertifikat, mau tidak mau harus kami beli lahannya," kata Ahok
Sifat tegas memang diperlukan dalam menjalankan Pemerintahan.
Catchphrases
Appeals to Principe
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menyatakan akan membongkar bangunan liar di lahan yang seharusnya menjadi jalan inspeksi.
Penegasan yang dilakukan Basuki untuk mengoptimalkan normalisasi.
Exemplar
Consequences
"Kalau mau semua bangunan yang mlanggar dibongkar, saya yakin setengah bangunan di Jakarta ini harus dibongkar. Sekarang kami fokus dulu membongkar bangunan yang berada di atas lahan untuk jalan inspeksi," ujar Ahok.
Ahok menjadi sosok yang tegas di mata masyarakat, dan tidak ada rasa humanis sama skali.
Depiction Untuk bangunan berizin dan bersertifikat, Pemprov DKI tidak bisa membongkar begitu saja.
65
Penjelasan
:
Dari tabel Analisa Framing Jokowi-Ahok 4 diatas, menggambarkan perbedaan karakter yang signifikan, karakter Jokowi yang Humanis tergambar dengan kepedulian Jokowi terhadap masyarakat, dengan melakukan pendekatan terhadap masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan di Jakarta. Dimana, dengan melakukan pendekatan tersebut, tidak sedikit masalah yang bisa diselesaikan Jokowi, antara lain merelokasi warga waduk pluit ke rumah susun guna kelancaran normalisasi waduk pluit, dan sebagainya. Dengan pendekatan inilah, Jokowi menjadi sosok yang humanis terhadap masyarakat Jakarta. Berbeda dengan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok justru menyelesaikan masalah secara tegas. Dalam pencanangan relokasi warga guna normalisasi sungai dan waduk, tanpa basa-basi Ahok ingin “mengusir” warga yang tidak memiliki izin membangun di lokasi normalisasi untuk pindah ke rumah susun yang disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Dengan pembingkaian karakter Ahok seperti itu, masyarakat akhirnya menilai negatif terhadap Ahok karena tidak memiliki “Hati Nurani” terhadap warga Jakarta. 4.3
Pembahasan Dalam pembahasan penelitian ini, akan dibahas mengenai keterkaitan antara hasil penelitian dengan konsep yang digunakan. Dari hasil penelitian diperoleh beberapa artikel berita dari Harian Kompas Edisi November 2013 mewakili framing atau pembingkaian yang dilakukan Harian Kompas terhadap Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja
66
Purnama (Ahok). Hasil yang dikaji dengan Analisa Framing William A. Gamson dan Andre Modigliani ini menghasilkan bahwa framing yang dilakukan Harian Kompas terhadap pemberitaan Jokowi dan Ahok yaitu perbedaan sifat dan karakter yang signifikan antara keduanya. Pada Harian Kompas membingkai karakter Jokowi sebagai Penentu Kebijakan
dalam
Pemerintah
Provinsi
DKI
Jakarta,
sedangkan
pembingkaian pemberitaan Ahok sebagai pelaksana operasional lapangan yang mengerti persoalan tertulis. Dari pembingkaian kedua karakter ini, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh perspektif terhadap masyarakat bahwa Jokowi memegang peranan penting dalam keputusan Pemprov DKI Jakarta. Padahal, sedangkan Ahok hanya bertindak sebagai administratif pemprov. Yang pada kenyataannya pun Jokowi yang bertindak sebagai gubernur DKI Jakarta yang memang memiliki kekuasaan dalam menentukan keputusan akhir. Akan tetapi tidak banyak yang mengetahui dibalik pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Jokowi juga dipengaruhi oleh Ahok yang lebih banyak mengetahui bagian administratif. Jadi, sebenarnya keputusan yang ditentukan seorang gubernur tidak lepas dari peran wakilnya, yang tidak banyak masyarakat yang mengetahuinya. Pembingkaian lain yang dilakukan oleh Harian Kompas terhadap Jokowi-Ahok ialah dengan membingkai karakter Jokowi yang optimis sedangkan karakter Ahok yang realistis. Dari kedua karakter tersebut samasama memiliki nilai positif dan negatif yang datang dari masyarakat. Nilai
67
positif dari sifat optimis yang digambarkan pada Jokowi dapat memberikan pencerahan
dan
keyakinan
terhadap
masyarakat
Jakarta
bahwa
permasalahan di Jakarta dapat terselesaikan. Sedangkan nilai positif dari sifat realistis yang digambarkan pada Ahok, masyarakat diajak untuk melihat realita terhadap permasalahan besar di Jakarta bahwa tidak mudah untuk menyelesaikan persoalan besar tersebut, misalnya seperti banjir, Ahok memperlihatkan realita bahwa persoalan banjir di Jakarta sulit untuk diselesaikan dengan cepat, apalagi tanpa bantuan dari masyarakat langsung. Negatifnya, sebagian masyarakat malah menilai Ahok tidak optimis dalam menyelesaikan persoalan yang ada di Jakarta. Pembingkaian lainnya yang dilakukan oleh Harian Kompas ialah memperlihatkan sosok Jokowi yang Humanis dan sosok Ahok yang tegas. Sosok Jokowi yang humanis diperlihatkan dengan kepedulian Jokowi terhadap masyarakat menengah ke bawah dengan pendekatan Jokowi melalui blusukan ke tengah-tengah masyarakat dan mendengarkan keluhan masyarakat. Selain itu, pemdekatan yang kerap dilakukan Jokowi terhadap masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan di Jakarta juga dianggap efektif. Hal ini terlihat dengan berhasilnya Jokowi merelokasi warga waduk pluit untuk pindah ke rumah susun yang sudah disediakan oleh Pemprov DKI, serta Jokowi tak segan-segan memberikan insentif kepada masyarakat yang memiliki andil dalam membangun Jakarta.
68
Sebaliknya, sosok Ahok yang dinilai tegas dalam memberi keputusan, dinilai tidak efektif dalam menyelesaikan permasalahan di Jakarta. Ahok memang tidak memiliki karakter lembut seperti yang dimiliki Jokowi. Tanpa segan dan basa-basi Ahok secara tegas dan lantang mengatakan akan “mengusir” warga yang tidak memiliki izin pembangunan di lingkungan normalisasi sungai dan waduk. Tidak jarang, sifat tegas Ahok tersebut dikatakan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh masyarakat di Jakarta. Hal inilah yang pada akhirnya menimbulkan istilah Jokowi sebagai “Good Boy”, sedangkan Ahok sebagai “Bad Boy”. Namun, terlepas dari itu semua, masyarakat Jakarta sangat bergantung terhadap kedua sosok yang dianggap sebagai pasangan ideal tersebut dalam menyelesaikan persoalan yang ada di Jakarta. Framing gaya kepemimpinan Jokowi dan Ahok yang dilakukan oleh Harian Kompas memang sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Karena apa yang disajikan oleh media, itulah yang dikonsumsi oleh masyarakat (konstruksi realitas). Sehingga sebagai masyarakat awam, selalu menganggap bahwa apa yang disajikan oleh media merupakan suatu yang real atau nyata. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan istilah “Good Boy” dan “Bad Boy” dalam Pemprov DKI Jakarta.