BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang
berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, dengan pengujian agregat kasar dan halus berupa berat jenis dan penyerapan agregat kasar, berat jenis dan penyerapan agregat halus, abrasi. Adapun hasil pengujian agregat untuk agregat kasar, agregat halus dan filler dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013) Course Agregat (CA)
Medium Agregat (MA)
Nilai Setara Pasir
-
-
Berat Jenis Bulk
-
-
2.76
Berat Jenis SSD
-
-
2.78
Berat Jenis Semu
--
--
2.83
Penyerapan (%)
2.79 -
2.79 -
1.00
Maks. 3%
2.83
2.83
Min 2,50
Jenis Pengujian
Fine Agregat (FA
Spesifikasi*)
Agregat Halus Min 50% Min 2,50
0.75
0.75
Agregat Kasar Berat Jenis Bulk
2.77
2.79
-
Berat Jenis SSD
2.79
2.81
-
Berat Jenis Semu
2.83
2.84
-
Penyerapan (%) Agregat kasar lolos saringan
0.75
0.66
-
Maks. 3%
0.06
0.04
-
Maks. 1
-
-
8.63
21.04
22.40
-
no. 200 (%) Agregat halus lolos saringan no. 200 (%) Abrasi (%)
Maks. 10 Maks. 40
1
2
Berdasarkan Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa agregat yang digunakan memenuhi spesifikasi Bina Marga. Hasil pengujian analisa saringan terhadap agregat dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan grafik gradasi Course Agregat (CA). Seperti ditunjukan dalam Gambar 4.1. 1. Hasil pengujian Course Agregat Tabel 4.2. Hasil Analisa Saringan Course Agregat (CA) AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013) % Rata – rata
% Lolos
Nomor
Bukaan
Saringan
(mm)
3/4"
19.10
100
100
100
1/2"
12.70
19.69
22.33
21.01
3/8"
9.50
3.81
2.38
3.09
No. 4
4.75
0.69
0.18
0.43
No. 8
2.36
0.30
0.14
0.22
No. 16
1.18
0.28
0.14
0.21
No. 30
0.60
0.26
0.13
0.19
No. 50
0.30
0.23
0.11
0.17
No. 100
0.15
0.20
0.11
0.15
No. 200
0.07
0.11
0.01
0.06
Pan
0.00
0.00
0.00
0.00
#200
#50 #30 #16Ya
Sampel 1
#8
Lolos
Sampel 2
3/8"
Gambar 4.1 Gradasi Course Agregat (CA)
1/2"
3/4"
3
2. Hasil pengujian Medium Agregat Hasil pengujian analisa saringan Medium Agregat (MA) dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan grafik gradasi Medium Agregat (MA), seperti ditunjukan dalam Gambar 4.2. Tabel 4.3. Hasil Analisa Saringan Medium Agregat (MA) AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013) % Rata – rata
% Lolos
Nomor
Bukaan
Saringan
(mm)
Sampel 1
Sampel 2
Lolos
3/4"
19.10
100
100
100
1/2"
12.70
95.80
96.62
96.21
3/8"
9.50
60.62
58.79
59.71
No. 4
4.75
23.58
19.48
21.53
No. 8
2.36
2.18
1.47
1.82
No. 16
1.18
1.50
0.92
1.21
No. 30
0.60
1.26
0.73
0.99
No. 50
0.30
1.03
0.60
0.82
No. 100
0.15
0.85
0.57
0.71
No. 200
0.07
0.06
0.01
0.04
Pan
0.00
0.00
0.00
0.00
#200 #100 #50 #30
#16
#8
#4
3/8"
1/2"
Gambar 4.2. Gradasi Medium Agregat (MA)
3/4"
4
3. Hasil pengujian Abu-Batu Hasil pengujian analisa saringan abu-batu (FA) dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan grafik gradasi abu-batu (FA), seperti ditunjukan dalam Gambar 4.3. Tabel 4.4. Hasil Analisa Saringan Abu-Batu (FA) AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG,2013) % Rata – rata
% Lolos
Nomor
Bukaan
Saringan
(mm)
Sampel 1
Sampel 2
Lolos
3/4"
19.10
100
100
100
1/2"
12.70
100
100
100
3/8"
9.50
100
100
100
No. 4
4.75
99.93
99.95
99.94
No. 8
2.36
86.93
88.00
87.47
No. 16
1.18
66.82
68.92
67.87
No. 30
0.60
44.77
46.73
45.75
No. 50
0.30
26.42
27.50
26.96
No. 100
0.15
16.02
16.39
16.21
No. 200
0.07
8.74
8.51
8.63
Pan
0.00
0.00
0.00
0.00
#200
#50 #30
#16
#8
3/8"
Gambar 4.3. Gradasi Abu-Batu (FA)
1/2"
3/4"
5
4. Penentuan Kadar Aspal Rencana Penentuan awal kadar aspal rencana dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.1. Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K Jadi nilai dari kadar aspal rencana yang diperoleh dengan menggunakan rumus di atas adalah 5,75 %. Nilai konstanta sekitar 0,5 – 1 untuk AC Tabel 4.5. Campuran Aspal Asphalt Concrete - Wearing Course (AC-WC) Uraian Data
Sieve Size #8 #16
Inch
3/4"
1/2"
3/8"
#4
mm
19.0 0
#30
#50
#100
#200
12.50
9.50
4.75
2.36
1.18
0.60
0.30
0.15
0.07
100
100
90
69
53
40
30
22
15
10
Min
100
90
74
Fuller
100. 0
54
39.1
31.6
23.1
15.5
9
4
82.8
73.2
53.6
39.1
28.6
21.1
15.5
11.3
8.0
Spesifikasi Gradasi Max
Data Gradasi Agregat Course Agregat (CA)
100
21.01
3.09
0.43
0.22
0.21
0.19
0.17
0.15
0.06
Medium Agregat (MA)
100
96.21
59.71
21.53
1.82
1.21
0.99
0.82
0.71
0.04
Fine Agregat (FA)
100
100
100
99.94
87.47
67.87
45.75
26.96
16.21
8.63
Kombinasi Agregat Course Agregat (CA)
10%
10
2.10
0.31
0.04
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.01
Medium Agregat (MA)
33%
33
31.75
19.70
7.10
0.60
0.40
0.33
0.27
0.23
0.01
Fine Agregat (FA)
57%
57
57.00
57.00
56.96
49.86
38.69
26.08
15.37
9.24
4.92
Total Campuran
100%
100
90.85
77.01
64.11
50.48
39.11
26.43
15.65
9.49
4.94
6
4.2
Aspal Aspal yang digunakan adalah jenis aspal penetrasi 60/70 produksi
Pertamina. Untuk hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Hasil Pengujian Aspal No
Uraian
Metoda Pengujian
Spesifikasi
Hasil
SNI-06-2441-1991
>1
1.04
2
o
Penetrasi (25 C / 5 detik)
SNI 06-2456-1991
60-70
65
3
Titik Lembek
SNI 06-2434-1991
> 48
59.5
4
Titik Nyala
SNI-06-2433-1991
> 232
280oC
5
Daktilitas
SNI-06-2432-1991
> 100
107.5
1
Berat Jenis
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai–nilai karakteristik aspal telah memenuhi spesifikasi Bina Marga.
4.3
Pengujian Marshall Pengujian marshall dapat dilakukan setelah seluruh persyaratan material,
berat jenis, penyerapan aspal dan perkiraan kadar aspal rencana telah terpenuhi. Pengujian marshall pada campuran hot mix dilakukan untuk memperoleh nilai karakteristik marshall yang meliputi kepadatan, rongga udara di dalam campuran (VIM), rongga dalam mineral agregat (VMA), stabilitas, flow dan angka perbandingan marshall Quotient (MQ). Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Pengujian Marshall Kadar
Karakteristik Marshall
Aspal
Kepadatan
VIM
Stabilitas
VMA
Flow
MQ
VFA
TFA
5.0
2.441
5.532
1918.488
16.258
4.280
439.456
67.971
7.39
5.5
2.454
4.289
2082.168
16.257
3.060
667.105
75.167
8.24
6.0
2.444
3.956
1913.604
17.054
3.240
579.038
78.092
9.11
6.5
2.436
3.543
1551.990
17.773
4.100
371.112
81.123
9.98
7.0
2.430
3.010
1448.436
18.385
4.220
336.501
84.462
10.86
7
4.3.1 Hasil
Pengujian
Marshall
untuk
Campuran
AC-WC
tanpa
menggunakan aditif Wetfix-Be Hasil pengujian marshall yang terdapat pada Tabel 4.7. juga dapat ditampilkan secara grafis sebagai hubungan antara campuran AC-WC serta sifat-sifat campuran Marshall untuk setiap variasi kadar aspal. Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Hubungan antara nilai rongga dalam campuran (VIM) dengan variasi kadar aspal pada benda uji campuran AC-WC.
Max Min
Gambar 4.4. Hubungan antara Nilai Rongga dalam Campuran (Vim) dengan Variasi Kadar Aspal pada Benda Uji Campuran AC-WC. Prosentase yang terlalu tinggi dari yang disyaratkan yaitu batas minimum 3,5% dan batas maksimum 5,5% akan menimbulkan kekurangan rongga udara di dalam campuran sehingga mengakibatkan kadar aspal yang berlebihan di luar perencanaan. Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat bahwa benda uji pada kadar
aspal 5%, 5,5%, 6% dan 6,5% nilai VIM memenuhi batas minimum dan maksimum yang telah disyaratkan pada spesifikasi Bina Marga. Tapi untuk kadar aspal 7% nilai VIM memiliki rentang yang terkecil dibandingkan sifatsifat marshall yang lain terletak di bawah batas minimum yang telah
disyaratkan direncanakan.
8
2. Hubungan antara nilai kepadatan (density) dengan variasi kadar aspal pada benda uji campuran AC-WC.
Gambar 4.5. Hubungan antara Nilai Kepadatan (Density) dengan Variasi Kadar Aspal pada Benda Uji Campuran AC-WC Menurut trendline pada Gambar 4.5 di atas terlihat nilai kepadatan yang tidak jauh berbeda. Nilai kepadatan tertinggi terdapat pada campuran dengan kadar aspal 5,5% walaupun perbedaan itu relative sedikit. 3. Hubungan antara nilai stabilitas dengan variasi kadar aspal pada benda uji campuran AC-WC.
Gambar 4.6. Hubungan antara Nilai Stabilitas dengan Variasi Kadar Aspal pada Benda Uji Campuran AC-WC Berdasarkan trendline pada Gambar 4.6. di atas terlihat nilai stabilitas yang tinggi terdapat pada campuran dengan kadar aspal 5,5% namun perbedaan nilai stabilitas pada setiap kadar aspal rencana tidak terlalu besar dan secara
9
keseluruhan kadar aspal rencana memenuhi ketentuan yang disyaratkan yaitu batas minimum 800 kg.
4. Hubungan antara nilai rongga dalam agregat (VMA) dengan variasi kadar aspal pada benda uji campuran AC-WC.
Min
Gambar 4.7. Hubungan antara Nilai Rongga dalam Agregat (VMA) dengan Variasi Kadar Aspal pada Benda Uji Campuran AC-WC. Berdasarkan Gambar 4.7 di atas terlihat seluruh nilai VMA yang diperoleh oleh setiap kadar aspal rencana memenuhi ketentuan yang disyaratkan yaitu batas minimum 15%. Terjadi peningkatan nilai VMA pada setiap kenaikan 0,5% kadar aspal rencana.
5. Hubungan antara nilai kelelehan (flow) dengan variasi kadar aspal pada benda uji campuran AC-WC.
Min
Gambar 4.8. Hubungan antara Nilai Flow dengan Variasi Kadar Aspal pada Benda Uji Campuran AC-WC
10
Pada pengujian marshall yang ditunjukan pada Gambar 4.8 di atas terhadap kadar aspal rencana, kadar aspal 5% memiliki nilai flow terendah dan merupakan nilai terkecil pada angka kelelehan di mana syarat batas minimum sebesar 3 mm, namun masih masuk dalam ketentuan yang disyaratkan. 6. Hubungan antara
nilai MQ dengan variasi kadar aspal pada benda uji
campuran AC-WC.
Min
Gambar 4.9. Hubungan Antara Nilai Marshall Quotient (MQ) dengan Variasi Kadar Aspal pada Benda Uji Campuran AC-WC Berdasarkan Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa pada setiap kenaikan 0,5% dari kadar aspal rencana 5% mengalami peningkatan nilai MQ dan mengalami penurunan kembali pada kadar aspal rencana 6%, 6,5% dan 7%. Nilai MQ dalam campuran mencapai nilai tertinggi pada kadar aspal 5,5% sehingga trendline yang dihasilkan membentuk parabola terbalik. Gambar 4.9 menunjukkan bahwa semua nilai MQ diatas memenuhi ketentuan yang disyaratkan pada spesifikasi umum Bina Marga yaitu batas minimum 250 kg/mm.
11
7. Hubungan antara nilai rongga terisi aspal (VFA) dengan variasi kadar aspal pada benda uji campuran AC-WC.
Min
Gambar 4.10. Hubungan Antara Nilai Rongga Terisi Aspal (VFA) dengan Variasi Kadar Aspal pada Benda Uji Campuran AC-WC Berdasarkan Gambar 4.10 dapat lihat bahwa kadar aspal rencana pada setiap penambah 0,5% disetiap kadar aspal, maka terjadi peningkatan secara terus menerus dan mencapai nilai tertinggi pada kadar aspal 7%. Seluruh campuran kadar aspal rencana yang ditunjukkan pada Gambar 4.10 memenuhi ketentuan yang disyaratkan yaitu minimum 65% sesuai spesifikasi umum Bina Marga. 8. Hubungan antara nilai Thick Film of Asphalt (TFA) dengan variasi kadar aspal pada benda uji campuran AC-WC.
Gambar 4.11. Hubungan Antara Nilai TFA dengan Variasi Kadar Aspal pada Benda Uji Campuran AC-WC Berdasarkan Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa kadar aspal rencana pada setiap penambah 0,5% disetiap kadar aspal, maka terjadi peningkatan secara terus menerus dan mencapai nilai tertinggi pada kadar aspal 7%.
12
4.3.2 Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) pada Campuran AC-WC Penentuan KAO dilakukan dengan metode Narrow Range berdasarkan beberapa parameter nilai kepadatan (density), stabilitas, flow, VMA, VIM, VFB, BFT, dan MQ. Dapat juga dilakukan dengan cara memasukan semua hasil uji Marshall kedalam bentuk grafik batang dengan, setelah itu dipilih rentang untuk kadar aspal yang memenuhi syarat Marshall. Kemudian nilai kadar aspal optimum yang digunakan adalah 5.75%, dengan mengambil nilai tengah dari rentang kadar aspal yang telah memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga. Penentuan kadar aspal optimum (KAO) dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Kadar Aspal Optimum pada Campuran AC-WC
Parameter
Kadar Aspal (%)
Spesifikasi 5%
Kepadatan
-
VIM
3,5% - 5%
VMA
> 14
Stabilitas
≥ 800 kg
Flow
≥ 3 mm
VFB
≥ 63%
BFT
-
MQ
≥ 250 kg/mm
5,5%
6%
5,57% KAO = (5% + 5,5% + 6% + 6,5%) / 4 = 5,75%
6,5%
7%
13
4.3.3 Perbandingan Hasil Pengujian Marshall pada Kadar Aspal Optimum (KAO) pada Campuran AC-WC yang Menggunakan Aditif Wetfix-Be dan Tanpa Menggunakan Aditif Wetfix-Be dengan Campuran Sifat-sifat marshall pada kondisi kadar aspal optimum pada dasarnya adalah sama dengan uji marshall pada kondisi kadar aspal rencana yaitu tidak ada perbedaan pada pengujian masing-masing jenis campuran. Perbedaannya hanya pada penambahan bahan aditif Wetfix-BE. Pengaruh Wetfix-BE sebagai bahan tambah pada campuran AC-WC adalah dari bau benda uji terdapat bau yang berbeda dari benda uji tanpa menggunakan bahan tambah aditif (Wetfix-BE). Hasil uji marshall dengan penambahan aditif (Wetfix-BE) maupun tanpa penambahan aditif dapat dipresentasikan pada Tabel 4.9. sampai dengan Tabel 4.10. Tabel 4.9. Pengujian Marshall tanpa Variasi Wetfix-BE pada KAO Karakteristik Marshall KAO 5,75
Kepadatan
VIM
Stabilitas
VMA
Flow
MQ
VFA
TFA
2,435
4,367
2082,993
17,133
3,240
630,293
75,920
8,88
Tabel 4.10. Pengujian Marshall dengan Variasi Wetfix-BE pada KAO Karakteristik Marshall KAO 5,75
Kepadatan
VIM
Stabilitas
VMA
Flow
MQ
VFA
TFA
2,444
4,002
2180,145
16,817
3,260
655,643
77,547
8,69
1. Kepadatan Kepadatan merupakan tingkat kerapatan suatu campuran setelah campuran dipadatkan. Semakin tinggi nilai kepadatan suatu campuran menunjukan bahwa kerapatannya semakin baik. Nilai kepadatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gradasi campuran, jenis dan kualitas agregat penyusun, faktor pemadatan baik jumlah pemadatan maupun temperatur pemadatan, penggunaan kadar aspal dan penambahan bahan aditif dalam campuran. Campuran dengan nilai kepadatan yang tinggi akan mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan dengan campuran yang
14
memiliki nilai kepadatan yang rendah, karena butiran agregat mempunyai bidang kontak yang luas sehingga gaya gesek (friction) antar butiran agregat menjadi besar. Selain itu kepadatan juga mempengaruhi kekedapan campuran, semakin kedap terhadap udara dan air. Berdasarkan Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 campuran pada KAO yang menggunakan atau tanpa menggunakan bahan tambah aditif Wetfix-BE terdapat perbedaan kepadatan. Campuran yang menggunakan bahan aditif Wetfix-BE adalah 2,444 gr/cm3 terjadi kenaikan nilai kepadatan dari nilai yang dihasilkan oleh campuran yang tidak menggunakan bahan aditif Wetfix-BE adalah 2,435 gr/cm3. Perbandingan nilai kepadatan pada KAO di atas dapat dilihat juga pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Perbandingan Nilai Kepadatan 2. VIM VIM merupakan persentase rongga yang terdapat dalam total campuran. Nilai VIM berpengaruh terhadap keawetan lapis perkerasan, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran bersifat porous. Hal ini bisa mengakibatkan campuran menjadi kurang rapat sehingga air dan udara mudah masuk pada rongga-rongga dalam campuran yang menyakibatkan aspal mudah teroksidasi sehingga lekatan antar
15
butiran agregat berkurang sehingga terjadi pelepasan butiran (revelling) dan pengelupasan permukaan (stripping) pada lapis perkerasan. Nilai VIM yang terlalu rendah akan menyebabkan bleeding karena suhu yang tinggi, maka viskositas aspal menurun sesuai sifat termoplastisnya. Pada saat itu apabila lapis perkerasan menerima beban lalu lintas maka aspal akan terdesak keluar permukaan karena tidak cukupnya rongga bagi aspal untuk melakukan penetrasi dalam lapis perkerasan. Nilai VIM yang lebih dari ketentuan akan mengakibatkan berkurangnya keawetan lapis perkerasan, karena rongga yang terlalu besar akan mudah terjadi oksidasi. Berdasarkan data pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 serta Gambar 4.13 untuk campuran yang tidak menggunakan bahan aditif Wetfix-BE terhadap VIM menghasilkan perilaku campuran yang cenderung lebih tinggi yaitu 4,367 %. Untuk campuran yang menggunakan bahan aditif Wetfix-BE lebih rendah nilainya dan mempuyai perilaku yang cenderung turun yakni 4,002 %. Tapi kedua percobaan ini memenuhi spesifikasi Bina Marga.
Gambar 4.13. Perbandingan Nilai VIM 3. VMA VMA adalah pori yang ada diantara butir agregat didalam campuran aspal panas yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang terisi aspal. VMA digunakan sebagai ruang untuk menampung aspal dan rongga udara yang
16
diperlukan dalam campuran beraspal panas, besarnya nilai VMA dipengaruhi oleh kadar aspal, gradasi bahan susun, jumlah tumbukan dan temperatur pemadatan. Kuantitas rongga udara berpengaruh terhadap kinerja suatu campuran karena jika VMA terlalu kecil maka campuran bisa mengalami masalah durabilitas dan jika VMA terlalu besar maka campuran bisa memperlihatkan masalah stabilitas dan tidak ekonomis untuk diproduksi. Nilai VMA dipengaruhi oleh faktor pemadatan, yaitu jumlah dan temperature pemadatan, gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VMA ini berpengaruh pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat elastis campuran. Hasil penelitian pengaruh aditif Wetfix-BE sebagai bahan tambah pada KAO terhadap VMA seperti ditunjukan pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 serta Gambar 4.14 Untuk campuran yang tidak menggunakan bahan aditif WetfixBE persentase nilai VMA cenderung lebih tinggi yaitu 17,135% dibandingkan dengan campuran yang menggunakan bahan aditif Wetfix-BE menghasilkan presentasi nilai lebih rendah yaitu 16,817%. Namun kedua hasil percobaan ini memenuhi spesifikasi Bina Marga.
Gambar 4.14. Perbandingan Nilai VMA
17
4. Stabilitas Stabilitas merupakan kemampuan lapis keras untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja diatasnya tanpa mengalami perubahan bentuk tetap seperti gelombang (wash boarding) dan alur (rutting). Nilai stabilitas dipengaruhi oleh bentuk, kualitas, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan antar butiran agregat (internal friction) dan penguncian antar agregat (interlocking), daya lekat (cohesion) dan kadar aspal dalam campuran. Penggunaan aspal dalam campuran akan menentukan nilai stabilitas campuran tersebut. Seiring dengan penambahan aspal, nilai stabilitas akan meningkat hingga batas maksimum. Penambahan aspal dan aditif di atas batas maksimum justru akan menurunkan stabilitas campuran itu sendiri sehingga lapis perkerasan menjadi kaku dan bersifat getas. Nilai stabilitas berpengaruh pada fleksibilitas lapis perkerasan yang dihasilkan. Peningkatan nilai stabilitas Marshall terhadap campuran terjadi pada campuran yang menggunakan bahan aditif Wetfix-BE yaitu 2082,993kg dari nilai stabilitas campuran yang tidak menggunakan bahan aditif Wetfix-BE yaitu 2180,145kg. Terjadi penurunan pada presentasi nilai stabilitas pada campuran yang tidak menggunakan bahan aditif Wetfix-BE. Presentase nilai stabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 serta Gambar 4.15.
18
Gambar 4.15. Perbandingan Nilai Stabilitas 5. Flow Flow adalah besarnya penurunan campuran benda uji akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam satuan mm. Flow merupakan indikator kelenturan campuran beraspal panas dalam menahan beban lalu lintas. Nilai flow menyatakan besarnya deformasi bahan susun benda uji. Deformasi yang terjadi erat kaitannya dengan sifat-sifat marshall yang lain seperti stabilitas, VIM dan VFA. Nilai VIM yang besar menyebabkan berkurangnya interlocking resistance campuran dan dapat berakibat timbulnya deformasi. Nilai VFA yang berlebihan juga menyebabkan aspal dalam campuran berubah konsistensinya menjadi pelicin antar batuan. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar dan viskositas aspal, gradasi agregat jumlah dan temperatur pemadatan. Campuran yang memiliki angka kelelehan rendah dengan stabilitas tinggi cenderung menjadi kaku dan getas. Sedangkan campuran yang memiliki angka kelelehan tinggi dan stabilitas rendah cenderung plastis dan mudah berubah bentuk apabila mendapat beban lalu lintas. Kerapatan campuran yang baik, kadar aspal yang cukup dan stabilitas yang baik akan memberikan pengaruh penurunan nilai flow. Nilai flow yang rendah akan mengakibatkan campuran menjadi kaku sehingga lapis perkerasan menjadi mudah retak, sedangkan campuran dengan nilai flow tinggi akan menghasilkan lapis perkerasan yang plastis sehingga perkerasan akan mudah mengalami perubahan bentuk seperti gelombang (washboarding) dan alur (rutting). Pada uji kelelehan (flow) yang telah dilakukan untuk campuran yang menggunakan bahan tambah aditif Wetfix-BE memiliki nilai kelelehan lebih tinggi. Sedangkan campuran yang tidak menggunakan bahan tambah aditif Wetfix-BE memiliki nilai kelelehan lebih rendah dibanding dengan yang menggunakan aditif. Nilai kelelehan dapat terlihat pada Tabel 4.9 sampai Tabel 4.10 dan Gambar 4.16.
19
Gambar 4.16. Perbandingan Nilai flow 6. MQ MQ
merupakan
hasil
bagi
antara
stabilitas
dan
flow
yang
mengindikasikan pendekatan terhadap kekakuan dan fleksibilitas dari suatu campuran beraspal panas. Besarnya nilai MQ tergantung dari besarnya nilai stabilitas yang dipengaruhi oleh gesekan antar butiran dan saling mengunci antar butiran yang terjadi antara partikel agregat dan kohesi campuran bahan susun, serta nilai flow yang dipengaruhi oleh viskositas, kadar aspal, gradasi bahan susun, dan jumlah tumbukan. Campuran yang memiliki nilai MQ yang rendah, maka campuran beraspal panas akan semakin fleksibel, cenderung menjadi plastis dan lentur sehingga mudah mengalami perubahan bentuk pada saat menerima beban lalu lintas yang tinggi. sedangkan campuran yang memiliki MQ tinggi campuran beraspal panas akan kaku dan kurang lentur. Berdasarkan Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 serta Gambar 4.17. dapat dilihat bahwa campuran yang menggunakan bahan tambah aditif Wetfix-BE memiliki nilai MQ lebih tinggi dibandingkan dengan campuran yang tidak menggunakan aditif Wetfix-BE.
20
Gambar 4.17. Perbandingan Nilai Marshall Quotient 7. VFA VFA adalah volume rongga yang dapat terisi oleh aspal. VFA juga bagian dari VMA yang terisi oleh aspal tetapi tidak termasuk aspal yang terabsorbsi oleh masing-masing butir agregat. Nilai VFA berpengaruh pada sifat kekedapan campuran terhadap air dan udara serta sifat elastisitas campuran. Dengan kata lain VFA menentukan stabilitas, fleksibilitas dan durabilitas. Semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara juga semakin tinggi, tetapi nilai VFA yang terlalu tinggi akan menyebabkan bleeding. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk campuran yang menggunakan bahan aditif Wetfix-BE terhadap VFA seperti dalam Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 serta Gambar 4.18 menghasilkan pengaruh perilaku untuk campuran yang tidak menggunakan aditif prosentase VFA mengalami penurunan dibandingkan dengan campuran yang menggunakan bahan aditif Wetfix-BE lebih tinggi nilainya dan mempuyai perilaku yang cenderung naik.
21
Gambar 4.18. Perbandingan Nilai VFA 8. TFA Berdasarkan Gambar 4.19 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai TFA pada campuran yang menggunakan bahan aditif Wetfix-BE dibandingkan dengan campuran murni atau tidak menggunakan bahan tambah aditif WetfixBE.
Gambar 4.19. Perbandingan Nilai TFA
22
Hasil perbandingan karakteristik marshall ditunjukkan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Perbandingan Sifat-sifat Marshall Sampel Menggunakan Aditif
Prosentase
No.
Sifat-sifat Marshall
1
Kepadatan
2,435
2,444
0,382 %
-
2
VIM
4,367
4,002
- 8,364 %
Min 3,5% – Max 5,5%
3
VMA
17,133
16,817
- 1,847 %
Min 15%
4
Stabilitas
2080,993
2180,145
4,664 %
Min 800 Kg
5
Flow
3,240
3,260
0,617 %
Min 3 mm
6
Marshall Quotient
630,293
655,643
4,002 %
Min 250
7
VFA
75,920
77,547
2,143 %
Min 65
8
TFA
8,69
8,88
2,276 %
-
Tanpa Aditif
naik/turun
Spesifikasi