BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Responden yang digunakan untuk uji validitas sebanyak 30 tenaga kesehatan, terdiri dari 7 dokter dan 23 perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta di luar sampel yang akan digunakan . Suatu item pernyataan dikatakan valid bila r-hitung positif dan lebih besar dari r-tabel ( Ghozali, 2013). Nilai r-tabel untuk uji dua sisi dengan signifikansi 10% dapat dicari berdasarkan jumlah responden (N). Jumlah N= 30 didapat r-tabel sebesar 0,3061. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa 11 item pernyataan dikatakan valid karena lebih besar dari r-tabel (0,3061). Adapun hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 2. 2. Uji Reliabilitas Selain harus valid, instrument penelitian juga harus dapat dipercaya (reliable). Pengujian reliabilitas kuesioner kali ini menggunakan Cronbach’s Alpha. Dimana terdapat ketentuan dalam menentukan reliabilitas yaitu suatu variabel dapat dikatakan valid apabila memberikan nilai Cronbach’s Alpha >0,70 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian reliabilitas memperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,705, sehingga kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel.
27
28
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Kuesioner No
Pernyataan 1 Tenaga kesehatan bersedia untuk bekerja sama dengan farmasi klinik 2 Farmasi klinik adalah bagian penting dalam tim Clinical Ward 3 Farmasi klinik dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien di rumah sakit 4 Farmasi klinik dapat memperoleh pelatihan terkait topik medis tertentu untuk membantu melakukan konseling pada pasien 5 Farmasi klinik dalam tim Clinical Ward adalah syarat untuk akreditasi rumah sakit 6 Farmasi klinik mampu meminimalisir medication error dan meningkan out come terapi 7 Terdapat peningkatan kebutuhan terhadap pelayanan farmasi klinik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 8 Perwakilan farmasi klinik dalam komite terapi dan kunjungan klinik di bangsal disukai 9 Farmasi klinik mempunyai peran dalam edukasi pengobatan pasien 10 Farmasi klinik telah berperan penuh di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 11 Farmasi klinik secara rutin memberikan informasi mengenai alternatif obat yang Cost effective bagi pasien 12 Farmasi klinik perlu mengetahui data klinis dan penyakit pasien dalam menangani pasien 13 Farmasi klinik mengawasi kemungkinan terjadinya interaksi antar obat 14 Farmasi klonik melakukan monitoring efek samping obat 15 Farmasi klinik memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan tenaga kesehatan lain untuk mendukung terapi obat rasional dan efektif 16 Farmasi klinik menjadi pusat informasi obat di rumah sakit bagi para tenaga kesehatan lain 17 Apoteker perlu melakukan studi atau penelitian terkait pengobatan di rumah sakit untuk mendukung pengobatan yang rasional 18 Apoteker berpartisipasi dalam pengelolaan perawatan darurat medik ( Unit Gawat Darurat ) Keterangan : a: nilai konstan
rhitung
rtabel
Keterangan
a
0.3061
Tidak valid
a
0.3061
Tidak valid
a
0.3061
Tidak valid
a
0.3061
Tidak valid
a
0.3061
Tidak valid
0.122
0.3061
Tidak valid
a
0.3061
Tidak valid
0.658
0.3061
Valid
0.696
0.3061
Valid
0.444
0.3061
Valid
0.692
0.3061
Valid
0.483
0.3061
Valid
0.626
0.3061
Valid
0.525
0.3061
Valid
0.366
0.3061
Valid
0.558
0.3061
Valid
0.352
0.3061
Valid
0.452
0.3061
Valid
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat 11 item pernyataan yang dapat digunakan dalam penelitian ini.
29
B. Deskriptif Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan 113 kuesioner responden yang terdiri dari 96 perawat dan 17 dokter. Jumlah sampel dokter yang digunakan kurang dari minimal sampel karena responden sulit untuk ditemui, selain itu peneliti tidak bisa langsung bertemu dengan dokter, karena prosedur rumah sakit harus melalui supervisor dari bagian poliklinik dan UGD. Berikut ini hasil data sebaran karakteristik responden berdasarkan usia. Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan usia Usia Profesi Perawat Dokter 12 (12,5%) 0(0%) < 25 tahun 31(32,3%) 8(47,1%) 25-34 tahun 47(48,9%) 4(3,4%) 35-44tahun 6(6,3%) 5(4,2%) >44tahun 96(100%) 17(100%) Total
Total 12(10,6%) 39(34,5%) 51(45,1%) 11(9,7%) 113(100%)
Tabel 3 menunjukkan bahwa usia responden paling banyak berada pada rentang 35-44 tahun dengan 45,1%, kemudian selanjutnya usia 25-34 sebanyak 34,5 %, usia <25 tahun 10,6%, usia > 44 tahun 9,7%. Berdasarkan data perawat, sebanyak 12 orang berada di rentang usia <25 tahun, 31 orang pada rentang usia 25-34 tahun, 47 orang pada rentang usia 35-44 tahun, enam orang pada rentang usia >44tahun. Sedangkan dari 17 responden dokter, terdapat delapan orang berada di rentang usia 25-34 tahun, empat orang pada rentang usia 35-44 tahun, serta lima orang pada rentang >44 tahun.
30
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Profesi Perawat Dokter 21 (21,9%) 10(58,8%) Laki –laki 75(78,1%) 7(41,2%) Perempuan 96(100%) 17(100%) Total
Total 31(27,4%) 82(72,6%) 113(100%)
Berdasarkan tabel 4, responden didominasi oleh perempuan sebanyak 72,6%, sedangkan responden laki-laki sebanyak 27,4%. Persentase perawat perempuan sejumlah 78,1% dan perawat laki-laki sejumlah 21,9%. Berbeda dengan kelompok perawat, responden dokter terdiri dari lebih banyak laki-laki yaitu 58,8%, sedangkan jumlah dokter perempuan yaitu 41,2%. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi
15%
Profesi Perawat 85%
Dokter
Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi Perbedaan karakteristik profesi dari responden bisa dimungkinkan dapat mempengaruhi persepsi yang dimiliki oleh setiap individu. Berdasarkan gambar 3, dari 113 responden mayoritas adalah perawat sejumlah 96 orang( 85%) dan dokter sebanyak 17 orang (15%).
31
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja
Lama masa kerja 1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Total
Profesi Perawat 9(9,4%) 9(9,4%) 78(81,3%) 96(100%)
Total Dokter 0(0%) 6(35,3%) 11(64,7%) 17(100%)
9(8%) 15(13,3%) 89(78,8%) 113(100%)
Dari data yang diperoleh, mayoritas dari total responden sudah bekerja lebih dari 5 tahun (78,8%). Berdasarkan tabel 5, baik dokter maupun perawat, menunjukkan bahwa kelompok responden dengan masa kerja kurang dari satu tahun memiliki jumlah responden terkecil (8%) sementara kelompok masa kerja 1-5 tahun mempunyai jumlah responden sebanyak 13,3%. 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Interaksi dengan Apoteker Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Interaksi dengan Apoteker Interaksi dengan Profesi Total apoteker Perawat Dokter 73 (76%) 12(70,6%) 85(75,2%) Sering 23(24%) 5(29,4%) 28(24,8%) Jarang 96(100%) 17(100%) 113(100%) Total
Interaksi antara responden dengan apoteker dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu sering, jarang dan tidak pernah. Sebanyak 75,2% responden mengakui sering berinteraksi dengan apoteker, sementara 24,8% menyatakan jarang. Jumlah perawat yang sering berintekasi dengan apoteker yaitu 73 ( 76%), sedangkan sebanyak 23(24%) jarang. Dari tujuh belas responden dokter yang diperoleh, 12 responden (70,6%) mengaku sering berinteraksi dengan apoteker dan 5 responden (29,4%) mengaku jarang.
32
6. Karkteristik Responden Berdasarkan Bangsal Jaga Perawat yang dipilih dalam penelitian ini berasal dari bangsal yang berbeda-beda. Pembagian bangsal berdasarkan kelas, namun juga terdapat bangsal yang menyediakan beberapa kelas, antara lain : a. Bangsal kelas 1 yaitu Muzdalifah b. Bangsal kelas 2 yaitu Raudhoh dan Multazam c. Bangsal kelas 3 yaitu Arofah d. Bangsal VIP yaitu Zam-zam dan Shofa e. Bangsal Marwah untuk kelas 3 dan VIP f. Bangsal ibnu sina untuk kelas 1, 2, 3 dan VIP g. Bangsal Hemodialisa khusus untuk pasien yang melakukan cuci darah h. Bangsal KBY diperuntukan bagi bayi yang baru lahir dan bayi berisiko tinggi i. Bangsal sakinah untuk Obstetrik dan Ginekologi j. Bangsal Mina untuk pasien IMC (intermediate care) Bangsal 12% 1%
9%
1% 7%
7%
12%
9% 10%
14% 7%
11%
Arofah Hemodialisa Ibnu sina KBY Marwah Mina Multazam Muzdalifah Raudhoh Sakinah Shofa Zam-zam
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Bangsal Jaga
33
Gambar 4 menunjukkan bahwa 9 responden berasal dari bangsal Arofah (9%), 1 responden berasal dari bangsal Hemodialisa (1%), 7 responden berasal dari bangsal Ibnu Sina (7%), 11 responden berasal dari bangsal KBY (12%), 13 responden berasal dari bangsal Marwah (14%), 10 responden berasal dari bangsal Mina (11%), 7 responden berasal dari bangsal Multazam (7%), 10 responden berasal dari bangsal Muzdalifah (10%), 9 responden berasal dari bangsal Raudhoh (9%), 1 responden berasal dari bangsal Sakinah (1%), 7 responden berasal dari bangsal Shofa (7%), dan 11 responden berasal dari bangsal Zam-zam (12%).
C. Analisis Persepsi Tenaga Kesehatan Terhadap Peran Apoteker dalam Pelayanan Farmasi Klinik Berdasarkan Persepsi
Skor kuesioner diperoleh dengan cara meminta responden untuk mengisi kuesioner. Pernyataan yang disetujui responden diberi skor 1 sedangkan yang tidak disetujui diberi skor 0. Hasil skor dari setiap item pernyataan kemudian dijumlahkan kemudian dicari nilai rata-rata dengan cara membagi skor tiap item dengan total skor yang disetujui responden berdasarkan kelompok perawat dan dokter. Adapun hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 7. Skor rata-rata tiap kelompok dari seluruh pernyataan menunjukkan bahwa tenaga kesehatan setuju terhadap peran apoteker dalam farmasi klinik. Nilai rata-rata untuk data kelompok perawat terhadap seluruh pernyataan adalah 0,84 (setuju), sedangkan untuk kelompok dokter adalah 0,8 (setuju) dan keseluruhan data perawat dan dokter yaitu 0,83 (setuju).
34
Tabel 7. Skor rata-rata kuesioner dan persepsi tenaga kesehatan per item pernyataan Skor rata-rata kuesioner dan persepsi per item No Pernyataan Perawat Dokter Total 1 Pernyataan 1 0,94 Setuju 1 Setuju 0,95 Setuju 2 Pernyataan 2 0,91 Setuju 1 Setuju 0,92 Setuju 3 Pernyataan 3 0,52 Setuju 0,35 Tidak setuju 0,5 Setuju 4 Pernyataan 4 0,56 Setuju 0,29 Tidak setuju 0,52 Setuju 5 Pernyataan 5 0,93 Setuju 1 Setuju 0,94 Setuju 6 Pernyataan 6 0,85 Setuju 1 Setuju 0,88 Setuju 7 Pernyataan 7 0,77 Setuju 0,94 Setuju 0,8 Setuju 8 Pernyataan 8 0,88 Setuju 0,82 Setuju 0,87 Setuju 9 Pernyataan 9 0,93 Setuju 0,71 Setuju 0,89 Setuju 10 Pernyataan 10 0,97 Setuju 1 Setuju 0,97 Setuju 11 Pernyataan 11 0,96 Setuju 0,65 Setuju 0,91 Setuju Rata-rata tiap kelompok 0,84 Setuju 0,8 Setuju 0,83 Setuju
Bila dilihat pada tabel 7 hasil persepsi yang diperoleh berdasarkan Namun ,bila dilihat pada tiap pernyataan secara detail, terdapat dua pernyataan yang tidak disetujui oleh kelompok dokter, yaitu : 1. Pernyataan 3, yaitu farmasi klinik telah berperan penuh di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dilihat dari skor rata-rata pada kelompok dokter yaitu 0,35 menunjukkan bahwa kelompok dokter tidak setuju apabila farmasi klinik telah berperan penuh di rumah sakit tersebut. Perkembangan farmasi klinik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sudah sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang ditetapkan oleh pemerintah. Namun terdapat pelayanan kefarmasian yang belum optimal yaitu kunjungan apoteker ke bangsal masih dilakukan secara mandiri karena apoteker yang tersedia masih sedikit serta belum dilaksanakannya pemantauan kadar obat dalam darah karena belum tersedianya alat.
35
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdalla,2015 berjudul “Physicians' Perception About The Role Of Clinical Pharmacists And Potential Barriers To Clinical Pharmacy”, adanya farmasi klinik dan dokter saat berkunjung ke pasien akan meningkatkan nilai dari tim klinis tersebut. Terutama dengan adanya konseling obat, waktu dispensing obat serta monitoring pengobatan yang baik. Oleh sebab itu pelayanan farmasi klinik ini perlu dikembangkan, terutama saat berkunjung ke bangsal tidak dilakukan secara mandiri, melainkan berdampingan dengan dokter. Pemantauan kadar obat dalam darah berperan penting dalam pengembangan terapi obat yang aman dan efektif bagi setiap individu ( Kang, et al., 2009). Apabila belum memungkinkan untuk melakukan pemantauan kadar obat dalam darah menggunakan alat maka pemantauan dapat dilakukan dengan melihat parameter efektifitas dan toksisitas yang lain. 2. Pernyataan 4, yaitu farmasi klinik secara rutin memberikan informasi mengenai alternatif obat yang cost-effective bagi pasien. Kelompok dokter menunjukkan tidak setuju dengan pernyataan ini. Adapun skor rata-ratanya yaitu 0,29. Di tingkat rumah sakit, dengan adanya data obat yang costeffective dapat membantu dalam menyusun formularium rumah sakit (Trisna, 2008). Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pemilihan obat melibatkan dokter dan apoteker melalui rapat Panitia Farmasi dan Terapi, sehingga dalam meresepkan obat pun dokter sesuai dengan obat yang dipilih oleh PFT. Oleh sebab itu apoteker dirasa tidak perlu lagi terlibat pada saat dokter meresepkan obat. Namun apoteker masih dilibatkan apabila terdapat masalah mengenai
36
dosis yang lebih atau kurang, adanya interaksi obat serta munculnya efek samping obat.
D. Analisis Pengaruh Karakteristik Responden Terhadap Persepsi
Uji One Way ANNOVA dan Independent Samples T-Test digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik responden dan pengaruhnya terhadap
persepsi dokter dan perawat mengenai peran apoteker dalam
pelayanan farmasi klinik. Karakteristik responden yang diuji berupa usia, jenis kelamin, profesi, lama masa kerja, seberapa sering berinteraksi dengan apoteker serta bangsal jaga. Pengambilan keputusan dengan cara melihat nilai signifikansinya. Apabila nilai
p < 0,05 maka terdapat perbedaan antar
kelompok. Sedangkan jika nilai p > 0,05 maka tidak ada perbedaan antar kelompok. Tabel 8 menunjukkan hasil uji One Way ANNOVA dan Independent Samples T Test pengaruh karakteristik responden terhadap persepsi. Tabel 8. Hasil uji One Way ANNOVA dan Independent Samples T Test No Karakteristik P Interpretasi hasil 1. Usia 0,697* Tidak terdapat perbedaan 2. Jenis kelamin 0,158** Tidak terdapat perbedaan 3. Profesi 0,322** Tidak terdapat perbedaan * 4. Lama masa kerja 0,080 Tidak terdapat perbedaan 5. Interaksi dengan apoteker 0,094** Tidak terdapat perbedaan 6. Bangsal jaga perawat 0,02* Terdapat perbedaan Ket : * : ** :
One Way ANNOVA Independent Samples T-Tst
37
1. Usia Berkenaan dengan usia, banyaknya pengalaman dan pengetahuan yang diterima pemuda, orang dewasa dan pensiun dapat mempengaruhi persepsi dalam mengambil keputusan (Hershey & Wilson, 1997). Pemuda cenderung kurang mempertimbangkan faktor dalam mengambil keputusan dan kompleksitasnya. Sedangkan pada orang dewasa dan pensiun banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk mengambil keputusan serta menyusun
strategi
untuk
menilai
hasil
keputusannya.
Seiring
bertambahnya usia maka kinerja dari memori akan menurun sehingga hal ini berpengaruh dalam pengambilan keputusan (Charness & BiemanCopland, 1992; Craik & Salthouse, 1992). Berdasarkan hasil uji One Way ANNOVA pada tabel 8, tidak ada perbedaan persepsi yang dihasilkan pada antar kelompok usia responden. Hal ini dikarenakan tidak terdapat pengelompokan usia pada saat bertugas di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sehingga usia tidak mempengaruhi keputusan persepai. 2. Jenis kelamin Pada penelitian yang dilakukan oleh Sanz de Acedo et al (2007), terdapat perbedaan yang signifikan dalam membuat keputusan antara lakilaki dan perempuan. Pada laki-laki dalam membuat keputusan lebih tegas, objektif, dan realistis (Wood, 1990). Sebaliknya pada wanita cenderung terpengaruh oleh lingkungan, mencari informasi lebih lanjut dan membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat keputusan (Gill et al 1987). Namun hasil uji Independent Samples T-Test menunjukkan tidak
38
ada perbedaan persepsi yang dihasilkan pada antar kelompok jenis kelamin responden. Kemungkinan hal ini karena pengaruh dari lingkungan sekitar yang sama sehingga antara laki-laki dan perempuan mempunyai pola pikir yang sama terhadap farmasi klinik. 3. Profesi Uji Independent Samples T-Test antara karakteristik profesi responden terhadap persepsi menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan (0.309). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) diketahui bahwa adanya perbedaan profesi responden juga tidak mempengaruhi persepsi yang dihasilkan. Dokter dan perawat RS PKU Muhammadiyah sering berinteraksi dengan apoteker sehingga persepsi yang terbentuk mengenai pelayanan farmasi klinikpun sama. 4. Lama Masa Kerja Lama masa kerja dan pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan masing-masing profesi (As’ad, 2000). Berdasarkan tabel 8, tidak ada perbedaan persepsi antar kelompok karakteristik lama masa kerja. Hal ini kemungkinan disebabkan karena farmasi klinik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlangsung setelah pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sehingga walaupun lama masa kerja responden di rumah sakit bervariasi, namun interaksi dengan farmasi klinik dimulai secara hampir bersamaan. 5. Interaksi dengan Apoteker
39
Menurut Paul A. Bell (1978), persepsi terbentuk karena adanya interaksi dengan objek. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Chartrand & Bargh pada tahun 1999 diketahui bahwa interaksi dapat mempengaruhi persepsi mengenai tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu, semakin
seringnya
berinteraksi
dengan
apoteker
dapat
menambah
pengetahuan terkait peran apoteker pula. Uji Independent Samples T-Test pada interaksi dengan apoteker menunjukkan hasil yang tidak signifikan (0,197). Sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang dihasilkan antar kelompok dokter dan perawat mengenai peran apoteker dalam pelayanan farmasi klinik. Persamaan persepsi ini dapat diakibatkan karena >75% responden mempunyai frekuensi yang sama dalam berinteraksi dengan apoteker. 6. Pembagian Bangsal Jaga Perawat Bargh & Chartrand (1999) dalam teorinya menyebutkan bahwa pola pikir atau tingkah laku terbentuk karena pengaruh lingkungan. Interaksi perawat di dalam satu unit bangsal biasanya lebih kuat dari pada bangsal lain. Hal ini dapat melahirkan pemikiran yang berbeda-beda karena tiap bangsal memiliki pemikiran yang berbeda pula. Bangsal yang sering berinteraksi dengan dengan apoteker tentunya memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih mengenai farmasi klinik (Putra,2013). Berdasarkan uji One Way ANNOVA didapatkan hasil sebesar 0,02. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan bangsal jaga perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mempengaruhi persepsi responden mengenai peran apoteker dalam pelayanan
40
farmasi klinik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bargh dan Chartrand.