BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Saham Jerman dengan periode pengamatan yang dipilih yaitu tahun 2011-2015. Populasi penelitian diambil dengan metode probability sampling dan sampel yang diambil adalah sebanyak 50 sampel dengan kriteria perusahaan industri kimia yang secara konsisten menyajikan annual report dan tidak mengalami rugi pada laporan laba rugi financial report nya selama tahun penelitian yaitu 2011-2015 serta menyajikan semua variabel yang dibutuhkan sesuai proksi selama periode 2011-2015. B. Statistik Deskriptif Analisa statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskriptif suatu data dan untuk melihat nilai minimm, maksimum, mean dan standard deviasi suatu data. Dalam data ini terdiri dari jumlah sampel (N) sebanyak 50 data perusahaan industri kimia. Adapun variabel yang diteliti adalah kapasitas inovasi, proses operasi yang efisien, biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan, nilai tambah sumber daya manusia, dan kinerja perusahaan. Pengujian statistik ini dapat dilihat pada tabel 4.1 yang menunjukkan deskripsi secara statistik pasda variabel yang diteliti. Minimum merupakan nilai terkecil dalam suatu rangkaian pengamatan. Maximum merupakan nilai terbesar dalam suatu rangkaian pengamatan. Mean merupakan rata-rata dari suatu rangkaian pengamatan. Sedangkan standard deviasi merupakan nilai
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
statistik yang digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel dan seberapa dekat titik data satuan ke mean nilai sampel. Adapun hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini sebagai berikut : TABEL 4.1 STATISTIK DESKRIPTIF N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
INV
50
0,003
0,150
0,047
0,040
OPR
50
0,338
1,687
0,786
0,318
CR
50
0,018
0,371
0,191
0,086
VAL
50
0,002
0,081
0,041
0,018
PER
50
0,001
0,188
0,068
0,043
Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.1 terdapat jumlah sampel sebanyak 50 sampel yang terdiri dari 10 perusahaan selama periode 5 tahun sehingga diperoleh data sebagai berikut : 1. Variabel Kapasitas Inovasi merupakan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam menciptakan inovasi pada produk dan teknologi. Variabel ini diukur dengan Current R&D Density (Beban R&D dibandingkan dengan penjualan bersih). Variabel Kapasitas Inovasi memiliki rata-rata sebesar 0,047 yang artinya rata-rata dari sampel yang diteliti, biaya R&D nya berkontribusi sebesar 4,7% terhadap penjualan bersihnya. Nilai minimum sebesar 0,003 dimiliki oleh KS AG pada tahun 2013, 2014, dan 2015 yang artinya biaya R&D berkontribusi sebesar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
0,3% dari nilai penjualan bersih KS AG. Nilai 3% tersebut termasuk dalam kategori perusahaan yang menyediakan biaya R&D cukup besar jika dibandingkan dengan 20 besar perusahaan yang menyediakan biaya R&D terbesar di dunia pada perusahaan peringkat ke 20 yang menyediakan biaya R&D sebesar 5,6% dari penjualan bersihnya. Nilai maximum sebesar 0,150 dimiliki oleh MERCK AG pada tahun 2014 artinya biaya R&D berkontribusi sebesar 15% dari nilai penjulan bersih MERCK AG. Nilai 15% tersebut termasuk dalam kategori perusahaan yang menyediakan biaya R&D yang besar karena MERCK AG masuk dalam 20 besar perusahaan yang menyediakan biaya R&D terbesar dari penjualannya (www.consultancy.uk). Sedangkan variabel ini memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,040. 2. Variabel Proses Operasi yang Efisien merupakan gambaran mengenai kemapuan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi siklus proses operasional sehingga dapat menghasilkan yang maksimal. Variabel ini diukur dengan perputaran total aset. Variabel Proses Operasi yang Efisien memiliki rata-rata sebesar 0,786 yang artinya rata-rata dari sampel yang diteliti, sebesar 78,6% dari penjualan bersih hasil dari kontribusi total aset yang dimiliki perusahaan dan nilai rata-rata tersebut sudah melebihi standar pada Economic Key Measures perusahaan kimia di Jerman yaitu sebesar 12,8% ( www.vci.de ). Nilai minimum sebesar 0,338 dimiliki oleh MERCK AG pada tahun 2015 yang artinya 33,8% dari penjualan bersih hasil dari kontribusi total aset MERCK AG. Nilai 33,8% tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
termasuk dalam kategori turnover asset yang sangat baik karena melebihi standar Economic Key Measures. Nilai maximum sebesar 1,687 dimiliki oleh FUCHS AG pada tahun 2011 yang artinya 168,7% dari penjualan bersih hasil dari kontribusi total aset FUCHS AG. Nilai 168,7% tersebut termasuk dalam kategori turnover asset yang sangat baik juga karena melebihi standar Economic Key Measures. Sedangkan variabel ini memiliki nilai standard deviasi sebesar 0,318. 3. Variabel Biaya Pemeliharaan Hubungan dengan Pelanggan merupakan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan tanpa mengganggu pemasaran. Variabel ini diukur dengan rasio beban penjualan administrasi umum terhadap pendapatan. Variabel Biaya Pemeliharaan Hubungan dengan Pelanggan memiliki rata-rata sebesar 0,191 yang artinya rata-rata dari sampel yang diteliti, biaya administrasi dan penjualan nya berkontribusi sebesar 19,1% atas total pendapatan dan nilai tersebut termasuk dalam kategori tidak efisien karena melebihi dari standar rata-rata perusahaan basic material sector yang umumnya mencadangkan 3% - 9% biaya administrasi dan penjualan dari pendapatannya (www.mckinsey.com). Nilai minimum sebesar 0,002 dimiliki oleh BASF AG pada tahun 2011, 2013, 2014 yang artinya 0,2% dari biaya administrasi dan penjualan berkontribusi atas total pendapatan BASF AG. Nilai 0,2% tersebut dinilai sangat efisien karena berada jauh dibawah standar pencadangan rata-rata biaya administrasi dan penjualan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Nilai maximum sebesar 0,371 dimiliki oleh MERCK AG pada tahun 2015 yang artinya 37,1% dari biaya administrasi dan penjualan berkontribusi atas total pendapatan MERCK AG. Nilai 37,1% tersebut dinilai sangat tidak efisien karena berada sangat jauh diatas dari standar pencadangan biaya administrasi dan penjualan perusahaan basic material sector. Sedangkan variabel ini memiliki nilai standard deviasi sebesar 0,086. 4. Variabel Nilai Tambah SDM merupakan gambaran mengenai tingkat produktivitas yang dapat dihasilkan dari human capital yang ada pada sebuah perusahaan.Variabel ini diukur dengan nilai tambah per karyawan. Variabel Nilai Tambah SDM memiliki rata-rata sebesar 0,041 yang artinya rata-rata dari sampel yang diteliti, 4,1% dari total pegawai berkontribusi terhadap laba bersih sebelum pajak perusahaan tersebut dan nilai rata-rata tersebut masih berada dibawah standar Economic Key Measures perusahaan kimia di Jerman yaitu sebesar 7,4%. Nilai minimum sebesar 0,002 dimiliki oleh WACKER AG pada tahun 2013 yang artinya 0,2% dari total pegawai berkontribusi terhadap laba bersih sebelum pajak WACKER AG. Nilai 0,2% tersebut masuk dalam kategori kontribusi yang kecil karena masih jauh dari standar Economic Key Measures. Nilai maximum sebesar 0,081 dimiliki oleh BASF AG pada tahun 2011 dan FUCHS AG pada tahun 2013 yang artinya 8,1% dari total pegawai berkontribusi terhadap laba bersih sebelum pajak BASF AG dan FUCHS AG. Nilai 8,1% tersebut masuk dalam kategori kontribusi yang besar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
karena sudah melebihi dari standar Economic Key Measures. Sedangkan variabel ini memiliki nilai standard deviasi sebesar 0,018. 5. Variabel Kinerja Perusahaan merupakan gambaran mengenai tingkatan pencapaian prestasi dalam kurun waktu tertentu dan mencerminkan keberhasilan sebuah perusahaan. Variabel ini diukur dengan perputaran aset (ROA). Variabel Kinerja Perusahaan memiliki rata-rata sebesar 0,068 yang artinya dari rata-rata sampel yang diteliti, 6,8% dari laba bersih setelah pajak merupakan kontribusi dari total aset dan nilai tersebut dikategorikan nilai yang besar karena berada diatas rata-rata ROA perusahaan
basic
material
sector
yaitu
sebesar
3,41%
(http://csimarket.com/). Nilai minimum sebesar 0,001 dimiliki oleh WACKER AG pada tahun 2013 yang artinya 0,1% dari laba bersih setelah pajak merupakan kontribusi dari total aset WACKER AG. Nilai tersebut masuk dalam kategori lemah karena nilai ROA sebesar 0,1% berada dibawah nilai ROA basic material sector sehingga dapat dikatakan perusahaan tersebut belum mampu memanfaatkan total aset yang ada guna meningkatkan net income. Nilai maximum sebesar 0,188 dimiliki oleh FUCHS AG pada tahun 2013 yang artinya 18,8% dari laba bersih setelah pajak merupakan kontribusi dari total aset FUCHS AG. Nilai 18,8% tersebut masuk dalam kategori ROA yang sangat besar karena berada diatas nilai ROA basic material sector sehingga perusahaan tersebut diindikasikan mampu memanfaatkan asetnya guna meningkatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
net income perusahaan. Sedangkan variabel ini memiliki nilai standard deviasi sebesar 0,043.
C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Penelitian ini menggunakan model analisis jalur dengan menggunakan pendekatan PLS. Hasil pengujian model dengan PLS diperoleh sebagaimana pada gambar berikut : Gambar 4.1 Model Pengaruh
Sumber : Output SMARTPLS 3.0
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
1. Outer Model Penelitian ini menggunakan structural path dengan satu indikator pada
masing-masing
variabel
laten sehingga
tidak
memerlukan
pengukuran outer model.
2. Inner Model a. Pengaruh Langsung Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan Adjusted R-square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan Adjusted R-square untuk konstruk dependen, uji t, serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : T table untuk α = 1%
= 2,58 / p-value < 0,01
T tabel untuk α = 5%
= 1,96 / p-value < 0,05
T table untuk α = 10%
= 1,64 / p-value < 0,1
Dimana apabila nilai t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif (H1) akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis nol (H0). Tabel 4.2 memberikan output estimasi untuk pengujian model struktural.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
TABEL 4.2 RESULT FOR PATH COEFFICIENTS (DIRECT EFFECT) Original Sample Standard T Statistics P Sample Mean Deviation (|O/STDEV|) Values (O) (M) (STDEV) Biaya Pemeliharaan 0.359 0.372 0.092 3.898 0.000 Hubungan dengan Pelanggan -> Kinerja Perusahaan Kapasitas Inovasi -> Kinerja -0.146 -0.145 0.052 2.821 0.000 Perusahaan Proses Operasi yang Efisien -> 0.695 0.703 0.113 6.165 0.000 Kinerja Perusahaan Nilai Tambah SDM -> Kinerja 0.337 0.337 0.131 2.574 0.000 Perusahaan Sumber : Output SMARTPLS 3.0 Berdasarkan hasil uji inner model diatas dapat diketahui hasil antar masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pengaruh kapasitas inovasi terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel kapasitas inovasi terhadap variabel kinerja perusahaan menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,821. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96). Hasil ini berarti bahwa kapasitas inovasi (INV) memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER). Hal ini berarti Hipotesis 1 diterima. b. Pengaruh
proses
operasi
yang
efisien
terhadap
kinerja
perusahaan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel proses operasi yang efisien terhadap variabel biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan menunjukkan nilai t tabel sebesar 6,165.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96). Hasil ini berarti bahwa proses operasi yang efisien (OPR) memiliki pengaruh posiif terhadap kinerja perusahaan (PER). Hal ini berarti Hipotesis 2 diterima. c. Pengaruh nilai tambah sumber daya manusia terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel nilai tambah sumber daya manusia terhadap variabel kinerja perusahaan menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,574. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96). Hasil ini berarti bahwa nilai tambah sumber daya manusia (VAL) memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER). Hal ini berarti Hipotesis 3 diterima. d. Pengaruh biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan terhadap variabel kinerja perusahaan menunjukkan nilai t tabel sebesar 3,898. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96). Hasil ini berarti bahwa biaya pemeliharaan hubungan dengan pelangan (CR) tmemiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER). Hal ini berarti Hipotesis 4 diterima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
b. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : T table untuk α = 1% = 2,58 T tabel untuk α = 5% = 1,96 T table untuk α = 10% = 1,64 Dimana apabila nilai t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif (H1) akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis nol (H0). Tabel 4.3 memberikan output estimasi untuk pengujian model structural indirect effect. TABEL 4.3 RESULT FOR PATH COEFFICIENTS (INDIRECT EFFECT) Original Standard T Statistics Sample Deviation (|O/STDEV|) (O) (STDEV) Kapasitas Inovasi -> Biaya Pemeliharaan 0.138 0.0467 2.963 Hubungan dengan Pelanggan -> Kinerja Perusahaan Kapasitas Inovasi -> Nilai Tambah SDM -0.110 2.069 0.0536 -> Kinerja Perusahaan Nilai Tambah SDM -> Biaya 0.145 0.071 2.041 Pemeliharaan Hubungan dengan Pelanggan -> Kinerja Perusahaan Proses Operasi yang Efisien -> Biaya -0.227 0.090 2.513 Pemeliharaan Hubungan dengan Pelanggan -> Kinerja Perusahaan Sumber : Data yang dioleh dengan SMARTPLS 3.0
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
a. Kapasitas inovasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan Hasil pengujian menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,963. Nilai tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu 1,96 dan memiliki nilai koefisien sebesar 0,138. Hal ini berarti bahwa variabel kapasitas inovasi memiliki pengaruh tidak langsung signifikan positif terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Hal ini berarti Hipotesis 5 diterima. b. Kapasitas inovasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui nilai tambah sumber daya manusia Hasil pengujian menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,069. Nilai tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu 1,96 dan memiliki nilai koefisien sebesar -0,110. Hal ini berarti bahwa variabel kapasitas inovasi memiliki pengaruh tidak langsung signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Hal ini berarti Hipotesis 6 diterima. c. Proses operasi yang efisien berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya hubungan pemeliharaan dengan pelanggan Hasil pengujian menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,513. Nilai tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu 1,96 dan memiliki nilai koefisien sebesar -0,227. Hal ini berarti bahwa variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
proses operasi yang efisien memiliki pengaruh tidak langsung signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Hal ini berarti Hipotesis 7 diterima. d. Nilai tambah sumber daya manusia berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan Hasil pengujian menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,041. Nilai tersebut lebih besar dibanding t tabel pada taraf 5% yaitu 1,96 dan memiliki nilai koefisien sebesar 0,145. Hal ini berarti bahwa variabel nilai tambah sumber daya manusia memiliki pengaruh tidak langsung signifikan positif terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Hal ini berarti Hipotesis 8 diterima.
3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah
mempunyai
pengaruh
yang
substantif.
Model
dianggap
memberikan pengaruh apabila R2 lebih besar dari 0 (nol). Besarnya nilai koefisien determinasi dari model tersebut diperoleh sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
TABEL 4.4 KOEFISIEN DETERMINASI R Square Biaya Pemeliharaan Hubungan dengan Pelanggan Kinerja Perusahaan Nilai Tambah SDM Sumber : Output SMARTPLS 3.0
R Square Adjusted
0.387
0.347
0.883 0.108
0.873 0.090
Besarnya nilai koefisien determinasi R2 untuk variabel kinerja perusahaan diperoleh sebesar 0,873. Hal ini berarti bahwa 87,3% kinerja perusahaan dipengaruhi oleh kapasitas inovasi, proses operasi yang efisien, nilai tambah sumber daya manusia dan biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Dan sisanya 12,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model. Besarnya nilai koefisien determinasi R2 untuk variable biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan diperoleh sebesar 0,347. Hal ini berarti bahwa hanya 34,7% biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan dapat dipengaruhi oleh kapasitas inovasi dan proses operasi yang efisien. Dan sisanya 65,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model. Besarnya nilai koefisien determinasi R2 untuk variable nilai tambah sumber daya manusia diperoleh sebesar 0,090. Hal ini berarti bahwa hanya 9% nilai tambah sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh kapasitas inovasi. Dan sisanya 91% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Koefisien determinasi total (Q2) mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Suatu model dianggap mempunyai nilai predictive yang relevan jika nilai Q2 lebih besar dari 0 (nol). Besaran Q2 memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 < 1, model semakin baik jika nilai Q2 mendekati 1. Apabila nilai yang didapatkan 0.02 (kecil), 0.15 (sedang) dan 0.35 (besar). Koefisien determinasi total (Q2) dari model penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut : Q2 = 1 - (1 – 0,873) (1 – 0,347) (1 – 0,090) = 1 – 0,075 = 0,925 = 92,5% Hasil penelitian mendapatkan bahwa
model tersebut
dapat
menjelaskan sebesar 92,5%. Berarti model dalam penelitian ini memiliki keterkaitan antar variabel yang tergolong besar yaitu 92,5% karena melebihi 35%.
4. Regresi Berganda Dari pengujian inner model dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan dalam pengolahan data. Berdasarkan pengolahan data dari tabel 4.2 maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut: PER = -0,146 (INV) + 0,695 (OPR) + 0,359 (CR) + 0,337 (VAL) +e CR = 0,386 (INV) + -0,633 (OPR) + 0,404 (VAL) +e VAL = -0,329 (INV) + e
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
1. Koefisien jalur variabel OPR, CR dan VAL terhadap PER bertanda positif sedangkan INV terhadap PER bertanda negatif. a. Nilai koefisien regresi kapasitas inovasi (INV) sebesar -0,146 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan INV mengalami kenaikan sebesar 1%, maka kinerja perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0,146. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara kapasitas inovasi dengan kinerja perusahaan, semakin tinggi kapasitas inovasi maka semakin rendah kinerja perusahaan. b. Nilai koefisien regresi proses operasi yang efisien (OPR) sebesar 0,695 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan OPR mengalami kenaikan sebesar 1%, maka kinerja perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar 0,695. c. Nilai koefisien regresi biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan (CR) sebesar 0,359 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan CR mengalami kenaikan sebesar 1%, maka kinerja perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar 0,359. d. Nilai koefisien regresi nilai tambah sumber daya manusia (VAL) sebesar 0,337 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
tetap dan VAL mengalami kenaikan sebesar 1%, maka kinerja perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar 0,337. 2. Koefisien jalur variabel INV dan VAL terhadap CR bertanda positif sedangkan OPR terhadap CR bertanda negatif. a. Nilai koefisien regresi proses operasi yang efisien (OPR) sebesar -0,633 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan OPR mengalami kenaikan sebesar 1%, maka biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan akan mengalami penurunan sebesar 0,633. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara proses operasi yang efisien dengan biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan, semakin tinggi proses operasi yang efisien maka semakin rendah biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. b. Nilai koefisien regresi kapasitas inovasi (INV) sebesar 0,386 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan INV mengalami kenaikan sebesar 1%, maka biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan akan mengalami kenaikan sebesar 0,386. c. Nilai koefisien regresi nilai tambah sumber daya manusia (VAL) sebesar 0,404 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan VAL mengalami kenaikan sebesar 1%, maka biaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
pemeliharaan hubungan dengan pelanggan akan mengalami kenaikan sebesar 0,404. 3. Koefisien jalur variabel INV terhadap VAL bertanda negatif. a. Nilai koefisien regresi kapasitas inovasi (INV) sebesar -0,329 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan INV mengalami kenaikan sebesar 1%, maka nilai tambah sumber daya manusia akan mengalami penurunan sebesar 0,329. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara kapasitas inovasi dengan nilai tambah sumber daya manusia, semakin tinggi kapasitas inovasi maka semakin rendah nilai tambah sumber daya manusia.
D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh kapasitas inovasi terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel kapasitas inovasi terhadap biaya hubungan pemeliharaan dengan pelanggan memiliki nilai t tabel sebesar 2,821. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96) dan memiliki nilai koefisien sebesar -0,146. Dengan demikian hipotesis 1 ditolak yang menyatakan bahwa kapasitas inovasi (INV) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER). Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa kapasitas inovasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Shaukat (2013) yang menyatakan bahwa inovasi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Namun hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Santos (2014) yang menyatakan bahwa inovasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut karena pengembangan produk ini sangat berkaitan dengan keberlangsungan bisnis perusahaan, terutama dalam membentuk loyalitas pelanggan. Semakin tinggi inovasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam menciptakan barang dan jasa, maka akan meningkatkan kemampuan tersebut dalam memproduksi barang maupun memberikan pelayanan jasa (favourable) kepada konsumen. Namun tanpa pemasaran yang baik, inovasi yang telah dilakukan oleh perusahaan akan menjadi sia-sia bahkan dapat merugikan bagi perusahaan atas biaya yang telah dikeluarkan dalam pengembangan usaha. Sehingga kapasitas inovasi yang tinggi akan menurunkan kinerja perusahaan. 2. Pengaruh proses operasi yang efisien terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel proses operasi yang efisien terhadap kinerja perusahaan memiliki t tabel sebesar 6,165. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96) dan memiliki nilai koefisien sebesar 0,695. Dengan demikian hipotesis 2 diterima yang menyatakan bahwa proses operasi yang efisien (OPR) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER). Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa proses operasi yang efisien berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
diatas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zeitun (2007) bahwa proses operasi yang efisien tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Namun sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wang & Chang (2005) yang menyatakan bahwa proses operasi yang efisien berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal itu karena semakin efisien proses operasi yang dilakukan, maka menandakan perusahaan telah berhasil memanfaatkan apa yang dimilikinya untuk mencapai tujuan atau kinerja perusahaan dengan maksimal. 3. Pengaruh nilai tambah sumber daya manusia terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel nilai tambah sumber daya manusia terhadap kinerja perusahaan memiliki nilai t tabel sebesar 2,574. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96) dan memiliki nilai koefisien sebesar 0,337. Dengan demikian hipotesis 3 diterima yang menyatakan bahwa nilai tambah sumber daya manusia (VAL) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER). Hasil penelitian diatas yang menunjukkan bahwa nilai tambah sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hashim et al (2015) yang menyatakan bahwa nilai tambah sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman (2015) yang menyatakan bahwa nilai tambah sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kinerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
perusahaan. Hal itu karena semakin besar karyawan yang memiliki nilai tambah dan kualitas yang baik, maka mereka mampu menciptakan segala kegiatan kerja yang maksimal untuk mencapai kinerja perusahaan yang paling baik. 4. Pengaruh biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh variabel biaya hubungan pemeliharaan dengan pelanggan terhadap kinerja perusahaan memiliki nilai t tabel sebesar 3,898. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96) dan memiliki nilai koefisien sebesar 0,359. Dengan demikian hipotesis 4 diterima yang menyatakan bahwa biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan (CR) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (PER). Hasil diatas yang menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan berpengaruh positif secara signifikan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahardian (2011) yang menyatakan bahwa biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Namun penelitian yang dilakukan Kusumowati (2014) yang menyatakan bahwa biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut berarti loyalitas pelanggan berperan positif terhadap pertumbuhan kinerja perusahaan. Sehingga dengan semakin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
meningkatkan biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan maka akan meningkatkan juga kinerja perusahaan. 5. Kapasitas inovasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan Hasil pengujian ini menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,963. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel 5% (1,96) dan memiliki nilai koefisien sebesar 0,138, maka dapat disimpulkan kapasitas inovasi berpengaruh tidak langsung secara positif terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Dengan demikian hipotesis 5 diterima yang yang menyatakan bahwa kapasitas inovasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Pada sebuah perusahaan, kapasitas inovasi berperan aktif dalam menciptakan teknologi dan produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan akan pelanggan.
Dalam intellectual
capital,
peningkatan kinerja
perusahaan dapat dilihat dari beberapa element, salah satunya customer capital yang diwakili dengan biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Ketika perusahaan memiliki kapasitas inovasi yang tinggi tentu akan meningkatkan biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan dalam rangka memasarkan hasil inovasi. Sehingga dari inovasi inilah akan berdampak pada kepuasan konsumen yang semakin meningkat. Oleh karena itu peran marketing dalam menjaga hubungan baik dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
pelanggan menjadi kunci penting dalam keberhasilan dari hasil inovasi perusahaan (Saifulloh, 2015). Sehingga kapasitas inovasi memberikan pengaruh tidak langsung yang positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. 6. Kapasitas inovasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui nilai tambah sumber daya manusia Hasil pengujian ini menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,069. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96) dan memiliki nilai koefisien sebesar -0,110, maka dapat disimpulkan kapasitas inovasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui nilai tambah sumber daya manusia. Dengan demikian hipotesis 6 diterima yang menyatakan bahwa proses operasi yang efisien berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Kapasitas inovasi pada sebuah perusahaan terdiri dari pengembangan produk yang erat kaitannya dengan keberlangsungan bisnis perusahaan. Namun pengembangan produk dalam kapasitas inovasi harus didukung oleh peran marketing dalam mengenalkan produk hasil inovasi perusahaan. Peran marketing inilah yang merupakan salah satu komponen dari biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Untuk dapat mewujudkan pemasaran yang sukses, tentu dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kreativitas tinggi sehingga mampu mengemas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
pemasaran dengan sangat menarik. Dari meningkatnya produk baru yang dihasilkan, tentu akan meningkat pula tugas dari sumber daya manusia di marketing untuk dapat memasarkan produk tersebut. Sehingga sumber daya
manusia
akan
semakin
terpacu
dalam
berkreativitas
dan
meningkatkan nilai tambah sumber daya manusia tersebut. Dari nilai tambah sumber daya manusia itulah yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. (Cheng et al, 2010)
7. Proses operasi yang efisien berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya hubungan pemeliharaan dengan pelanggan Hasil pengujian ini menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,513. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96) dan memiliki nilai koefisien sebesar -0,227, maka dapat disimpulkan proses operasi yang efisien berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Dengan demikian hipotesis 7 diterima yang menyatakan bahwa proses operasi yang efisien berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Proses operasi yang efisien pada sebuah perusahaan masuk ke dalam komponen structural capital yang ada pada intellectual capital. Pada prakteknya, efektivitas dan efisiensi dinilai dapat membuat loyalitas pelanggan menjadi semakin bertambah karena dalam era sekarang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
kecepatan dan kemudahan pelayanan sangat dibutuhkan oleh pelanggan. Dengan meningkatnya efisiensi proses, maka diharapkan juga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Efisiensi proses terbukti dari hasil uji direct effect dapat menurunkan biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan karena seperti biaya pemasaran yang terdapat dalam komponen biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan tentu dapat dikurangi atau dihilangkan seiring dari sistem efisiensi proses. Sehingga nilai tambah sumber daya manusia berpengaruh secara tidak langsung negatif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. 8. Nilai tambah sumber daya manusia berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan Hasil pengujian ini menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,041. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 5% (1,96) dan memiliki nilai koefisien sebesar 0,145, maka dapat disimpulkan bahwa nilai tambah sumber daya manusia berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Dengan demikian hipotesis 8 diterima yang menyatakan bahwa nilai tambah sumber daya manusia berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Nilai tambah sumber daya manusia menurut Fitz-Enz (2000) dalam M. Saifulloh (2015) merupakan kombinasi dari tiga faktor, yaitu sifat yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
dibawa seseorang ke pekerjaan, kemampuan seseorang untuk belajar dan motivasi untuk berbagi pengetahuan. Kinerja perusahaan yang meningkat tentu didukung dengan kontribusi dari para sumber daya manusia nya yang mampu menciptakan kreativitas dan keahlian yang memiliki daya saing unggul. Dan nilai tambah sumber daya manusia juga dapat meningkatkan biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan. Sehingga nilai tambah sumber daya manusia berpengaruh secara tidak langsung positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan melalui biaya pemeliharaan hubungan dengan pelanggan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/