16
BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 0,88340o LU122,8850o BT, berada pada ketinggian 0-500 m dpl (Gambar 1). Secara rinci letak geografis masing-masing desa di Kecamatan Ponelo Kepulauan sebagai berikut: Desa Ponelo terletak antara 0,8950o LU-122,8850o BT; Malambe terletak antara 0,8981o LU-122,8769o BT; Tihengo terletak antara 0,88340o LU-122,8841o BT; dan Desa Otiola terletak antara 0,8845o LU-122,8849o BT (BPS Kabupaten Gorontalo Utara, 2012). Luas wilayah Kecamatan Ponelo Kepulauan sebesar 10,40 km2 (Bappeda Kabupaten Gorontalo Utara, 2013) dengan topografi wilayah cukup beragam berkisar antara 0-20%. Kecamatan ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: a.
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Sulawesi
b.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kwandang
c.
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tomilito
d.
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Anggrek
Secara administrasi Kecamatan Ponelo Kepulauan termasuk dalam wilayah hukum Kabupaten Kabupaten Gorontalo Utara dengan ibu kota di Desa Ponelo. Kecamatan ini terdiri dari empat desa meliputi: Desa Ponelo, Malambe, Otiola dan Desa Tihengo. Jarak dari ibu kota Kecamatan ke ibu kota Kabupaten kurang lebih 12 km, sementara jarak dari ibu kota Kecamatan ke pusat Desa Malambe kurang lebih 1 km, ke pusat desa Tihengo kurang lebih 2 km, dan ke pusat desa Otiola kurang lebih berjarak 1 km.
17
Gambar 1 Peta Administrasi Kecamatan Ponelo Kepulauan
18
4.2 Kondisi Iklim 4.2.1 Kondisi Iklim Data curah hujan, temperatur udara, lama penyinaran, kelembaban nisbi dan kecepatan angin, di daerah penelitian selama sepuluh tahun (2003 – 2013) diambil dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo. Stasiun ini berada pada ketinggian 18 m di atas permukaan laut. Dan merupakan satu-satunya stasiun iklim yang lengkap sehingga semua data iklim berasal dari stasiun ini karena dianggap mewakili kondisi iklim daerah itu. a.
Curah Hujan Curah hujan bulanan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan sekitarnya
menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi terjadi ada bulan Maret dan terendah pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 189,46 mm/bulan (Gambar 1). Sementara curah hujan tahunan sebesar 2.273,53 mm. Berdasarkan distribusi bulan basah (>200 mm) yang terdiri dari 4 bulan dan 2 bulan kering (<100 mm), maka wilayah Kabupaten Gorontalo Utara tergolong dalam zona agroklimatologi E.
Gambar 2. Rata-rata curah hujan Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir (2003-2012) b.
Temperatur Temperatur bulanan (Gambar 3) berkisar antara 26,30oC (Februari) sampai
27,41oC (Oktober). Rata-rata kelembaban nisbi bulanan berkisar antara 73,84% (September) sampai 84,21% (Maret) dengan nilai rata-rata tahunan sebesar 80,33%.
19
Selanjutnya Rata-rata lama penyinaran bulanan berkisar antara 46,80% (Desember) sampai 71,11% (September).
Temperatur 0c
27.00
27.41
27.39
27.50 26.88
26.77
26.50
27.13
27.03
27.02
26.85 26.56
26.56
Jun
Jul
27.14
26.30
26.00 25.50 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Agust Sept
Okt
Nov
Des
Bulan
Gambar 3. Rata-rata Temperatur Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir (2003-2012) c.
Kelembaban Nisbi Kelembaban nisbi bulanan (Gambar 4) berkisar antara 73,84oC (September)
sampai 84,21oC (Maret). Rata-rata kelembaban nisbi bulanan sebesar 80,93%
Kelembaban
dengan nilai tahunan sebesar 968,32%. 86 84 82 80 78 76 74 72 70 68
82.88
84.21 82.31
81.71
82.15
83.48 81.72
81.22
81.15
76.57
77.08
73.84
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul Agust Sept
Okt
Nov
Des
Bulan
Gambar 4. Rata-rata Kelembaban Nisbih Kabupaten Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir (2003-2012) d.
Lama Penyinaran Matahari Lama penyinaran mahatahari bulanan (Gambar 5) berkisar antara 46,80%
(Desember) sampai 71,11% (September). Rata-rata lama penyinaran matahari bulanan sebesar 61,23% dengan nilai tahunan sebesar 734,78%.
20
Lama Penyinaran Matahari (%)
80.00 60.00
59.69 57.88 57.76 60.51
63.63
69.45 71.11 69.03 60.30 58.37
60.25 46.80
40.00 20.00 0.00 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul Agust Sept Bulan
Okt
Nov
Des
Gambar 5. Rata-rata Lama Penyinaran Matahari Gorontalo Utara selama 10 tahun terakhir (2003-2012) e.
Evapotranspirasi Hasil evapotranspirasi Kabupaten Gorontalo Utara seperti yang terlihat pada
Tabel diatas, nilai evapotranspirasi berkisar antara 120,80-145,10 (Tabel 1). Evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 120,80. Sedangkan evapotranspirasi tertinggi sebesar 145,10 mm. Tabel 1. Hubungan antara Curah Hujan Efektif, Curah Hujan Efektif Kacang Tanah dan Evapotranspirasi Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Total Rataan
CH (mm) 276,44 206,21 280,99 249,45 190,46 136,17 130,49 86,34 99,26 173,70 237,96 206,06 2273,53 189,46
CHE (mm) 196,15 139,97 199,79 174,56 127,37 83,94 79,39 44,07 54,41 113,96 165,37 139,85 1518,82 126,57
CHE 75% (mm) 147,11 104,98 149,84 130,92 95,52 62,95 59,54 33,06 40,81 85,47 124,02 104,89 1139,12 94,93
Etp (mm) 140,40 120,80 140,40 140,90 145,10 136,40 140,40 140,40 140,90 145,10 140,90 145,10 1676,80 139,73
Keterangan; CH=curah hujan; CHE= curah hujan efektif; Etp=evapotranspirasi
0,5 Etp (mm) 70,20 60,40 70,20 70,45 72,55 68,20 70,20 70,20 70,45 72,55 70,45 72,55 838,40 69,87
Nilai evapotranspirasi tahunan sebesar 1676,80 mm/tahun dengan rata-rata 139,73 mm/tahun. Selanjutnya curah hujan efektif berkisar antara 44,07 mm/bulan pada bulan Agustus sampai 199,79 mm/bulan pada bulan Maret. Tampaknya wilayah Gorontalo Utara terjadi surplus pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober, November dan Desember sedangkan defisit terjadi pada bulan bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Kondisi surplus dan defisit ini digunakan untuk menentukan kalender tanam atau penentuan waktu tanam khususnya waktu tanam tanaman kacang tanah.
21
Gambar 6. Hubungan antara Curah Hujan Efektif, Curah Hujan Efektif Kacang Tanah dan Evapotranspirasi 4.3 Kondisi Geologi dan Jenis Tanah Wilayah Kecamatan Ponelo Kepulauan merupakan gugus pulau yang memanjang dari timur ke barat beserta beberapa gugus pulau-pulau kecil sampai sedang, seperti pulau Saronde, Mohinggito, Bogisa, dan pulau otilade. Satuan formasi geologi termasuk formasi batuan gunung api lokodidi (TQls) yang berumur pliosen tersier akhir dan plistosen kuarter awal (Bachri et al. 1993). Satuan formasi ini terdiri dari: konglomerat, batu pasir, batu pasir konglomeratan, batu pasir tufa, tuf, batu lempung, dan serpih hitam. Hal ini terlihat dari susunan batuan yang tersingkap mulai dari timur Desa Tihengo sampai barat Desa Malambe. Berdasarkan system lahannya (Peta Land System Skala 1 : 250.000; Reproot, 1967), wilayah penelitian termasuk dalam sistem lahan Bukit Masung (BMS) dan sistem lahan Kahayan (KJP)., sebaran jenis tanah yang terdapat di wilayah ini terdiri dari asosiasi tanah Inceptisol (Dystropepts), Ultisol (Tropudults), dan asosiasi tanah Entisol (Troporthents).
22
Gambar 6. Peta Geologi Kecamatan Ponelo Kepulauan
23
4.4 Kondisi Sosial Masyarakat Jumlah penduduk yang menghuni kecamatan ponelo kepulauan berjumlah 4150 jiwa yang terdiri dari 650 kepala keluarga. Pada dasarnya penduduk kecamatan ponelo kepulauan paling besar mata pencahariannya adalah nelayan dan bertani yakni nelayan 1500 orang dan petani 1300 orang, kemudian sebagai buruh tani ada 170 orang, pegawai negeri sipil 40 orang, wira swasta 80 orang, peternak 70 orang ,pedagang keliling 20 orang,pengusaha kecil menengah 50 orang, pensiunan 25 orang lebih Jelasnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah penduduk menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian
orang
Petani
1300
Nelayan
1500
Buruh tani
170
pengusaha
50
pedagang
20
PNS
40
peternak
70
pensiunan
25
4.5 Pendidikan dan Kesehatan Fasilitas pendidikan di daerah ini masih kurung, ini ditandai dengan minat dari masyarakat Kecamatan Ponelo terhadap sekolah masih kurang. Dari total jumlah penduduk hanya 200 orang yang sejolah di SD, 300 orang SMP, 100 orang SMA dan Perguruan Tinggi hanya 70 orang. Data ini membuktikan bahwa sumberdaya manusia yang ada di Kecamatan Ponelo masih rendah. Kemudian untuk Kesehatan tidak jauh berbeda dengan pendidikan. Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak hanya di tampung oleh 2 puskesmas dan hanya 1 dokter serta 5 orang perawat. Hal ini membuktkan bahwa penunjang kesehatan masyarakat sangatlah minim.